Penilaian Berdasarkan Kecerdasan
A
A
A
GRAND final kontes anak memperebutkan King and Queen 2014 bertajuk “Membangun Cita- Cita” telah diselenggarakan pada 7 Februari lalu.
Acara yang digawangi Froggy Edutography ini telah bergulir sejak Agustus tahun lalu dengan bebrapa tahapan . Sekitar 150 sekolah dasar yang terdiri atas sekolah negeri, swasta, dan nasional sekitar Jabodetabek berpartisipasi dalam proses kompetisi tersebut.
Dari sekitar 3.400 pelajar yang mengikuti audisi pertama, terjaring 400 pelajar untuk mengikuti tahap berikutnya hingga akhirnya tersisa 48 finalis hingga grand final. Para finalis yang berusia sekitar 6 hingga 14 tahun ini memperebutkan predikat King and Queen 2014 . Penilaian para juri didasarkan delapan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap peserta secara alamiah.
Kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan linguistik (bahasa), kecerdasan logika (berhitung), kecerdasan visual spatial (gambar dan tata ruang), kecerdasan kinestetik (gerak), kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal (sosial), kecerdasan intrapersonal (diri), dan kecerdasan naturalis (alam).
Para juri antara lain Ovi Wu (pemilik OVI Modeling School), Lewi Satria (penulis buku), Sherly (Volare), Chef Yudi, dr Kuki (dokter di Eka Hospital), Angeline (Deputy Commercial Director), Interlingua, Handy Atan, serta Tasya Syarif (presenter RCTI).
“Sebagai pusat pengembangan cita-cita dan motivasi anak, kami memiliki komitmen untuk turut meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri anak-anak Indonesia dalam meraih cita-citanya agar nantinya terciptanya calon pemimpin bangsa yang mampu memajukan negeri tercinta ini,” ujar Fernando Iskandar, founder serta CEO Froggy Edutography.
Kontes King and Queen Edutography dilatarbelakangi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan Harvard University mengenai pengalaman negara maju bahwa negara membutuhkan pahlawan patriotik, pahlawan nonpatriotik, yakni pahlawan di bidang yang mewakili kecerdasan majemuk tersebut.
Selain itu, para finalis melakukan kunjungan ke beberapa tempat seperti ke kantor redaksi KORAN SINDO dan Asian IT Center.
Larissa huda/ Andari novianti
Acara yang digawangi Froggy Edutography ini telah bergulir sejak Agustus tahun lalu dengan bebrapa tahapan . Sekitar 150 sekolah dasar yang terdiri atas sekolah negeri, swasta, dan nasional sekitar Jabodetabek berpartisipasi dalam proses kompetisi tersebut.
Dari sekitar 3.400 pelajar yang mengikuti audisi pertama, terjaring 400 pelajar untuk mengikuti tahap berikutnya hingga akhirnya tersisa 48 finalis hingga grand final. Para finalis yang berusia sekitar 6 hingga 14 tahun ini memperebutkan predikat King and Queen 2014 . Penilaian para juri didasarkan delapan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap peserta secara alamiah.
Kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan linguistik (bahasa), kecerdasan logika (berhitung), kecerdasan visual spatial (gambar dan tata ruang), kecerdasan kinestetik (gerak), kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal (sosial), kecerdasan intrapersonal (diri), dan kecerdasan naturalis (alam).
Para juri antara lain Ovi Wu (pemilik OVI Modeling School), Lewi Satria (penulis buku), Sherly (Volare), Chef Yudi, dr Kuki (dokter di Eka Hospital), Angeline (Deputy Commercial Director), Interlingua, Handy Atan, serta Tasya Syarif (presenter RCTI).
“Sebagai pusat pengembangan cita-cita dan motivasi anak, kami memiliki komitmen untuk turut meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri anak-anak Indonesia dalam meraih cita-citanya agar nantinya terciptanya calon pemimpin bangsa yang mampu memajukan negeri tercinta ini,” ujar Fernando Iskandar, founder serta CEO Froggy Edutography.
Kontes King and Queen Edutography dilatarbelakangi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan Harvard University mengenai pengalaman negara maju bahwa negara membutuhkan pahlawan patriotik, pahlawan nonpatriotik, yakni pahlawan di bidang yang mewakili kecerdasan majemuk tersebut.
Selain itu, para finalis melakukan kunjungan ke beberapa tempat seperti ke kantor redaksi KORAN SINDO dan Asian IT Center.
Larissa huda/ Andari novianti
(ftr)