Merck Luncurkan Edukasi Diabetes
A
A
A
BERMITRA dengan Universitas Indonesia (UI), Merck sebagai perusahaan terkemuka yang terkenal akan inovasi dan kualitas produk berteknologi tinggi di sektor farmasi, kimia, dan life science (ilmu hayati), meluncurkan Program Peningkatan Kapasitas (Capacity Advancement Program /CAP) dalam edukasi penanganan diabetes dan disfungsi tiroid.
CAP ini ditujukan bagi mahasiswa kedokteran dan farmasi serta penyedia layanan kesehatan primer yang bertujuan menjadikan mereka sebagai duta kesehatan di Indonesia. Program lima tahun ini disusun oleh Excellence in Medical Education (EXCEMED) bersama Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan akan diakreditasi oleh Dewan Akreditasi Pendidikan Kedokteran Lanjutan Eropa (European Accrediation Council of ContinousMedical Education/EACCME) serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Rangkaian pendidikan dalam program CAP melibatkan dosen senior Universitas Newscastle yang juga merupakan konsultan endokrin di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Gateshead, Inggris, serta para ahli diabetes dan tiroid di Indonesia. Vice Chairman and Deputy CEO Merck, Stefan Oschman, mengatakan pihaknya sangat gembira dengan program kemitraan ini.
”Menjadi bagian dari komitmen kami untuk ikut meningkatkan kualitas layanan kesehatan serta membantu menyediakan akses berkelanjutan terhadap solusi kesehatan dan obat-obatan yang berkualitas. Merck bekerja sama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lain berupaya mewujudkan pembangunan kapasitas di bidang kesehatan yang berfokus pada penanganan penyakit tidak menular di sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin,” tuturnya.
Dekan Fakultas Farmasi UI Dr Mahdi Jufri MSi Apt mengemukakan, dalam beberapa tahun terakhir, pihaknya melihat adanya peningkatan pesat pada temuan kasus diabetes melitus tipe 2 di semua kelompok umur di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik.
”Dengan demikian, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengembangkan program edukasi terakreditasi bagi mahasiswa ilmu kesehatan. Penanganan diabetes harus melibatkan pendekatan holistik bersama penyedia layanan kesehatan primer lain di samping dokter, seperti apoteker, perawat, dan pelaku kesehatan masyarakat,” sebutnya.
Rendra
CAP ini ditujukan bagi mahasiswa kedokteran dan farmasi serta penyedia layanan kesehatan primer yang bertujuan menjadikan mereka sebagai duta kesehatan di Indonesia. Program lima tahun ini disusun oleh Excellence in Medical Education (EXCEMED) bersama Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan akan diakreditasi oleh Dewan Akreditasi Pendidikan Kedokteran Lanjutan Eropa (European Accrediation Council of ContinousMedical Education/EACCME) serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Rangkaian pendidikan dalam program CAP melibatkan dosen senior Universitas Newscastle yang juga merupakan konsultan endokrin di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Gateshead, Inggris, serta para ahli diabetes dan tiroid di Indonesia. Vice Chairman and Deputy CEO Merck, Stefan Oschman, mengatakan pihaknya sangat gembira dengan program kemitraan ini.
”Menjadi bagian dari komitmen kami untuk ikut meningkatkan kualitas layanan kesehatan serta membantu menyediakan akses berkelanjutan terhadap solusi kesehatan dan obat-obatan yang berkualitas. Merck bekerja sama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lain berupaya mewujudkan pembangunan kapasitas di bidang kesehatan yang berfokus pada penanganan penyakit tidak menular di sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin,” tuturnya.
Dekan Fakultas Farmasi UI Dr Mahdi Jufri MSi Apt mengemukakan, dalam beberapa tahun terakhir, pihaknya melihat adanya peningkatan pesat pada temuan kasus diabetes melitus tipe 2 di semua kelompok umur di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik.
”Dengan demikian, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengembangkan program edukasi terakreditasi bagi mahasiswa ilmu kesehatan. Penanganan diabetes harus melibatkan pendekatan holistik bersama penyedia layanan kesehatan primer lain di samping dokter, seperti apoteker, perawat, dan pelaku kesehatan masyarakat,” sebutnya.
Rendra
(ars)