Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 12 Bagian 12

Rabu, 08 Maret 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Demikianlah, kedua orang ini seperti berlomba lari saja, bersicepat lari kembali ke puncak. Dan mereka tiba di tempat yang tepat di mana mereka melihat Swat Hong sedang menyerang kalang kabut kepada Sin Liong yang mengelak ke sana-sini.

Ketika Kwee Lun melihat sahabatnya itu menerjang seorang pemuda dengan mati-matian dan mendapat kenyataan betapa pemuda itu lihai bukan main, biarpun bertangan kosong namun pedang di tangan Swat Hong sama sekali tidak pernah menyentuhnya, dia sudah menggerakkan pedang dan kipasnya, meloncat maju sambil membentak, "Berani kau menghina Hong-moi?"

"Trangg-cringgg...!!" Kwee Lun terdorong ke belakang dan matanya terbelalak melihat bahwa yang menangkisnya adalah sepasang senjata di tangan... Soan Cu yang mendelik dan memaki, "Kerbau tolol! Berani kau mencampuri urusan Liong-koko?" Setelah berkata demikian, Soan Cu menyerang kalang kabut dan kembali mereka saling serang dengan serunya!

Melihat ini, otomatis Swat Hong menghentikan serangannya dan Sin Liong juga sudah meloncat ke belakang lalu berkata, "Jangan bertempur! Soan Cu, mundurlah...!"

"Liong-ko, biarkan aku bertempur dengan gajah ini sampai selaksa... eh, seratus jurus!"

"Kwee-koko, mundur! Orang sendiri...!

"Hehhh...? Orang sendiri...? Dia ini..." Kwee Lun terkejut dan terheran-heran, sebentar memandang kepada Sin Liong, lalu kepada Soan Cu.

"Kwee-koko, inilah Suhengku yang kucari-cari." Swat Hong berkata memperkenalkan.

"Eh... akan tetapi, mengapa kau menyerangnya...??"

Sin Liong cepat berkata, "Saudara yang gagah, Sumoiku ini memang kalau lama tidak bertemu lalu ingin mengajakku berlatih."

Mendengar ini, merah wajah Swat Hong. Setelah ketahuan oleh semua orang betapa dia marah-marah dan menyerang suhengnya sendiri, baru dia teringat dan menjadi malu. Sementara itu, dapat dibayangkan betapa kaget dan sedihnya hati Siangkoan Hui ketika itu, Kiranya dara cantik yang amat lihai ini adalah sumoi dari Kwa Sin Liong dan melihat sikapnya, dia dapat menduga bahwa dara yang galak ini cemburu kepadanya. Maka dia sudah melangkah maju dan menjura sambil berkata, "Ah, harap maafkan. Kiranya Cici adalah Sumoi dari Kwa-taihiap...."

"Hemm... sudahlah!" Swat Hong berkata malu, kemudian memperkenalkan kepada suhengnya, "Suheng, dia ini Saudara Kwee Lun, murid dari Lam Hai Sengjin."

"Ha-ha-ha! Kiranya murid Majikan Pulau Kura-kura? Selamat datang! Dan Nona adalah Sumoi dari Kwa-taihiap? Aihhh... sungguh hari ini kami kedatangan banyak tokoh besar!" Kemudian berkata kepada Soan Cu yang masih cemberut. "Baik sekali Nona sudah datang kembali. Mari... mari orang-orang muda yang gagah perkasa, marilah kita duduk dan bicara di dalam." Tee-tok Siangkoan Houw lalu mempersilakan mereka semua memasuki gedungnya dan dia menjamu mereka dengan hidangan mewah, dibantu oleh puterinya, Siangkoan Hui yang merasa kagum sekali kepada Swat Hong, akan tetapi juga merasa iri hati dan berduka.

Tidaklah demikian dengan perasaan Soan Cu. Memang tak dapat disangkal lagi bahwa gadis Pulau Neraka ini amat tertarik kepada Sin Liong yang dianggapnya sebagai seorang pemuda yang luar biasa dan amat mengagumkan hatinya. Akan tetapi, selama dalam perjalanan ini Sin Liong jelas memperlihatkan sikap bahwa pemuda itu sama sekali tidak tertarik kepadanya, juga bahwa sikap baiknya itu lebih mendekati sikap baik seorang kakak terhadap adiknya, pula, melihat bahwa sesungguhnya Swat Hong, sumoi pemuda itu, juga mencinta suhengnya, Soan Cu maklum bahwa tidaklah mungkin dia membiarkan cintanya terhadap Sin Liong berlarut-larut.

Pertemuannya dengan Kwee Lun telah mengubah seluruh perasaan hatinya. Pemuda raksasa ini amat hebat, amat menarik dan jelas lebih cocok dengan dia! Kwee Lun merupakan seorang pemuda yang jujur, terus terang, gagah perkasa dan biarpun baru sekali bertemu saja, mereka telah saling serang sampai dua kali! Oleh karena itu, ketika mereka semua makan bersama mengelilingi meja besar, perhatian Soan Cu lebih banyak tertuju kepada pemuda perkasa itu.

Setelah mereka makan minum, berkatalah Tee-tok Siangkoan Houw, suaranya sungguh-sungguh dan kata-katanya ditujukan kepada Sin Liong dan Swat Hong, "Saya tidak tahu dengan jelas apakah Ji-wi mempunyai hubungan dengan Pulau Es, akan tetapi mengingat bahwa Kwa-taihiap adalah murid dari Pangeran Han Ti Ong dari Pulau Es, maka agaknya apa yang hendak saya bicarakan ini akan menarik perhatian Ji-wi. Dan sesungguhnya saya, atas nama para orang gagah di dunia kang-ouw, saya amat mengharapkan bantuan Sin-tong!" (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0594 seconds (0.1#10.140)