Festival Keroncong Muda Pertama di Indonesia
A
A
A
MUSIK keroncong selama ini identik dengan musiknya orang tua. Bahkan pada zaman sekarang, musik keroncong disebut-sebut sudah hampir punah karena jarangnya masyarakat yang mendengarkan keroncong.
Belum lagi musik-musik modern, terutama dari luar negeri makin menguasai industri musik nasional. Namun, anggapan musik keroncong tidak cukup diminati lagi tidak berlaku bagi Sekolah Pilar Indonesia yang pada Sabtu (14/3) menggelar Festival Musik Keroncong Muda 2015 yang berlangsung selama satu hari penuh sejak pagi hingga malam hari di Amphi Theater, Sekolah Pilar Indonesia, Kawasan Cibubur.
Festival yang digelar atas kerja sama Sekolah Pilar Indonesia dengan Dewan Pengurus Pusat Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKARI) ini diikuti oleh grup musik/orkes keroncong dari berbagai daerah di Indonesia dengan rentang usia peserta antara 15-20 tahun. Festival Keroncong Muda yang menjadi kegiatan pertama Indonesia ini diikuti total 12 peserta dari berbagai daerah.
Tidak hanya dari Jakarta, peserta juga berasal dari grup musik/orkes keroncong dari Cilacap, Yogyakarta, Wonosobo, Bandung, Jombang, Pekalongan, dan Malang. Mereka membawakan dua lagu yang terdiri atas satu lagu wajib, yakni lagu asli keroncong dan satu lagi musik keroncong kreasi. Musik kreasi ini merupakan musik yang diambil dari genre lain yang diaransemen jadi musik keroncong dengan berbagai alat musik.
Sementara musik keroncong asli dibawakan dengan alat musik khas keroncong seperti bass, cello, cuk, cak, biola, dan flute . Para peserta yang merupakan anak muda ini terlihat begitu cekatan dan menghayati setiap kali mereka menampilkan musik keroncong yang mereka bawakan. Lagu yang sering dibawakan pada festival kali ini adalah lagu bernuansa kebangsaan karya Koko Thole.
Ada juga yang membawakan lagu Keroncong Kemayoran dan lagu Semusim dari Chrisye yang diubah menjadi musik keroncong. Festival yang berhadiah Rp15 juta bagi juara pertama, Rp10 juta juara kedua, dan Rp5 juta bagi juara ketiga ini turut menggandeng nama-nama yang tidak asing lagi di industri musik sebagai dewan juri, seperti Oni Krisnerwinto, Tuti Maryati, Koko Thole, dan pengamat musik Bens Leo.
Dalam puncak acara yang menampilkan 5 besar dari 12 peserta tersebut, terpilihlah Komunitas Keroncong Anak Jombang sebagai juara pertama, Orkes Keroncong d’Sixty Nine Cilacap sebagai juara kedua, dan Orkes Keroncong Wisata Notasi Yogyakarta sebagai juara ketiga. Adapun juara harapan pertama diraih Marlubu RRI Malang dan juara harapan dua diraih SMA Pangudi Luhur Jakarta.
Pada penyelenggaraannya, kegiatan berskala nasional ini disandingkan juga dengan lomba fotografi yang mengambil tema Potret Keroncong Muda “Sebuah Potret Kecintaan, Penilaian, dan Keterlibatan Generasi Muda terhadap Seni Keroncong Indonesia”. Dengan adanya lomba fotografi tersebut, diharapkan festival keroncong muda lebih semarak dan ketertarikan kaum muda Indonesia terhadap musik keroncong akan tumbuh dan berkembang.
Digelarnya Festival Keroncong Muda Indonesia 2015 ini diharapkan mampu mendorong minat dan mengenalkan musik keroncong lebih dalam kepada generasi muda dalam mengembangkan seni budaya Indonesia. Musik keroncong sebagai warisan budaya bangsa menjadi salah satu poin penting perhatian seluruh masyarakat, bukan hanya karena fakta yang menunjukkan bahwa musik keroncong makin ditinggalkan banyak orang, terutama generasi muda di Indonesia.
Namun, dengan hadirnya festival seperti ini masyarakat Indonesia memiliki rasa tanggung jawab dalam pelestarian budaya Indonesia. Melalui kegiatan ini diharapkan musik keroncong dapat dimainkan dan dinikmati oleh siapa saja dan dari kalangan mana pun. Selain itu, festival ini juga diharapkan mampu menjadi pendorong kebangkitan musik keroncong di Indonesia.
iman firmansyah
Belum lagi musik-musik modern, terutama dari luar negeri makin menguasai industri musik nasional. Namun, anggapan musik keroncong tidak cukup diminati lagi tidak berlaku bagi Sekolah Pilar Indonesia yang pada Sabtu (14/3) menggelar Festival Musik Keroncong Muda 2015 yang berlangsung selama satu hari penuh sejak pagi hingga malam hari di Amphi Theater, Sekolah Pilar Indonesia, Kawasan Cibubur.
Festival yang digelar atas kerja sama Sekolah Pilar Indonesia dengan Dewan Pengurus Pusat Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKARI) ini diikuti oleh grup musik/orkes keroncong dari berbagai daerah di Indonesia dengan rentang usia peserta antara 15-20 tahun. Festival Keroncong Muda yang menjadi kegiatan pertama Indonesia ini diikuti total 12 peserta dari berbagai daerah.
Tidak hanya dari Jakarta, peserta juga berasal dari grup musik/orkes keroncong dari Cilacap, Yogyakarta, Wonosobo, Bandung, Jombang, Pekalongan, dan Malang. Mereka membawakan dua lagu yang terdiri atas satu lagu wajib, yakni lagu asli keroncong dan satu lagi musik keroncong kreasi. Musik kreasi ini merupakan musik yang diambil dari genre lain yang diaransemen jadi musik keroncong dengan berbagai alat musik.
Sementara musik keroncong asli dibawakan dengan alat musik khas keroncong seperti bass, cello, cuk, cak, biola, dan flute . Para peserta yang merupakan anak muda ini terlihat begitu cekatan dan menghayati setiap kali mereka menampilkan musik keroncong yang mereka bawakan. Lagu yang sering dibawakan pada festival kali ini adalah lagu bernuansa kebangsaan karya Koko Thole.
Ada juga yang membawakan lagu Keroncong Kemayoran dan lagu Semusim dari Chrisye yang diubah menjadi musik keroncong. Festival yang berhadiah Rp15 juta bagi juara pertama, Rp10 juta juara kedua, dan Rp5 juta bagi juara ketiga ini turut menggandeng nama-nama yang tidak asing lagi di industri musik sebagai dewan juri, seperti Oni Krisnerwinto, Tuti Maryati, Koko Thole, dan pengamat musik Bens Leo.
Dalam puncak acara yang menampilkan 5 besar dari 12 peserta tersebut, terpilihlah Komunitas Keroncong Anak Jombang sebagai juara pertama, Orkes Keroncong d’Sixty Nine Cilacap sebagai juara kedua, dan Orkes Keroncong Wisata Notasi Yogyakarta sebagai juara ketiga. Adapun juara harapan pertama diraih Marlubu RRI Malang dan juara harapan dua diraih SMA Pangudi Luhur Jakarta.
Pada penyelenggaraannya, kegiatan berskala nasional ini disandingkan juga dengan lomba fotografi yang mengambil tema Potret Keroncong Muda “Sebuah Potret Kecintaan, Penilaian, dan Keterlibatan Generasi Muda terhadap Seni Keroncong Indonesia”. Dengan adanya lomba fotografi tersebut, diharapkan festival keroncong muda lebih semarak dan ketertarikan kaum muda Indonesia terhadap musik keroncong akan tumbuh dan berkembang.
Digelarnya Festival Keroncong Muda Indonesia 2015 ini diharapkan mampu mendorong minat dan mengenalkan musik keroncong lebih dalam kepada generasi muda dalam mengembangkan seni budaya Indonesia. Musik keroncong sebagai warisan budaya bangsa menjadi salah satu poin penting perhatian seluruh masyarakat, bukan hanya karena fakta yang menunjukkan bahwa musik keroncong makin ditinggalkan banyak orang, terutama generasi muda di Indonesia.
Namun, dengan hadirnya festival seperti ini masyarakat Indonesia memiliki rasa tanggung jawab dalam pelestarian budaya Indonesia. Melalui kegiatan ini diharapkan musik keroncong dapat dimainkan dan dinikmati oleh siapa saja dan dari kalangan mana pun. Selain itu, festival ini juga diharapkan mampu menjadi pendorong kebangkitan musik keroncong di Indonesia.
iman firmansyah
(ars)