Kreasi dan Tanda Cinta Ibu dalam Sekotak Kyaraben

Minggu, 22 Desember 2019 - 19:30 WIB
Kreasi dan Tanda Cinta...
Kreasi dan Tanda Cinta Ibu dalam Sekotak Kyaraben
A A A
JAKARTA - Membawa bekal makanan ke sekolah sudah menjadi budaya atau kebiasaan anak-anak di Indonesia dan dunia. Kebiasaan ini umumnya dimulai saat anak masuk Taman Kanak-kanak (TK). Di sinilah sosok ibu sangat berperan.

Meskipun di rumah ada pembantu, misalnya, alangkah baik jika ibu menyiapkan sendiri bekal yang akan dibawakan sehingga selain bisa memilihkan jenis makanan yang disukai anak, juga dapat mengatur kadar protein atau gizinya yang sangat penting untuk pertumbuhan anak. Dengan kata lain, bekal makanan juga bisa menjadi penanda cinta kasih bunda.

Di Jepang, bekal makanan dalam kotak atau dikenal sebagai bento (atau bentou) mengalami perkembangan dan memunculkan tren budaya baru berupa Kyaraben, kependekan dari character bento. Kyaraben berisi makanan yang disusun sedemikian rupa untuk menyamai karakter dalam anime dan manga, selebritas, atau tokoh lain.

Bagi ibu, Kyaraben biasanya dibuat untuk mengakali agar anak mau menghabiskan makan siang atau bekalnya meskipun mungkin dari segi rasa ada makanan yang tidak disukai oleh si anak. Untuk itu, karakter Kyaraben harus dibuat menarik, lucu, dan full colour seperti pelangi. Ada warna merah, hijau, kuning, jingga, tanpa pewarna buatan.

Tak semata tampilannya, Kyaraben untuk bekal anak yang masih dalam masa pertumbuhan harus mengandung unsur protein dan gizi seperti sayuran hijau, wortel, serta protein seperti ikan dan telur. "Kalau di Jepang itu nasi, sayuran, dan lauk harus ada, jadi seimbang mendekati empat sehat lima sempurna. Semua bahan untuk Kyaraben harus segar dan baru dimasak. Artinya bukan makanan sisa kemarin yang dihangatkan lagi," kata Chef Dedi dari Midori Japanese Restaurant saat berbincang dengan SINDOnews dalam acara Cooking Class How to Make Sushi dan Kyaraben yang digelar Momiji Easy Learn di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Dedi, untuk menyiapkan Kyaraben yang sederhana dibutuhkan waktu sekitar 30 menit. Karakter paling umum yang disukai anak-anak adalah panda, hamster, dan kelinci. "Kalau di restoran kami harga untuk Kyaraben mulai Rp25.000-an per menu," sebutnya.

Hirota, salah seorang peserta cooking class asal Jepang, mengaku baru kali pertama belajar membuat Kyaraben. Setelah mengetahui bahwa Kyaraben juga merupakan tanda kasih sayang ibu untuk anaknya, Hirota merasa sedih karena belum pernah membuatkan Kyaraben untuk ketiga buah hatinya. "Jadi walaupun saya orang Jepang, tapi karena sibuk kerja, ini baru pertama kali bikin Kyaraben. Waktu tahu ini adalah tanda cinta, saya jadi merasa bersalah pada anak-anak. Pasti akan saya coba buatkan ini di rumah. Memang butuh ketelatenan, misalnya saat membentuk hidung atau mata untuk karakter hamster," tutur wanita yang sudah 2,5 tahun tinggal di Indonesia itu.

Menurut Hirota, kebiasaan membawakan bekal makanan saat ini juga semakin berkurang karena banyak sekolah yang sudah menyediakan fasilitas makan siang untuk anak-anak didiknya.

Mengutip artikel berjudul Representasi Budaya Kawaii dalam Chara-Bentou karya Hendy Reginald Cuaca Dharma yang terbit di Jurnal Lingua Cultura pada Mei 2015, selain bekal makan siang bagi anak-anak yang bersekolah, Kyaraben juga terkadang disajikan pada saat piknik bersama keluarga, yang terkadang bisa menampilkan tema kendaraan seperti mobil, kereta api, dan sebagainya. Dengan demikian, Kyaraben tidak harus bertema karakter manga atau anime saja, bisa berupa gambar orang, binatang, atau tanaman. Keunikan inilah yang menjadikan Kyaraben menjadi menarik dan imut sehingga memberi kesan seni tersendiri pada bentou.

"Budaya kawaii pada Kyaraben (chara-bentou) memperlihatkan bahwa bekal makanan yang berbentuk khas, mungil, cerah, dan berwarna-warni membuat orang merasa sayang untuk memakannya. Hal ini menjadikan Kyaraben suatu karya seni yang unik serta tidak sembarang orang senang membuatnya karena berbagai kendala yang ada," tulis Hendy dalam artikelnya.

Karya seni seperti yang terdapat dalam chara bentou dan sudah ditanamkan sejak kecil pada diri anak bermanfaat untuk memupuk cinta terhadap sebuah keindahan seni makanan. Hal ini sesuai dengan slogan umum orang Jepang yang mengatakan: “Makan dengan menggunakan mata.”
(tsa)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0750 seconds (0.1#10.140)