Kho Ping Hoo, Buek Siansu Jilid 19 Bagian 2
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Buek Siansu
Pemuda itu membiarkan saja Swat Hong menangis. Tak lama kemudian dia berkata, "Laba-laba itu beracun, kau terkena hawa beracun, akan tetapi berapa lama kau tertawan seperti itu?"
"Sejak malam tadi... ahhh, mengerikan sekali, Suheng...."
"Sudahlah, mari kubantu engkau mengusir hawa beracun yang mengeram di tubuhmu."
"Nanti dulu aku harus menceritakan dulu kepadamu...." Swat Hong berkata terengah-engah, "ceritaku akan dapat mengusir kengerian yang masih mencekam hatiku, Suheng."
Sin Liong mengangguk. Menurut hasil penyelidikannya tadi, biarpun terserang hawa beracun namun keadaan Swat Hong tidak berbahaya dan malah lebih berbahaya ketegangan dan pukulan batin yang dideritanya selama satu malam itu. Memang menceritakan kengerian yang mencekam merupakan obat mujarab pula, seolah-olah kengerian yang ditahan-tahan itu memperoleh jalan keluar dan dapat meringankan hati yang tertekan.
"Aku mengejar mereka dan mereka itu lenyap. Aku penasaran dan mencari terus, selalu tampak berkelebatnya bayangan mereka sehingga pengejaranku terarah. Aku sama sekali tidak mengira bahwa mereka memang memancingku ke tempat ini. Ketika aku melihat bahwa cuaca mulai gelap, aku melihat pula sinar api di depan dan terus aku mengejarnya. Kemudian, di antara sinar obor aku melihat beberapa orang kerdil lari memasuki guha ini. Aku cepat mengejar dan melihat bayangan mereka dekat sekali. Kupikir asal dapat menangkap seorang di antara mereka dan memaksanya menjadi petunjuk jalan, tentu beres. Maka melihat bayangan mereka begitu dekat di dalam guha ini, aku menerjang dan melompat maju, bermaksud menangkap seorang di antara mereka."
Sin Liong mendengarkan penuh perhatian dan diam-diam dia membandingkan pengalaman sumoinya dan pengalamannya sendiri. Ternyata jalan pikiran mereka untuk menawan seorang lawan adalah sama, hanya sayangnya, sumoinya tidak tahu bahwa dia sedang dipancing memasuki jebakan yang amat mengerikan.
"Ketika aku meloncat itu, aku tidak tahu bahwa di depanku terdapat sarang laba-laba itu. Tubuhku tertangkap, aku meronta-ronta namun laba-laba itu terus menambah tali-tali mengerikan itu yang mempunyai daya melekat luar biasa. Aku meronta terus sampai kehabisan napas dan melihat laba-laba itu begitu dekat, seolah-olah hendak menjilatku dan hendak menggigit, aku pingsan entah berapa kali."
"Hemm, engkau masih untung dapat terhindar, Sumoi. Sungguhpun aku merasa heran sekali...."
"Dapat kaubayangkan betapa ngeriku, Suheng, ketika aku siuman, tak jauh dari situ terdapat obor yang mendatangkan cahaya remang-remang amat mengerikan, dan aku terjerat sama sekali tak mampu bergerak, dan laba-laba itu... mendekati aku, lalu mundur kembali, mendekati lagi seperti ragu-ragu... ihh, melihat kaki yang berbulu itu, meraba-raba..." Swat Hong kembali menutupi mukanya dan terisak-isak.
"Memang hebat sekali pengalamanmu, Sumoi. Akan tetapi yang penting, engkau dapat terhindar. Hanya satu hal aku tidak mengerti, mengapa selama itu laba-laba raksasa tadi tidak menggigitmu? Padahal dia amat berbisa."
"Berkat inilah," Swat Hong mengeluarkan sebuah batu sebesar kepalannya, batu yang berkilauan mengeluarkan cahaya hijau.
"Ah kiranya engkau membawa bekal Batu Mustika Hijau? Pantas! Tentu saja binatang itu tidak berani menggigitmu, bahkan setiap kali mendekat menjadi ketakutan dan mundur kembali. Untung sekali, Sumoi. Sekarang, marilah kubantu engkau mengusir hawa beracun dari tubuhmu,"
"Baik, Suheng... aku... ahhh.,.." Tiba-tiba napasnyt menjadi sesak dan Swat Hong terguling pingsan!
Sin Liong cepat menyambar tubuh sumoinya dan memeriksanya. Dia merasa heran sekali karena begitu memeriksa, dia mendapat kenyataan bahwa keadaan sumoinya tidak seringan yang diduganya semula.
Hal ini adalah karena tadi sumoinya meletakkan Batu Mustika Hijau itu di pinggangnya, maka ketika pada pemeriksaan pertama, hawa beracun agak tertolak oleh mustika itu sehingga kelihatannya hanya ringan, Sekarang, setelah batu itu dikeluarkan, daya tolak racun dari batu itu meninggalkan tubuh Swat Hong dan hawa beracun yang amat jahat itu menyerang sepenuhnya membuat Swat Hong roboh pingsan. (Bersambung)
Pemuda itu membiarkan saja Swat Hong menangis. Tak lama kemudian dia berkata, "Laba-laba itu beracun, kau terkena hawa beracun, akan tetapi berapa lama kau tertawan seperti itu?"
"Sejak malam tadi... ahhh, mengerikan sekali, Suheng...."
"Sudahlah, mari kubantu engkau mengusir hawa beracun yang mengeram di tubuhmu."
"Nanti dulu aku harus menceritakan dulu kepadamu...." Swat Hong berkata terengah-engah, "ceritaku akan dapat mengusir kengerian yang masih mencekam hatiku, Suheng."
Sin Liong mengangguk. Menurut hasil penyelidikannya tadi, biarpun terserang hawa beracun namun keadaan Swat Hong tidak berbahaya dan malah lebih berbahaya ketegangan dan pukulan batin yang dideritanya selama satu malam itu. Memang menceritakan kengerian yang mencekam merupakan obat mujarab pula, seolah-olah kengerian yang ditahan-tahan itu memperoleh jalan keluar dan dapat meringankan hati yang tertekan.
"Aku mengejar mereka dan mereka itu lenyap. Aku penasaran dan mencari terus, selalu tampak berkelebatnya bayangan mereka sehingga pengejaranku terarah. Aku sama sekali tidak mengira bahwa mereka memang memancingku ke tempat ini. Ketika aku melihat bahwa cuaca mulai gelap, aku melihat pula sinar api di depan dan terus aku mengejarnya. Kemudian, di antara sinar obor aku melihat beberapa orang kerdil lari memasuki guha ini. Aku cepat mengejar dan melihat bayangan mereka dekat sekali. Kupikir asal dapat menangkap seorang di antara mereka dan memaksanya menjadi petunjuk jalan, tentu beres. Maka melihat bayangan mereka begitu dekat di dalam guha ini, aku menerjang dan melompat maju, bermaksud menangkap seorang di antara mereka."
Sin Liong mendengarkan penuh perhatian dan diam-diam dia membandingkan pengalaman sumoinya dan pengalamannya sendiri. Ternyata jalan pikiran mereka untuk menawan seorang lawan adalah sama, hanya sayangnya, sumoinya tidak tahu bahwa dia sedang dipancing memasuki jebakan yang amat mengerikan.
"Ketika aku meloncat itu, aku tidak tahu bahwa di depanku terdapat sarang laba-laba itu. Tubuhku tertangkap, aku meronta-ronta namun laba-laba itu terus menambah tali-tali mengerikan itu yang mempunyai daya melekat luar biasa. Aku meronta terus sampai kehabisan napas dan melihat laba-laba itu begitu dekat, seolah-olah hendak menjilatku dan hendak menggigit, aku pingsan entah berapa kali."
"Hemm, engkau masih untung dapat terhindar, Sumoi. Sungguhpun aku merasa heran sekali...."
"Dapat kaubayangkan betapa ngeriku, Suheng, ketika aku siuman, tak jauh dari situ terdapat obor yang mendatangkan cahaya remang-remang amat mengerikan, dan aku terjerat sama sekali tak mampu bergerak, dan laba-laba itu... mendekati aku, lalu mundur kembali, mendekati lagi seperti ragu-ragu... ihh, melihat kaki yang berbulu itu, meraba-raba..." Swat Hong kembali menutupi mukanya dan terisak-isak.
"Memang hebat sekali pengalamanmu, Sumoi. Akan tetapi yang penting, engkau dapat terhindar. Hanya satu hal aku tidak mengerti, mengapa selama itu laba-laba raksasa tadi tidak menggigitmu? Padahal dia amat berbisa."
"Berkat inilah," Swat Hong mengeluarkan sebuah batu sebesar kepalannya, batu yang berkilauan mengeluarkan cahaya hijau.
"Ah kiranya engkau membawa bekal Batu Mustika Hijau? Pantas! Tentu saja binatang itu tidak berani menggigitmu, bahkan setiap kali mendekat menjadi ketakutan dan mundur kembali. Untung sekali, Sumoi. Sekarang, marilah kubantu engkau mengusir hawa beracun dari tubuhmu,"
"Baik, Suheng... aku... ahhh.,.." Tiba-tiba napasnyt menjadi sesak dan Swat Hong terguling pingsan!
Sin Liong cepat menyambar tubuh sumoinya dan memeriksanya. Dia merasa heran sekali karena begitu memeriksa, dia mendapat kenyataan bahwa keadaan sumoinya tidak seringan yang diduganya semula.
Hal ini adalah karena tadi sumoinya meletakkan Batu Mustika Hijau itu di pinggangnya, maka ketika pada pemeriksaan pertama, hawa beracun agak tertolak oleh mustika itu sehingga kelihatannya hanya ringan, Sekarang, setelah batu itu dikeluarkan, daya tolak racun dari batu itu meninggalkan tubuh Swat Hong dan hawa beracun yang amat jahat itu menyerang sepenuhnya membuat Swat Hong roboh pingsan. (Bersambung)
(dwi)