Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 24 Bagian 10
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Teringatlah mereka semua dan kini mereka memandang Sin Liong dengan mata terbelalak. "Mau apa kau datang ke sini?" Thian-tok bertanya dengan suara agak berkurang galaknya.
Sin Liong sudah menjura kepada Ketua Hoa-san-pai, kepada Tee Tok dan tokoh yang tadi membela Hoa-san-pai, diikuti oleh Swat Hong kemudian Swat Hong berkata kepada Toan Ki dan Swi Nio, "Terima kasih kami haturkan kepada Ji-wi (Kalian Berdua) yang ternyata adalah orang-orang gagah yang pantas dipuji dan dikagumi kesetiaan dan kegagahannya. Sekarang saya harap Ji-wi suka mengembalikan pusaka-pusaka itu kepadaku."
Toan Ki dan Swi Nio menjura dan Toan Ki menjawab, "Harap Lihiap suka menanti sebentar." Kemudian pergilah dia bersama Swi Nio ke sebelah dalam, diikuti pandang mata Ketua Hoa-san-pai yang menjadi terheran-heran.
"Mau apa kalian dua orang muda datang ke sini?" kembali Thian-tok bertanya.
"Harap Locianpwe ketahui bahwa kami berdua adalah penghuni Pulau Es yang datang untuk mengambil kembali Pusaka Pulau Es. Pusaka itu adalah milik Pulau Es dan harus dikembalikan ke sana."
"Penghuni Pulau Es...??" Suara ini bukan hanya keluar dari mulut para tamu, tetapi juga dari pihak Hoa-san-pai dan mereka yang membelanya, kecuali Tee Tok Siangkoan Houw yang sudah tahu akan keadaan pemuda dan pemudi itu.
Tak lama kemudian muncullah Toan Ki dan Swi Nio. Toan Ki membawa bungkusan yang dulu dia terima dari Hong, lalu menyerahkan bungkusan itu kepada Swat Hong sambil menjura berkata, "Dengan ini kami mengembalikan pusaka yang Lihiap titipkan kepada kami dengan hati lega!" Memang hatinya lega dan girang sekali dapat terlepas dari tanggung jawab yang amat berat itu.
Swat Hong membuka dan meneliti pusaka-pusaka itu. Melihat bahwa pusaka itu masih lengkap, dia makin kagum. "Suheng tidak pantas kalau kita tidak membalas budi mereka ini."
Sin Liong tersenyum, mengangguk, kemudian dia berkata kepada Thian-tok dan lain tamu yang masih memandang dengan bengong dan kini dari mata mereka itu terpancar ketegangan dan keinginan besar. Setelah Pusaka Pulau Es terkenal itu tampak di depan mata, mana mungkin mereka mundur begitu saja tanpa usaha untuk mendapatkannya?
"Cu-wi Locianpwe jauh-jauh datang ke sini, harap suka memaklumi bahwa pusaka-pusaka ini telah kembali ke pemiliknya dan akan dikembalikan ke Pulau Es. Maka kami berdua mengharap sudilah Cu-wi tidak mengganggu lagi Hoa-san-pai dan suka meninggalkan tempat ini."
"Kami harus mendapatkan pusaka itu!"
"Kami juga!"
"Kami minta bagian!"
Teriakan-teriakan itu terdengar riuh rendah dan Sin Liong lalu berkata lagi dengan halus, "Kami berdua akan berada di sini selama tiga hari, kemudian kami akan meninggalkan Hoa-san-pai. Kalau kita tidak berada di sini, masih belum terlambat bagi kita untuk bicara lagi tentang pusaka. Amatlah tidak baik bagi nama Cu-wi Locianpwe kalau mengganggu Hoa-san-pai yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang hal ini. Nanti kalau kami sudah meninggalkan Hoa-san-pai, boleh kita bicara lagi."
Melihat sikap orang-orang Hoa-san-pai, dan sekarang sudah jelas bahwa pusaka itu berada di tangan Sin-tong dan dara muda itu, Thian-tok lalu mendengus dan berkata, "Baik, kami menanti di bawah bukit. Kalian berdua tidak akan dapat terbang lalu."
Pergilah mereka itu meninggalkan Hoa-san-pai, akan tetapi semua orang tahu belaka bahwa mereka tentu akan mengurung tempat itu dan tidak akan membiarkan Sin Liong dan Swat Hong lolos dari situ membawa pergi pusaka-pusaka Pulau Es yang amat mereka inginkan itu.
Sin Liong lalu menjura kepada Ketua Hoa-san-pai, para tokoh Hoa-san-pai, Toan Ki dan Swi Nio, juga kepada Tee Tok dan mereka yang tadi membela Hoa-san-pai, kemudian berkata, "Terutama kepada Saudara Liem Toan Ki dan Nyonya, sudah sepantasnya kalau kami meninggalkan sedikit ilmu untuk Jiwi pelajari. Dan kepada para Locianpwe, kiranya akan ada manfaatnya kalau saya melayani para Locianpwe main-main sedikit untuk memperluas pengetahuan ilmu silat." (Bersambung)
Teringatlah mereka semua dan kini mereka memandang Sin Liong dengan mata terbelalak. "Mau apa kau datang ke sini?" Thian-tok bertanya dengan suara agak berkurang galaknya.
Sin Liong sudah menjura kepada Ketua Hoa-san-pai, kepada Tee Tok dan tokoh yang tadi membela Hoa-san-pai, diikuti oleh Swat Hong kemudian Swat Hong berkata kepada Toan Ki dan Swi Nio, "Terima kasih kami haturkan kepada Ji-wi (Kalian Berdua) yang ternyata adalah orang-orang gagah yang pantas dipuji dan dikagumi kesetiaan dan kegagahannya. Sekarang saya harap Ji-wi suka mengembalikan pusaka-pusaka itu kepadaku."
Toan Ki dan Swi Nio menjura dan Toan Ki menjawab, "Harap Lihiap suka menanti sebentar." Kemudian pergilah dia bersama Swi Nio ke sebelah dalam, diikuti pandang mata Ketua Hoa-san-pai yang menjadi terheran-heran.
"Mau apa kalian dua orang muda datang ke sini?" kembali Thian-tok bertanya.
"Harap Locianpwe ketahui bahwa kami berdua adalah penghuni Pulau Es yang datang untuk mengambil kembali Pusaka Pulau Es. Pusaka itu adalah milik Pulau Es dan harus dikembalikan ke sana."
"Penghuni Pulau Es...??" Suara ini bukan hanya keluar dari mulut para tamu, tetapi juga dari pihak Hoa-san-pai dan mereka yang membelanya, kecuali Tee Tok Siangkoan Houw yang sudah tahu akan keadaan pemuda dan pemudi itu.
Tak lama kemudian muncullah Toan Ki dan Swi Nio. Toan Ki membawa bungkusan yang dulu dia terima dari Hong, lalu menyerahkan bungkusan itu kepada Swat Hong sambil menjura berkata, "Dengan ini kami mengembalikan pusaka yang Lihiap titipkan kepada kami dengan hati lega!" Memang hatinya lega dan girang sekali dapat terlepas dari tanggung jawab yang amat berat itu.
Swat Hong membuka dan meneliti pusaka-pusaka itu. Melihat bahwa pusaka itu masih lengkap, dia makin kagum. "Suheng tidak pantas kalau kita tidak membalas budi mereka ini."
Sin Liong tersenyum, mengangguk, kemudian dia berkata kepada Thian-tok dan lain tamu yang masih memandang dengan bengong dan kini dari mata mereka itu terpancar ketegangan dan keinginan besar. Setelah Pusaka Pulau Es terkenal itu tampak di depan mata, mana mungkin mereka mundur begitu saja tanpa usaha untuk mendapatkannya?
"Cu-wi Locianpwe jauh-jauh datang ke sini, harap suka memaklumi bahwa pusaka-pusaka ini telah kembali ke pemiliknya dan akan dikembalikan ke Pulau Es. Maka kami berdua mengharap sudilah Cu-wi tidak mengganggu lagi Hoa-san-pai dan suka meninggalkan tempat ini."
"Kami harus mendapatkan pusaka itu!"
"Kami juga!"
"Kami minta bagian!"
Teriakan-teriakan itu terdengar riuh rendah dan Sin Liong lalu berkata lagi dengan halus, "Kami berdua akan berada di sini selama tiga hari, kemudian kami akan meninggalkan Hoa-san-pai. Kalau kita tidak berada di sini, masih belum terlambat bagi kita untuk bicara lagi tentang pusaka. Amatlah tidak baik bagi nama Cu-wi Locianpwe kalau mengganggu Hoa-san-pai yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang hal ini. Nanti kalau kami sudah meninggalkan Hoa-san-pai, boleh kita bicara lagi."
Melihat sikap orang-orang Hoa-san-pai, dan sekarang sudah jelas bahwa pusaka itu berada di tangan Sin-tong dan dara muda itu, Thian-tok lalu mendengus dan berkata, "Baik, kami menanti di bawah bukit. Kalian berdua tidak akan dapat terbang lalu."
Pergilah mereka itu meninggalkan Hoa-san-pai, akan tetapi semua orang tahu belaka bahwa mereka tentu akan mengurung tempat itu dan tidak akan membiarkan Sin Liong dan Swat Hong lolos dari situ membawa pergi pusaka-pusaka Pulau Es yang amat mereka inginkan itu.
Sin Liong lalu menjura kepada Ketua Hoa-san-pai, para tokoh Hoa-san-pai, Toan Ki dan Swi Nio, juga kepada Tee Tok dan mereka yang tadi membela Hoa-san-pai, kemudian berkata, "Terutama kepada Saudara Liem Toan Ki dan Nyonya, sudah sepantasnya kalau kami meninggalkan sedikit ilmu untuk Jiwi pelajari. Dan kepada para Locianpwe, kiranya akan ada manfaatnya kalau saya melayani para Locianpwe main-main sedikit untuk memperluas pengetahuan ilmu silat." (Bersambung)
(dwi)