Noorca dan Rayni Massardi Rilis Novel Psikologi

Senin, 12 Januari 2015 - 09:19 WIB
Noorca dan Rayni Massardi...
Noorca dan Rayni Massardi Rilis Novel Psikologi
A A A
Pasangan suami-istri penulis Noorca Massardi dan Rayni Massardi secara bersamaan meluncurkan novel terbaru mereka di Bentara Budaya Bali, Ketewel, Denpasar, pada Sabtu (10/1).

Noorca meluncurkan novel kelimanya yang berjudul Straw, sementara Rayni merilis novel pertamanya, Langit Terbuka. Kedua novel tersebut diterbitkan oleh Penerbit Kaki Langit Kencana, Jakarta. Pemilihan lokasi peluncuran di Bali sedikit banyak karena keduanya sangat menyukai Pulau Dewata dan kerap berkunjung ke sana untuk proses kreatif. Selain berbarengan meluncurkan novel, Noorca dan Rayni juga mengusung tema yang nyaris sama dalam novel mereka, yaitu psikologi.

Straw mengambil genre psycho-thriller, sebuah genre yang belum banyak digali penulis Indonesia. Adapun Langit Terbukamengeksplorasi kondisi kejiwaan seorang gadis yang mengalami banyak pasang-surut dalam hidupnya. Sila, tokoh utama dalam novel Langit Terbuka, adalah gadis yang berusaha bangkit kembali setelah diempas badai dalam hidup.

Dia pergi ke tempat baru, berharap akan menemukan hati yang baik dan sebuah ketulusan. Membaca Langit Terbuka, pembaca seolah diajak menyelami pikiran, amarah, juga kegembiraan yang dilontarkan Sila dalam kata-katanya.

“Gaya bertutur Rayni mengantar tokoh Sila, anak bungsu keluarga modern, pada konflik batin yang mengarah obsesif kompulsif. Gejala psikologis inilah yang membuat Langit Terbukamemberi kejutan-kejutan tak terduga dan memikat,” kata Prasetyohadi, cerpenis sekaligus Pemimpin Redaksi Majalah Kicau Bintaro, seperti dikutip dalam rilis yang diterima KORAN SINDO.

Rayni juga bercerita soal kita, keluarga kita dan situasi-kondisi yang tidak jauhjauh dari hidup kita. Gaya bahasa dan bertutur yang lugas menjadi kekuatan Langit Terbuka. “Menariknya, pada beberapa bagian terlihat sisi romantis Rayni yang terbungkus dalam sentimental tokoh-tokohnya. Selesai membaca buku ini, coba sempatkan ngopi dan ngobrol bersama Rayni, nanti akan paham, mengapa Langit Terbukabegitu berkesan bagi siapa saja,” kata Rio Aribowo, penulis dan aktivis komunitas film Bintaro.

Adapun novel Straw, yang disebut Noorca sebagai novel terbaiknya, akan mengantarkan pembaca pada kisah misterius tentang kasus pembunuhan yang melibatkan banyak tokoh penting di Indonesia. Dikisahkan, seorang profesor suatu hari ditemukan tewas di kamar hotelnya di Pantai Sanur, Bali. Kematiannya ternyata hanya satu dari puluhan kasus serupa yang terjadi selama belasan tahun.

Lokasi peristiwa yang selalu di sejumlah hotel dan tempat terbuka, itu selalu dianggap “wajar” karena kematian demi kematian itu selalu dinyatakan sebagai akibat serangan jantung atau stroke. Termasuk oleh tim dokter dan pakar forensik. Namun, Banyan, seorang pewarta muda, menemukan dan mencurigai adanya keterkaitan pada setiap kasus tersebut.

Meski punya tema novel yang mirip, Noorca dan Rayni mengaku punya proses kreatif yang berbeda saat menulis. Jika Noorca lebih suka menulis novelnya saat berada di Bali, Rayni justru memanfaatkan energi positif Bali sebagai “cadangan kebahagiaan” saat menulis novel di Jakarta. “Bali bukan cuma tempat yang indah, tapi hanya di Bali saya bisa bernapas. Karena itu, saya sering bolak-balik Bali,” ujar Rayni.

“Di Bali, berbeda dengan suami saya, Noorca, bukan untuk menulis. Rasanya terlalu sayang membuang waktu untuk itu. Sebab, terus terang, mondar-mandir Bali memerlukan biaya lumayan besar. Artinya, setiap berada di Bali, saya selalu membiarkan tubuh dan pikiran ini terempas bersama-sama.

Untuk diam, berpikir, mendengarkan musik, bengong di pantai, berjemur sampai gosong, jalan kaki sepanjang pantai atau trotoar, mendengarkan suara sekitar tabuhan musik Bali di kejauhan maupun dekat, mencium aroma dupa, dan bertegur sapa dengan entah siapa tanpa rasa curiga dan khawatir. Itulah sebabnya Bali membuat saya waras dan bukan sekadar berlibur atau holiday.

Jadi, ketika saya kembali ke Jakarta, ke Bintaro, barulah saya mulai menulis apa saja, di tengah hiruk-pikuk manusia aneka ragam dan sikap,” imbuhnya. Peluncuran bersama dua karya fiksi Noorca dan Rayni ini untuk kedua kalinya mereka lakukan. Pertama kali pada 18 Juni 2008 di Aula Gedung Film, Jakarta, namun dengan dua penerbit berbeda. Saat itu, Noorca meluncurkan novelnya yang keempat, d.I.a. cinta dan presiden setebal 900 halaman, yang diterbitkan PT Rajagrafindo Persada.

Herita
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1317 seconds (0.1#10.140)