Dua Pasang Hati

Jum'at, 01 Mei 2015 - 08:19 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Lara menatap bayang dirinya di cermin kamar mandi yang dihiasi dengan keramik berwarna krem tersebut.

Sungguh mengesalkan, rasanya habis marah-marah dengan Keenan, urat-urat kecil langsung muncul di pelipis-pelipisnya, mukanya seakan bertambah tua. Apalagi, sekarang gadis itu sudah berusia dua puluh enam tahun, usia yang matang untuk berkeluarga. Yah, jangankan berkeluarga, pacar saja Lara tak punya.

Dia terlampau sibuk dengan pekerjaannya sebagai manager interior design di sebuah home and living furniture yang memproduksi semua desain-desain ruang kerja, kantoran atau bahkan rumah sekalian. Tentu saja pekerjaannya ini menyita pikiran dan batinnya untuk berpikir keras memuaskan hati para kliennya. Padahal, sahabatnya Echa sudah memintanya untuk lebih mengurangi kesibukannya dan fokus mencari pasangan hidup.

Gadis yang sepantaran dengannya itu, sampai-sampai sudah mengenalkan beberapa temannya. Mulai dari Andi, yang usianya terpaut 2 tahun lebih tua dari Lara, berprofesi sebagai general manager di Bank Bumi Garuda; Larry, seorang executive head di sebuah hotel berbintang lima; Rio, seorang seaman yang bertugas di sebuah kapal di perairan Malaysia. Bayangkan, kurang baik apa coba Echa jadi sahabat?

Dia sengaja mencarikan Lara cowok-cowok yang mapan dan baik hati yang dengan tulus mencintainya. Itu saja, enggak cukup menggetarkan hati sahabatnya itu. Sampai-sampai hal ini juga mengganggu ketenangan Echa yang khawatir dengan keadaan sobatnya itu. Masa sampe tua nanti Lara menghabiskan hidupnya dengan kesendirian? Aduh... jangan sampe , deh. Memang sangat disayangkan, Lara ini mempunyai sifat pekerja keras yang diwarisinya dari sang ayah.

Dia akan rela mengurung dirinya habis-habisan di rumah hanya untuk mendesain ruang-ruang kantor kliennya, hingga batinnya puas. Nggak sedetik pun pikirannya berpaling dari hal pekerjaan. Memang sih, Echa mengerti, sebelum tiga cowok-cowok tadi masuk ke kehidupan Lara, gadis itu pernah berhubungan dengan Andreas, seorang cowok yang berprofesi sebagai wartawan di sebuah surat kabar komersial.

Andreas-slash- Andre itu lima tahun menjalani hubungan dengan Lara. Meskipun mereka dipertemukan dari profesi yang berbeda, dua-duanya mampu bertahan cukup lama dan saling mengerti pekerjaan masingmasing. Andre sering meliput berbagai berita hingga ke mancanegara, dan memuat tulisannya di surat kabar komersial tersebut. Mereka jarang banget bertemu, dan hanya Skype ajalah yang membantu hubungan mereka waktu itu.

Tiap pagi, Lara selalu mengaktifkan Skype- nya demi melihat wajah tampan Andre yang baru bangun tidur, sekadar menyapanya atau melepas rindu pada cowok itu. Lalu, dua puluh menit kemudian, Andre harus kembali bertugas meliput beritaberita ter-update masa kini. Kabar putusnya Andre-Lara kedengarannya diakibatkan Andre terlalu larut dalam pekerjaannya. Dia sering hilang kabar, dan begitu nongol di chat cuma kirim stikerstiker emotion nggak jelas gitu .

Setiap pulang, yang tadinya Andre rajin bertemu Lara, malah jadi jarang banget hingga akhirnya Lara dengan berat hati meminta mengakhiri hubungan mereka. Setelahnya, ya gini deh. Lara jadi sibuk dan tenggelam pada pekerjaannya sendiri. Hingga nggak kenal lelah, waktu dan usia. Tiap kali ada acara keluarga, Lara selalu dihantui oleh pertanyaan, ”Kapan ngana mau kaweng ?” Yang artinya, kapan dirinya akan menikah. Udah gitu , Lara cuma bisa ketawa ngeringis aja , dan hanya menjawab, ”Biar Tuhan yang kase akang pa kita .”

Keluarga besar ayah Lara berasal dari Manado, Sulawesi Utara, yang masih sedikit ada campuran darah Belanda walaupun enggak satu pun dari mereka bisa menggunakan bahasa tersebut. Maka enggak heran, Lara mempunyai mata cokelat susu yang terang dengan rambut agak kecokelatan. (bersambung)

Vania M. Bernadette
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0587 seconds (0.1#10.140)