Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 11 Bagian 4

Sabtu, 25 Februari 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Pada saat itu dua orang tukang pukul tadi sudah menghampiri mereka. Yang kurus pucat sudah menjura sambil berkata, "Kami mewakili Ciu-wangwe pemilik restoran ini menghaturkan selamat datang kepada Jiwi."

Sebelum Kwee Lun yang terheran-heran menjawab, Si Gendut pendek sudah menyambung sambil menyeringai dalam usahanya untuk tersenyum ramah. "Tentu Jiwi datang dari jauh dan lelah. Majikan kami juga memiliki hotel yang paling besar, paling bersih dan paling baik di kota ini, letaknya di sebelah kiri rumah makan ini. Jiwi akan dapat mengaso dengan enak di hotel kami dan kalau Loya kami mendengar bahwa Jiwi adalah tamu dari jauh, tentu biayanya akan diberi potongan separuhnya."

Kwe Lun sudah mengerutkan alisnya, mukanya merah dan dia seakan-akan memperoleh kesempatan mulai beraksi. "Kalian berani mengganggu kami yang sedang makan?"

Mendadak kakinya tertendang ujung kaki Swat Hong dan ketika dia memandang, dia melihat isyarat dalam sinar mata gadis itu, maka dia hanya mengerutkan alis dan tidak melanjutkan kata-katanya.

Swat Hong sendiri segera berkata kepada dua orang itu dengan suara ramah dan sikap manis, "Kalian sungguh ramah, tentu majikan kalian adalah seorang yang mengenal pribudi. Baik, kami memang hendak bermalam barang dua hari di kota ini. Akan tetapi melihat keramahan kalian, aku ingin bertemu dengan majikan kalian untuk menghaturkan terima kasih."

Dua orang itu saling pandang. "Marilah kami antarkan Nona dan Tuan agar memperoleh kamar yang paling baik di hotel, kemudiah kami akan melapor kepada majikan kami...."

"Tidak usah repat-repot!" Swat Hong berkata cepat. "Temanku ini masih hendak melanjutkan makan minum... heiii! Pelayan tambah araknya! Biarlah saya yang menemui majikan kalian dan memilih kamar di hotel sebelah. Kami sudah mendengar tentang kebaikan hati majikan kalian dari pembesar-pembesar di kota ini, dan kami memang ingin minta pekerjaan.. Aku ingin bekerja apa saja yang pantas dan temanku itu... dia tentu bisa menjadi seorang penjaga keselamatan.

Dapat dibayangkan betapa girangnya hati kedua orang itu. Sudah terbayang di depan mata betapa mereka akan menerima pujian berikut hadiah dari Ciu- wangwe. Seorang nona begini cantik jelita seperti bidadari, tanpa susah payah datang sendiri ke depan mulut, tinggal membuka mulut dan mencaplok saja Ciu-wangwe tentu senang sekali, bukan untuk hartawan itu sendiri yang kesenangannya bukan memeluk wanita cantik, melainkan untuk menyenangkan hati para pembesar setempat. Ciu-wangwe sendiri kesenangannya hanya satu, yaitu uang dan kedudukan!

"Bagus sekali kalau begitu, Nona! Kebetulan pada saat ini Ciu-wangwe sedang menjamu pembesar yang paling terhormat di kota ini. Mereka sedang berpesta di ruangan belakang hotel kami. Mari kami antar Nona ke sana!"

Tidak usah, kalian di sini saja melayani temenku!" Sambil berkata demikian Swat Hong sudah bangkit berdiri dan cepat laksana kilat kedua tangannya bergerak seperti seorang wanita yang menepuk-nepuk pundak kedua orang itu dengan ramahnya, akan tetapi dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati kedua orang tukang pukul itu ketika tiba-ttba tubuh mereka menjadi lemas dan kaki tangan mereka tak dapat digerakkan lagi. Tangan mereka tak dapat digerakkan lagi.

"Ha-ha, duduklah kalian, mari temani aku minum arakl" Kwee Lun yang dapat melihat gerakan temannya itu cepat bangkit berdiri, kakinya bergerak dan kedua lutut mereka telah terkena tendangan ujung sepatunya sehingga terlepas sambungannya. Sambil tersenyum Kwee Lun sudah mendudukkan mereka di atas bangku di kanan kirinya!

Para tamu hanya melihat empat orang ini seperti beramah tamah, maka mereka tidak tertarik lagi, hanya tertarik kepada Swat Hong yang memang sejak tadi telah menjadi perhatian pandang mata para tamu pria yang berada di dalam reseoran. Mereka menahan napas melihat dara cantik jelita itu dengan langkah gontai meninggalkan restoran, membawa dua batang pedang dan sebuah kipas.

"Aku pinjam dulu ini!" kata Swat Hong tadi kepada Kwee Lun yang hanya memandang dengan terheran-heran melihat kedua senjatanya dibawa pergi oleh Swat Hong. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0463 seconds (0.1#10.140)