Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 11 Bagian 8

Senin, 27 Februari 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Pintu depan terbuka dan para pengawal serta tukang pukul berlompatan masuk. Swat Hong girang sekali karena dia dapat menduga bahwa Si Gendut itulah tentu yang menjadi kepala daerah, orang she Gu yang diperalat oleh Ciu- wangwe.

Maka dia sudah meloncat ke dekat orang itu, mencabut pedangnya dan menempelkan pedang telanjang di leher Gu-taijin sambil menghardik, "Gu-taijin! Cepati kau menyuruh mundur semua orangmu! Kalau tidak, pedang ini akan menyembelih lehermu!"

Swat Hong menahan geli hatinya melihat tubuh yang gendut itu menggigil semua dan dia menahan jijiknya karena terpaksa menggunakan tangan kanan mencengkeram leher baju. Apa lagi ketika melihat betapa lantai di bawah pembesar gendut ini tiba-tiba menjadi basah, tersiram air yang membasahi celana, dia makin jijik.

Ingin dia membacokkan pedangnya saja agar manusia tiada guna ini tewas seketika kalau saja dia tidak teringat bahwa jalan satu-satunya untuk rnembantu Kwee Lun membereskan urusannya hanyalah menangkap pembesar ini hidup-hidup.

Biarpun manusia gendut ini tidak ada gunanya, akan tetapi manusia yang bagaimanapun pengecut dan lemahnya, sekali menduduki pangkat besar, menjadi seorang yang sewenang-wenang dan jahat! Makin pengecut dan makin rendah watak orang itu makin celakalah kalau dia memperoleh kedudukan tinggi, karena kerendahan akhlaknya akan membuat dia makin jahat, mempergunakan kekuasaannya yang kebetulan melindunginya.

"Am... ampun...!" Gu-taijin dengan sukar sekali mengeluarkan suara. Mendengar betapa lehernya akan disembelih, apalagi disembelih perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit, membayangkan betapa lehernya akan terasa perih dannyeri, berlepotan darah, betapa dia akan mati dan meninggalkan semua kemewahan dan kesenangan hidupnya, hampir dia pingsan!

"Suruh mereka mundur...!" kembali Swat Hong membentak dan tangan kirinya mencengkeram tengkuk.

"Ouwwhhh...!" Pembesar itu menjerit mengira tengkuknya disembelih, padahal hanyalah jari-jari saja yang mencengkeramnya. "Heii, mundur kalian! Tolol semua! Mundur kataku, dan jangan membantah... Li... Lihiap...!"

Para pengawal menjadi bingung dan dengan muka pucat dan mata terbelalak lebar mereka mundur sambil memandang penuh kesiapsiagaan. Pada saat itu, seorang tukang pukul telah berhasil membebaskan totokan Ciu-wangwe dan kini hartawan itu dengan marahnya berteriak kepada para tukang pukulnya, "Cepat serbu iblis betina itu...!"

Swat Hong kembali mencengkeram tengkuk Gu-taijin. "Suruh jahanam Ciu itu menyerah!"

"Ouughh... Ciu-wangwe... jangan...! Jangan melawan...!"

Ciu-wangwe yang melihat betapa kepala daerah itu telah ditangkap, sejenak menjadi bingung sekali. Akan tetapi tentu saja dia tidak sudi menyerah dan pada saat itu terdengar suara hiruk pikuk di sebelah luar hotel. Tahulah Swat Hong bahwa Kwee Lun tentu telah turun tangan pula mulai beraksi, maka dia berkata, "Orang she Ciu! Kejahatanmu berakhir di hari ini juga!"

Selagi Ciu-wangwe kebingungan, tiba-tiba datang seorang tukang pukulnya dari luar dan berteriak-teriak, "Celaka... Loya... ada orang merobohkan restoran kita...!" Akan tetapi orang ini terbelalak dan memandang ke dalam dengan muka pucat. Dia melihat kepala daerah berada dalam cengkeraman wanita cantik itu dan melihat Ciu-wangwe berdiri bingung.

Mendengar ini, Ciu-wangwe menjadi kaget dan mengira bahwa tentu banyak musuh yang datang menyerbunya. Dia tidak mau mempedulikan Gu-taijin lagi. Dalam keadaan seperti itu, yang terbaik baginya adalah berada di luar dan berusaha mengerahkan seluruh anak buahnya untuk menghadapi para penyerbu. Keselamatan Gu-taijin tentu saja tidak dipedulikannya lagi. Maka tanpa berkata apa-apa lagi dia lalu berlari hendak keluar dan ruangan besar itu.

"Hendak ke mana engkau?" Swat Hong cepat menotok roboh Gu-taijin dan meloncat ke depan. Tubuhnya melayang dan Ciu-wangwe hanya melihat sesosok bayangan berkelebat dan tahu-tahu wanita cantik itu telah berdiri di depannya!

"Serbu...!" Bentaknya dan dia sendiri yang sudah mencabut goloknya membacok dengan cepat sambil mengerahkan seluruh tenaganya.

"Sing-sing-singgg...!!" Bertubi-tubi golok itu menyambar dan kini anak buahnya juga sudah membantunya.

Swat Hong cepat memutar pedangnya dan mengerahkan sinkang disalurkan kepada pedang itu.

"Cring-cring-trang-trang-trang...!!" Sebatang golok di tangan Ciu-wangwe dan empat batang pedang terlepas dari pegangan pemiliknya, dan tiga orang pengeroyok roboh terkena totokan kipas perak di tangan kirinya!

Melihat kelihaian wanita ini, bukan main kagetnya hati Ciu-wangwe. Dia sudah berpengalaman dan tahulah dia bahwa kalau dia melanjutkan, dia sendiri akan roboh di tangan wanita lihai ini. Maka jalan terbaik baginya adalah lari keluar untuk mengerahkan anak buahnya dan kalau perlu melarikan diri! (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0801 seconds (0.1#10.140)