Topi Imajinatif
A
A
A
PEKAN adi busana atau haute couture selalu menyajikan suatu tampilan busana yang spektakuler dan penuh fantasi. Selain busananya, hal ini juga berlaku di aksesori, termasuk sepatu, tas, dan hiasan kepala berupa topi. Khusus topi, di pergelaran kali ini didesain imajinatif.
Koleksi Topi dari Desainer
Topi dari Victor & Rolf.
Di antara busana musim panas yang penuh bunga-bunga, Victor & Rolf menyisipkan topi jerami di catwalk haute couture .
Topi dari Chanel.
Berupa topi benies , yakni jenis topi rajut dari bahan wol yang biasanya dipakai untuk musim dingin dan panas.
Topi dari Schiaparelli.
Rumah mode initerbilang unik menciptakan topi dengan berbagai bentuk.
Topi dari Jean Paul Gaul Tiera.
Ada beberapa jenis topi yang muncul di catwalk , tapi statement casual mendominasi tampilan yang ditujukan lewat topi jenis leather caps, fitted caps yang diprint nuansa bunga-bunga, serta jenis topi harris tweed ivy cup .
Setelah beberapa hari melihat pertunjukan couture hingga pekan terakhir lalu, maka memori utama yang akan melekat adalah tentang tutup kepala yang benar-benar didefinisikan dan didesain khusus untuk runway tersebut.
“Mulai jenis topi beanies di pergelaran Chanel hingga model chapeaux dari rumah mode Schiaparelli. Semua mata tertuju pada tutup kepala di Paris Haute Couture Week Spring/Summer 2015 ,” tulis Caroline Issa dari Telegraph Luxulury .
Topi, dalam berbagai pengalaman catwalk di tiap musim, memang bukan aksesori pertama yang terpikirkan setelah mengamati pakaiannya. Namun, jika ada sesuatu untuk mengingatkan pemerhati mode atas kualitas transformatif karya berbagai desainer di pekan adibusana Spring/Summer 2015 di Paris ini, maka hampir tak seorang pun beralih dari topi yang ditunjukkan oleh Chanel dan Schiaparelli.
Pada Chanel, model topi yang muncul adalah jenis beanies dalam sulaman rumit dan membutuhkan keahlian dalam proses pembuatannya. Topi beanies ini juga hadir dengan bordir, bersama bunga, manikmanik, dan jaring sehingga memberikan efek pada pakaian yang modernitas dan tak mungkin diacuhkan pada pertunjukan pertamanya.
Bahkan, topi beanies ini bisa saja menjadi ide untuk dipakai pada busana couture anak-anak klien Chanel dan cocok dipadankan bersama jins atau ballgown mereka. Pembuat topi untuk rumah mode Chanel kali ini adalah Maison Michel, merupakan atelier yang didirikan pada tahun 1936 silam yang dibeli Chanel 60 tahun kemudian.
Baru-baru ini mereka juga menjadi terkenal berkat bando telinga yang disukai dan digilai fashionista di seluruh dunia. Kemudian musim ini Maison membuat yang paling hits dengan topi beanies . Bahkan, diramalkan penampilan topi beanies akan diikuti banyak pemuja Chanel. Bila topi beanies dari Chanel dibuat untuk membuat berdebar di jalan-jalan, model topi chapeaux dari Schiaparelli lebih cocok untuk dipakai pada malam hari.
Rumah mode Schiaparelli memang selalu memiliki ide untuk desain bagian atas kepala secara surealisme. Kali ini dengan ironi dan imajinasi dalam bentuk tumit, lobster, dan masker kucing. Meskipun baru saja ditinggal oleh sang direktur kreatifnya, Marco Zanini, pada November tahun lalu, dan tim desain mengambil alih, rumah mode ini ternyata memberikan tampilan aksesori yang relevan untuk klien couture yang masih muda dengan gaun cantik dan gaun dipasang di semua tempat yang tepat.
Di atas kepala model muncul topi unik untuk pakaian dan gaya rambut yang berbeda. Biasanya seorang desainer menunjukkan satu gaya topi untuk menjaga siluet konsisten dan menyampaikan pesan tunggal. Namun, pada Sciaparelli, semua itu seakan bagai pesta gaya dari gumpalan ikat kepala spasial dan topi terlihat pintar menunjukkan struktur dasar dengan menggunakan rambut untuk mengisi ruang.
“Saya membuatnya dengan berbagai pendekatan. Tentu saja, musim ini saya melihat sangat banyak muncul printed dan kemudian siluet pakaian, tapi tentu saja Anda perlu diingat bahasa Schiaparelli, baik dari tahun 1930-an dan apa yang Anda proyek sebagai sekarang. Kami memiliki dua atau tiga sesi brainstorming , kadangkadang melibatkan segelas anggur merah,” tutur Stephen Jones, orang di balik penciptaan topi untuk Sciaparelli dilansir dari Telegraph .
Dalam kata-kata Jones, ahli dunia untuk topi yang bisa mengubah sesuatu menjadi lebih menonjol, topi membuat semua perbedaan. Karena itu adalah aksesori yang paling terlihat dan tidak seharusnya seseorang berhenti mengekspresikan dirinya hanya di bagian leher untuk aksesori. Selanjutnya, penampilan topi di haute couture juga terlihat di Jean Paul Gaultier dan Victor & Rolf.
Di antara busana Gaultier yang luxe hitam dan bahan satin dalam merah, kancing kristal beberapa jenis topi muncul di atas catwalk- nya, tapi statement casual mendominasi tampilan yang ditujukan lewat topi jenis leather caps, fitted caps yang diprint nuansa bunga-bunga.
Sementara, di Victor & Rolf, deretan busana couture musim panas yang penuh bunga-bunga, terselip topi jerami sebagai pelengkapnya.
Dyah ayu pamela
Koleksi Topi dari Desainer
Topi dari Victor & Rolf.
Di antara busana musim panas yang penuh bunga-bunga, Victor & Rolf menyisipkan topi jerami di catwalk haute couture .
Topi dari Chanel.
Berupa topi benies , yakni jenis topi rajut dari bahan wol yang biasanya dipakai untuk musim dingin dan panas.
Topi dari Schiaparelli.
Rumah mode initerbilang unik menciptakan topi dengan berbagai bentuk.
Topi dari Jean Paul Gaul Tiera.
Ada beberapa jenis topi yang muncul di catwalk , tapi statement casual mendominasi tampilan yang ditujukan lewat topi jenis leather caps, fitted caps yang diprint nuansa bunga-bunga, serta jenis topi harris tweed ivy cup .
Setelah beberapa hari melihat pertunjukan couture hingga pekan terakhir lalu, maka memori utama yang akan melekat adalah tentang tutup kepala yang benar-benar didefinisikan dan didesain khusus untuk runway tersebut.
“Mulai jenis topi beanies di pergelaran Chanel hingga model chapeaux dari rumah mode Schiaparelli. Semua mata tertuju pada tutup kepala di Paris Haute Couture Week Spring/Summer 2015 ,” tulis Caroline Issa dari Telegraph Luxulury .
Topi, dalam berbagai pengalaman catwalk di tiap musim, memang bukan aksesori pertama yang terpikirkan setelah mengamati pakaiannya. Namun, jika ada sesuatu untuk mengingatkan pemerhati mode atas kualitas transformatif karya berbagai desainer di pekan adibusana Spring/Summer 2015 di Paris ini, maka hampir tak seorang pun beralih dari topi yang ditunjukkan oleh Chanel dan Schiaparelli.
Pada Chanel, model topi yang muncul adalah jenis beanies dalam sulaman rumit dan membutuhkan keahlian dalam proses pembuatannya. Topi beanies ini juga hadir dengan bordir, bersama bunga, manikmanik, dan jaring sehingga memberikan efek pada pakaian yang modernitas dan tak mungkin diacuhkan pada pertunjukan pertamanya.
Bahkan, topi beanies ini bisa saja menjadi ide untuk dipakai pada busana couture anak-anak klien Chanel dan cocok dipadankan bersama jins atau ballgown mereka. Pembuat topi untuk rumah mode Chanel kali ini adalah Maison Michel, merupakan atelier yang didirikan pada tahun 1936 silam yang dibeli Chanel 60 tahun kemudian.
Baru-baru ini mereka juga menjadi terkenal berkat bando telinga yang disukai dan digilai fashionista di seluruh dunia. Kemudian musim ini Maison membuat yang paling hits dengan topi beanies . Bahkan, diramalkan penampilan topi beanies akan diikuti banyak pemuja Chanel. Bila topi beanies dari Chanel dibuat untuk membuat berdebar di jalan-jalan, model topi chapeaux dari Schiaparelli lebih cocok untuk dipakai pada malam hari.
Rumah mode Schiaparelli memang selalu memiliki ide untuk desain bagian atas kepala secara surealisme. Kali ini dengan ironi dan imajinasi dalam bentuk tumit, lobster, dan masker kucing. Meskipun baru saja ditinggal oleh sang direktur kreatifnya, Marco Zanini, pada November tahun lalu, dan tim desain mengambil alih, rumah mode ini ternyata memberikan tampilan aksesori yang relevan untuk klien couture yang masih muda dengan gaun cantik dan gaun dipasang di semua tempat yang tepat.
Di atas kepala model muncul topi unik untuk pakaian dan gaya rambut yang berbeda. Biasanya seorang desainer menunjukkan satu gaya topi untuk menjaga siluet konsisten dan menyampaikan pesan tunggal. Namun, pada Sciaparelli, semua itu seakan bagai pesta gaya dari gumpalan ikat kepala spasial dan topi terlihat pintar menunjukkan struktur dasar dengan menggunakan rambut untuk mengisi ruang.
“Saya membuatnya dengan berbagai pendekatan. Tentu saja, musim ini saya melihat sangat banyak muncul printed dan kemudian siluet pakaian, tapi tentu saja Anda perlu diingat bahasa Schiaparelli, baik dari tahun 1930-an dan apa yang Anda proyek sebagai sekarang. Kami memiliki dua atau tiga sesi brainstorming , kadangkadang melibatkan segelas anggur merah,” tutur Stephen Jones, orang di balik penciptaan topi untuk Sciaparelli dilansir dari Telegraph .
Dalam kata-kata Jones, ahli dunia untuk topi yang bisa mengubah sesuatu menjadi lebih menonjol, topi membuat semua perbedaan. Karena itu adalah aksesori yang paling terlihat dan tidak seharusnya seseorang berhenti mengekspresikan dirinya hanya di bagian leher untuk aksesori. Selanjutnya, penampilan topi di haute couture juga terlihat di Jean Paul Gaultier dan Victor & Rolf.
Di antara busana Gaultier yang luxe hitam dan bahan satin dalam merah, kancing kristal beberapa jenis topi muncul di atas catwalk- nya, tapi statement casual mendominasi tampilan yang ditujukan lewat topi jenis leather caps, fitted caps yang diprint nuansa bunga-bunga.
Sementara, di Victor & Rolf, deretan busana couture musim panas yang penuh bunga-bunga, terselip topi jerami sebagai pelengkapnya.
Dyah ayu pamela
(ars)