Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 14 Bagian 1
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
SEPERTI biasa, Kaisar dan selirnya yang tercinta menanti di dalam pondok yang memang tersedia di situ, di tengah-tengah hutan. Para pembesar dan Pangeran Tang Sin Ong menanti di luar pondok sambil bercakap-cakap.
Mereka menanti sampai datangnya binatang-binatang yang akan digiring oleh pasukan yang sudah menyusup-nyusup ke dalam. hutan lebat di depan. Para pengawal menjaga di sekeliling tempat itu, pengawal kaisar dan pengawal Pangeran Tang Ong karena pangeran ini mempunyai pasukan pengawal sendiri.
Mereka tidak usah lama menanti. Segera terdengar sorak-sorak dari jauh, makin lama makin mendekat. Itulah suara pasukan yang bertugas menggiring binatang hutan menuju ke tempat penyembelihan itu, di mana para pembesar telah menanti dengan gendewa bersama anak panahnya siap di tangan.
Mendengar suara ini, Kaisar sudah keluar dari pondok sambil tersenyum-senyum gembira membawa sebatang gendewa. Seorang thaikam yang menjadi kepercayaan dan pelayannya mengikuti Kaisar sambil membawa tempat anak panah.
Tak lama kemudian, mulailah bermunculan binatang-binatang hutan yang panik ketakutan karena dikejar-kejar dan digiring oleh pasukan di belakang mereka yang bersorak sorai itu. Dan mulailah Kaisar bersama Pangeran Tang Sin Ong dan para pembesar lainnya menghujankan anak panah mereka ke arah binatang-binatang itu.
Tidak ada seorang pun melihat ketika dari rombongan pengawal Pangeran Tang Sin Ong, seorang pengawal menyelinap ke dalam semak-semak, menanggalkan pakaian biasa menyelinap dan memasuki pondok Kaisar dari samping, meloncat masuk dari jendela yang terbuka.
Dengan kecepatan kilat, laki-laki setengah tua ini menyergap Yang Ku Hui yang sedang berdiri menonton di ambang pintu depan. Terdengar selir cantik itu menjerit, akan tetapi tubuhnya menjadi lemas ketika dia tertotok dan ketika semua orang menoleh mendengar jeritan itu, Yang Kui Hui telah dipondong dan dibawa lari oleh laki-laki itu.
"Penculik...!"
"Penjahat...!"
"Jangan lepas anak panah, bisa salah sasaran..!!" Tiba-tiba Pangeran Tang Sin Ong berseru keras.
Mendengar ini, Kaisar yang sudah pucat mukanya cepat berseru, Benar! Jangan lepas anak panah. Kejar dan tangkap! Selamatkan dia...!"
Semua orang, pegawal, pembesar Pangeran Tang Sin Ong, bahkan Kaisar sendiri, mengejar penculik yang memiliki gerakan amat gesit itu. Dengan beberapa loncatan saja penculik itu telah lari jauh sekali.
"Cepat kejar... tolong dia... ahhh, Kui Hui...!!" Kaisar berteriak dengan muka pucat.
Tiba-tiba tampak dua sosok bayangan orang berkelebat menghadang penculik itu. Dari jauh kelihatan jelas bahwa dua orang itu adalah wanita-wanita cantik yang gerakannya cepat luar biasa.
Wanita yang lebih tua sudah menerjang maju dan dengan serangan mendadak berhasil memukul roboh penculik dan merampas Yang Kui Hui, kemudian wanita ke dua yang muda dan cantik menggerakkan pedangnya menusuk. Terdengar jerit melengking yang nyaring sekali ketika pedang itu menembus dada penculik itu yang berkelojotan, terbelalak dan menudingkan telunjuknya kepada wanita pertama seolah-olah hendak berkata sesuatu, akan tetapi sebuah tendangan yang mengenai kepalanya membuat penculik itu tak dapat bergerak lagi dan tewas seketika!
Kaisar dan rombongannya sudah tiba di situ. Dengan tepukan perlahan wanita perkasa yang lebih tua itu membebaskan totokan Yang Kui Hui. Selir ini mengeluh dan menangis sambil menubruk Kaisar yang memeluknya. Kaisar memandang kepada dua orang wanita cantik yang sudah berlutut di depan kakinya dengan perasaan bersyukur dan berterima kasih.
"Untung sekali kalian berdua yang gagah perkasa datang menolong!" kata Kaisar dengan penuh rasa syukur, suaranya masih gemetar karena ketegangan hebat yang baru saja dialaminya. "Siapakah kalian?"
"Hamba adalah Ketua Bu-tong-pai bernama The Kwat Lin," berkata wanita cantik itu lalu menuding kepada dara muda yang cantik jelita dan tinggi semampai di sebelahnya, dan ini adalah Bu Liang-cu murid hamba."
"Ahhh, kiranya Ketua Bu-tong-pai yang terkenal!" Kata Kaisar sambil tersenyum lebar. "Pantas saja demikian lihai! Kalian telah berjasa, telah menyelamatkan kekasih kami dan membunuh penculik jahat. Kalian pantas diberi hadiah besar." (Bersambung)
SEPERTI biasa, Kaisar dan selirnya yang tercinta menanti di dalam pondok yang memang tersedia di situ, di tengah-tengah hutan. Para pembesar dan Pangeran Tang Sin Ong menanti di luar pondok sambil bercakap-cakap.
Mereka menanti sampai datangnya binatang-binatang yang akan digiring oleh pasukan yang sudah menyusup-nyusup ke dalam. hutan lebat di depan. Para pengawal menjaga di sekeliling tempat itu, pengawal kaisar dan pengawal Pangeran Tang Ong karena pangeran ini mempunyai pasukan pengawal sendiri.
Mereka tidak usah lama menanti. Segera terdengar sorak-sorak dari jauh, makin lama makin mendekat. Itulah suara pasukan yang bertugas menggiring binatang hutan menuju ke tempat penyembelihan itu, di mana para pembesar telah menanti dengan gendewa bersama anak panahnya siap di tangan.
Mendengar suara ini, Kaisar sudah keluar dari pondok sambil tersenyum-senyum gembira membawa sebatang gendewa. Seorang thaikam yang menjadi kepercayaan dan pelayannya mengikuti Kaisar sambil membawa tempat anak panah.
Tak lama kemudian, mulailah bermunculan binatang-binatang hutan yang panik ketakutan karena dikejar-kejar dan digiring oleh pasukan di belakang mereka yang bersorak sorai itu. Dan mulailah Kaisar bersama Pangeran Tang Sin Ong dan para pembesar lainnya menghujankan anak panah mereka ke arah binatang-binatang itu.
Tidak ada seorang pun melihat ketika dari rombongan pengawal Pangeran Tang Sin Ong, seorang pengawal menyelinap ke dalam semak-semak, menanggalkan pakaian biasa menyelinap dan memasuki pondok Kaisar dari samping, meloncat masuk dari jendela yang terbuka.
Dengan kecepatan kilat, laki-laki setengah tua ini menyergap Yang Ku Hui yang sedang berdiri menonton di ambang pintu depan. Terdengar selir cantik itu menjerit, akan tetapi tubuhnya menjadi lemas ketika dia tertotok dan ketika semua orang menoleh mendengar jeritan itu, Yang Kui Hui telah dipondong dan dibawa lari oleh laki-laki itu.
"Penculik...!"
"Penjahat...!"
"Jangan lepas anak panah, bisa salah sasaran..!!" Tiba-tiba Pangeran Tang Sin Ong berseru keras.
Mendengar ini, Kaisar yang sudah pucat mukanya cepat berseru, Benar! Jangan lepas anak panah. Kejar dan tangkap! Selamatkan dia...!"
Semua orang, pegawal, pembesar Pangeran Tang Sin Ong, bahkan Kaisar sendiri, mengejar penculik yang memiliki gerakan amat gesit itu. Dengan beberapa loncatan saja penculik itu telah lari jauh sekali.
"Cepat kejar... tolong dia... ahhh, Kui Hui...!!" Kaisar berteriak dengan muka pucat.
Tiba-tiba tampak dua sosok bayangan orang berkelebat menghadang penculik itu. Dari jauh kelihatan jelas bahwa dua orang itu adalah wanita-wanita cantik yang gerakannya cepat luar biasa.
Wanita yang lebih tua sudah menerjang maju dan dengan serangan mendadak berhasil memukul roboh penculik dan merampas Yang Kui Hui, kemudian wanita ke dua yang muda dan cantik menggerakkan pedangnya menusuk. Terdengar jerit melengking yang nyaring sekali ketika pedang itu menembus dada penculik itu yang berkelojotan, terbelalak dan menudingkan telunjuknya kepada wanita pertama seolah-olah hendak berkata sesuatu, akan tetapi sebuah tendangan yang mengenai kepalanya membuat penculik itu tak dapat bergerak lagi dan tewas seketika!
Kaisar dan rombongannya sudah tiba di situ. Dengan tepukan perlahan wanita perkasa yang lebih tua itu membebaskan totokan Yang Kui Hui. Selir ini mengeluh dan menangis sambil menubruk Kaisar yang memeluknya. Kaisar memandang kepada dua orang wanita cantik yang sudah berlutut di depan kakinya dengan perasaan bersyukur dan berterima kasih.
"Untung sekali kalian berdua yang gagah perkasa datang menolong!" kata Kaisar dengan penuh rasa syukur, suaranya masih gemetar karena ketegangan hebat yang baru saja dialaminya. "Siapakah kalian?"
"Hamba adalah Ketua Bu-tong-pai bernama The Kwat Lin," berkata wanita cantik itu lalu menuding kepada dara muda yang cantik jelita dan tinggi semampai di sebelahnya, dan ini adalah Bu Liang-cu murid hamba."
"Ahhh, kiranya Ketua Bu-tong-pai yang terkenal!" Kata Kaisar sambil tersenyum lebar. "Pantas saja demikian lihai! Kalian telah berjasa, telah menyelamatkan kekasih kami dan membunuh penculik jahat. Kalian pantas diberi hadiah besar." (Bersambung)
(dwi)