Ironi Masalah Sanitasi di Sumba

Selasa, 17 Maret 2015 - 10:50 WIB
Ironi Masalah Sanitasi di Sumba
Ironi Masalah Sanitasi di Sumba
A A A
MASALAH sanitasi di Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata. Sanitasi yang buruk dan air minum yang tidak higienis bisa memengaruhi kesehatan, khususnya anak-anak.

Mereka menjadi rentan terkena penyakit, seperti diare, polio, hingga penyakit kulit. Untuk urusan sanitasi, wilayah NTT sepertinya perlu perhatian khusus karena sanitasi merupakan salah satu bagian yang harus dibenahi untuk mewujudkan masa depan yang sehat bagi anak-anak kelak. Sebanyak 21 sekolah dasar (SD) di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, akan dibangun sanitasi yang layak.

Pembangunan sanitasi ini merupakan bagian dari Proyek Sunlight Dukung Masa Depan Sehat oleh Unilever yang bekerja sama dengan Save The Children. Program Manager of Health, Wellbeing, and Nutrition PT Unilever Indonesia Waila Wisjnu mengatakan, Sumba Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang belum memiliki sanitasi yang layak.

”Kondisi sanitasi dapat memengaruhi edukasi, anak bisa jadi sakit dan akibatnya jarang ke sekolah. Sanitasi juga memengaruhi angka kelahiran dan kematian,” ungkap Waila dalam kunjungannya di SD Masehi Wee Kabete, Kecamatan Loli, Sumba Barat, Rabu (4/3) Direktur Komunikasi dan Advokasi Save The Children Tatak Ujiyati mengatakan, banyak tantangan untuk mewujudkan sanitasi yang layak di Sumba Barat.

”Tak hanya dari kondisi geografisnya, pemahaman masyarakat tentang pentingnya sanitasi juga sangat minim. Jadi, perlu edukasi dengan pesan kesehatan untuk mengubah perilaku masyarakat,” kata Tatak. Untuk diketahui, berdasarkan data 2014, hanya 51% sekolah yang memiliki fasilitas jamban atau toilet dan baru 66% sekolah dasar yang memiliki akses air bersih. Sebagai contoh di SD Masehi wee Kabete, kondisi sanitasi di sekolah ini sangat memprihatinkan.

Di sekolah ini terdapat lima toilet, tetapi hanya dua yang berfungsi dengan baik. Jumlah toilet ini pun kurang memadai untuk 187 murid dan 14 guru, idealnya perbandingan toilet di sekolah, yaitu 1 toilet untuk 25 murid perempuan dan 1 toilet untuk 50 murid laki-laki. ”Di sekolah, anak-anak buang air di WC, tapi kalau sudah kembali ke rumah kita tidak tahu,” kata Kepala Sekolah Sesilia Solibeko.

Sekolah ini hanya mengandalkan air dari sumur. Namun, air hanya keluar saat musim hujan, sedangkan saat kemarau air akan kembali kering. Jadi, pada musim kemarau anak-anak biasanya membawa botol ataupun jerigen yang diisi air untuk toilet di sekolah. Di Sumba Barat, terdapat 47,75% rumah tangga masih membuang air besar di tempat terbuka.

Banyak yang tidak memiliki toilet sehingga membuang air besar sembarangan seperti di ladang, kebun, hingga pantai. Melalui Proyek Sunlight Dukung Masa Depan Sehat, Unilever dan Save The Children pun akan membangun sanitasi yang layak di 21 SD di Sumba Barat. ?aprilia s andyna

Dukung Perbaikan Gizi Anak

MILNAyang merupakan produk Kalbe Nutritionals mendukung program pemerintah, yakni perbaikan gizi nasional lewat inovasi dan kelengkapan produknya (termasuk rangkaian untuk anak yang mengalami alergi ataupun menambah berat badan bayi) serta kandungan nutrisi yang paling lengkap di antara produk-produk MPASI yang ada di pasaran.

Saat ini, data terkini dari Global Nutrition Report (2014), menunjukkan bahwa Indonesia mengalami masalah gizi kompleks yang antara lain terjadi karena gizi salah. Gizi salah berbeda dengan gizi buruk, di mana gizi salah berarti kekurangan atau kelebihan zat gizi tertentu akibat kesalahpahaman dalam memenuhi kebutuhan nutrisi 1.000 hari pertama pertumbuhan si kecil yang bisa mengakibatkan stunting (perawakan pendek) atau wasting (perawakan kurus).

”Sesuai dengan regulasi SNI yang berlaku, Milna tidak memiliki kandungan bahan pengawet. Kombinasi antara proses dan pemilihan bahan baku serta bahan kemas merupakan faktor utama yang menentukan umur simpan produk Milna,” tutur Helly Oktaviana, Business Unit Head Nutrition Milna, dibawah PT Kalbe Nutritionals. Saat ini Milna juga mengadakan Bayi Hebat Milna 2015 untuk Bayi Hebat usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun.

Program ini sudah berjalan sejak Februari lalu dengan dilansirnya www.bayihebatmilna.com hingga November nanti. ”Melalui Bayi Hebat Milna 2015 ini, Milna siap mendukung program pemerintah untuk menciptakan bayi-bayi hebat Indonesia yang memiliki gizi dan tumbuh kembang baik, papar Helly dalam rilis yang diterima KORAN SINDO. Peran penting MPASI fortifikasi juga dibutuhkan.

MPASI fortifikasi ini memungkinkan anak mengonsumsi nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hariannya, terutama selama 1.000 hari pertama pertumbuhannya yang akan menentukan perkembangan fisiknya saat dewasa nanti.

Sali
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5136 seconds (0.1#10.140)