Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 19 Bagian 7
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Demikianlah, setelah Sin Liong berhasil menyelamatkan Swat Hong dan sedang mengobatinya, muncul Ouwyang Cin Cu mengagumi ketelanjangan punggung Swat Hong yang berkulit putih mulus dan halus menggairahkan hatinya itu.
Melihat betapa dengan pengerahan sinkang pemuda itu berhasil mengusir hawa beracun, dia menjadi kagum sekali kepada pemuda itu. Timbullah keinginan yang aneh dalam batin kakek yang penuh kecabulan itu. Berahinya yang tadi bergolak hanya dengan melihat punggung yang putih mulus dari Swat Hong itu kini berubah.
Dia dapat melihat bahwa pemuda dan pemudi di dalam guha itu masih murni, maka timbullah keinginannya menyaksikan mereka itu bermain cinta! Memang demikianlah, kecabulan bukan hanya keinginan untuk berjina sendiri dengan orang yang menimbulkan berahinya, melainkan juga dapat berbentuk keinginan untuk menyaksikan orang lain bermain cinta.
Hal ini juga timbul karena kekagumannya menyaksikan pemuda itu sanggup mengusir hawa beracun dengan sinkang, tanda bahwa pemuda itu merupakan lawan tangguh. Jika dia berhasil menggunakan sihir dan guna-guna untuk membuat pemuda itu "jatuh" tentu dalam keadaan seperti yang dikehendakinya itu, akan mudah saja menawan dua orang muda yang agaknya ditakuti oleh The Kwat Lin itu.
Bagaikan bayangan setan saja, kakek itu menyelinap di balik batu dan tak lama kemudian tampak asap mengepul dari tiga batang hio (dupa) yang menyebarkan bau harum, sedangkan kakek itu sendiri sudah duduk bersila, kedua lengan diluruskan ke depan, ke arah muda-mudi itu dan sepasang matanya terbelalak memandang seperti sepasang mata setan!
Ilmu sihir yang dipergunakan oleh Ouwyang Cin Cu adalah ilmu hitam yang dikuasainya dengan latihan-latihan yang berat dan mengerikan. Di dalam ilmu ini terkandung kekuasaan mujijat yang hanya dikenal oleh mereka yang memuja setan iblis dan segala roh jahat yang mereka percaya ditambah dengan kekuatan dari tenaga sakti (sinkang) dan latihan yang tekun, dicampur dengan bermacam mantra yoga.
Untuk melatih kekuatan matanya, bertahun-tahun Ouwyang Cin Cu bertapa menghadapi dupa membara sampai kekuatan pandang matanya dapat membuat api membara di ujung dupa itu membesar atau mengecil, mengepulkan asap atau tidak menurut kehendak pikiran yang disalurkan melalui pandangan matanya yang tajam itu. Kini, dibantu dengan bau asap dupa yang harum dan aneh, dia mulai menjatuhkan sihirnya, matanya memandang dengan pengaruh yang amat dahsyat, bibirnya berkemak-kemik membaca mantra.
Mula-mula Swat Hong yang terpengaruh hawa mujijat itu. Hal ini tidaklah mengherankan karena tentu saja Sin Liong memiliki daya tahan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan sumoinya, juga memang sebelumnya Swat Hong sudah tersiksa oleh perasaannya sendiri, perasaan mesra yang aneh yang sejak tadi menyelinap dan mengaduk hatinya ketika merasa betapa telapak tangan suhengnya menyentuh punggungnya.
Karena memang sudah timbul perasaan wajar dari seorang gadis yang normal dan sehat, terdorong oleh rasa cintanya kepada suhengnya itu, maka tidaklah mengherankan ketika diserang oleh kekuatan sihir, Swat Hong mudah sekali terkena. Dia mengeluh dan merintih tubuhnya gemetar semua, mukanya berubah merah seperti dibakar, napasnya terengah-engah, kedua tangan mengepal dan dia tidak peduli lagi bajunya yang tadi ditahan dengan tangan di bagian depan dadanya, merosot dan terbuka. Setelah gelisah bergerak ke kanan kiri, kemudian dia menoleh, memandang kepada suhengnya yang masih duduk bersila dengan muka menunduk dan mata terpejam.
"Ihhhh... aahhh... Suheng...!" Swat Hong mengeluh, lalu membalikkan tubuhnya dan serta merta merangkul leher Sin Liong sambil terengah-engah seperti orang hendak menangis.
Sin Liong membuka matanya dan dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika dia melihat bahwa sumoinya dalam keadaan setengah telanjang karena pakaian bagian atasnya terlepas telah merangkulnya.
"Su... Sumoi!" Dia berseru dan barulah dia merasa betapa kepalanya seketika menjadi pening, pandang matanya menjadi berkunang dan hidungnya mencium bau yang harum dan aneh sekali. Baru sekarang terasa olehnya betapa tubuh sumoinya mendekap ketat dan jari-jari tangannya merasakan kulit yang lunak halus dan hangat. Jantungnya berdebar dan pada saat itu, dengan isak tertahan Swat Hong telah memperketat pelukannya dan menciumnya. "Suheng...!" (Bersambung)
Demikianlah, setelah Sin Liong berhasil menyelamatkan Swat Hong dan sedang mengobatinya, muncul Ouwyang Cin Cu mengagumi ketelanjangan punggung Swat Hong yang berkulit putih mulus dan halus menggairahkan hatinya itu.
Melihat betapa dengan pengerahan sinkang pemuda itu berhasil mengusir hawa beracun, dia menjadi kagum sekali kepada pemuda itu. Timbullah keinginan yang aneh dalam batin kakek yang penuh kecabulan itu. Berahinya yang tadi bergolak hanya dengan melihat punggung yang putih mulus dari Swat Hong itu kini berubah.
Dia dapat melihat bahwa pemuda dan pemudi di dalam guha itu masih murni, maka timbullah keinginannya menyaksikan mereka itu bermain cinta! Memang demikianlah, kecabulan bukan hanya keinginan untuk berjina sendiri dengan orang yang menimbulkan berahinya, melainkan juga dapat berbentuk keinginan untuk menyaksikan orang lain bermain cinta.
Hal ini juga timbul karena kekagumannya menyaksikan pemuda itu sanggup mengusir hawa beracun dengan sinkang, tanda bahwa pemuda itu merupakan lawan tangguh. Jika dia berhasil menggunakan sihir dan guna-guna untuk membuat pemuda itu "jatuh" tentu dalam keadaan seperti yang dikehendakinya itu, akan mudah saja menawan dua orang muda yang agaknya ditakuti oleh The Kwat Lin itu.
Bagaikan bayangan setan saja, kakek itu menyelinap di balik batu dan tak lama kemudian tampak asap mengepul dari tiga batang hio (dupa) yang menyebarkan bau harum, sedangkan kakek itu sendiri sudah duduk bersila, kedua lengan diluruskan ke depan, ke arah muda-mudi itu dan sepasang matanya terbelalak memandang seperti sepasang mata setan!
Ilmu sihir yang dipergunakan oleh Ouwyang Cin Cu adalah ilmu hitam yang dikuasainya dengan latihan-latihan yang berat dan mengerikan. Di dalam ilmu ini terkandung kekuasaan mujijat yang hanya dikenal oleh mereka yang memuja setan iblis dan segala roh jahat yang mereka percaya ditambah dengan kekuatan dari tenaga sakti (sinkang) dan latihan yang tekun, dicampur dengan bermacam mantra yoga.
Untuk melatih kekuatan matanya, bertahun-tahun Ouwyang Cin Cu bertapa menghadapi dupa membara sampai kekuatan pandang matanya dapat membuat api membara di ujung dupa itu membesar atau mengecil, mengepulkan asap atau tidak menurut kehendak pikiran yang disalurkan melalui pandangan matanya yang tajam itu. Kini, dibantu dengan bau asap dupa yang harum dan aneh, dia mulai menjatuhkan sihirnya, matanya memandang dengan pengaruh yang amat dahsyat, bibirnya berkemak-kemik membaca mantra.
Mula-mula Swat Hong yang terpengaruh hawa mujijat itu. Hal ini tidaklah mengherankan karena tentu saja Sin Liong memiliki daya tahan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan sumoinya, juga memang sebelumnya Swat Hong sudah tersiksa oleh perasaannya sendiri, perasaan mesra yang aneh yang sejak tadi menyelinap dan mengaduk hatinya ketika merasa betapa telapak tangan suhengnya menyentuh punggungnya.
Karena memang sudah timbul perasaan wajar dari seorang gadis yang normal dan sehat, terdorong oleh rasa cintanya kepada suhengnya itu, maka tidaklah mengherankan ketika diserang oleh kekuatan sihir, Swat Hong mudah sekali terkena. Dia mengeluh dan merintih tubuhnya gemetar semua, mukanya berubah merah seperti dibakar, napasnya terengah-engah, kedua tangan mengepal dan dia tidak peduli lagi bajunya yang tadi ditahan dengan tangan di bagian depan dadanya, merosot dan terbuka. Setelah gelisah bergerak ke kanan kiri, kemudian dia menoleh, memandang kepada suhengnya yang masih duduk bersila dengan muka menunduk dan mata terpejam.
"Ihhhh... aahhh... Suheng...!" Swat Hong mengeluh, lalu membalikkan tubuhnya dan serta merta merangkul leher Sin Liong sambil terengah-engah seperti orang hendak menangis.
Sin Liong membuka matanya dan dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika dia melihat bahwa sumoinya dalam keadaan setengah telanjang karena pakaian bagian atasnya terlepas telah merangkulnya.
"Su... Sumoi!" Dia berseru dan barulah dia merasa betapa kepalanya seketika menjadi pening, pandang matanya menjadi berkunang dan hidungnya mencium bau yang harum dan aneh sekali. Baru sekarang terasa olehnya betapa tubuh sumoinya mendekap ketat dan jari-jari tangannya merasakan kulit yang lunak halus dan hangat. Jantungnya berdebar dan pada saat itu, dengan isak tertahan Swat Hong telah memperketat pelukannya dan menciumnya. "Suheng...!" (Bersambung)
(dwi)