Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 20 Bagian 4
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Swat Hong tentu merasa girang sekali memperoleh bantuan kakeknya yang berilmu tinggi dan dia tidak membantah. Maka berangkatlah kedua orang ini ke utara.
Setelah tiba di dekat Telaga Utara, Han Lojin mulai menyelidiki sebagai seorang tukang pancing yang bercaping lebar. Swat Hong dia suruh menanti di dalam kuil tua di sebelah hutan.
Seperti telah diceritakan di bagiah depan, Han Lojin kemudian bertemu dengan cucu mantunya, Liu Bwee, dan Ouw Sian Kok yang dikeroyok oleh orang-orangnya An Lu Shan dan menyelamatkan kedua orang itu. Dia tidak berhasil bertemu dengan The Kwat Lin karena wanita ini, bersama dengan Kiam-mo Cai-li dan juga Ouwyang Cin Cu, telah memperoleh tugas lebih dulu dari An Lu Shan dan telah berangkat ke kota raja untuk menyelundup dan membantu gerakan dari dalam secara rahasia.
Oleh karena inilah, maka ketika menyelidiki ke Telaga Utara, Han Lojin tidak pernah melihat The Kwat Lin dan akhirnya dia malah bertemu dan menyelamatkan cucu mantunya.
Demikianlah, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok ikut bersama kakek sakti. itu memasuki hutan. Ketika tiba di kuil, kakek itu berkata kepada Liu Bwee, "Engkau akan bertemu dengan seseorang yang tidak kausangka-sangka, maka bersiaplah engkau menghadapi peristiwa ini."
Tentu saja Liu Bwee menjadi terheran-heran dan tidak mengerti. Akan tetapi pada saat itu, terdengar suara orang, "Kong-couw, kau sudah pulang?" dan muncullah Swat Hong!
Tiba-tiba Swat Hong yang berlari ke luar itu berhenti dan seperti telah berubah menjadi patung. Ibu dan anak itu saling berpandangan, keduanya tidak bergerak seperti terkena pesona.
"Ibuuuu,...!!"
"Swat Hong.... Hong-ji, anakku....!"
Keduanya berlari ke depan, kedua lengan dibuka, air mata bercucuran di wajah yang berseri penuh kebahagiaan, keduanya bertemu, saling rangkul dan saling dekap sambil menangis! Pertemuan yang sama sekali tidak pernah mereka sangka-sangka, pertemuan yang mengundang keharuan hati mendatangkan segala bayangan duka yang dipendam di lubuk hati.
Ouw Sian Kok terbatuk-batuk menahan haru. Teringat dia akan puterinya sendiri, namun diam-diam dia merasa girang bahwa Liu Bwee dapat berjumpa dengan anaknya. Dia saling pandang dengan Han Lojin dan tersenyum sambil mengangguk-angguk, dan pergi menjauh untuk memberi kesempatan kepada ibu dan anak itu saling bertemu dan bicara.
"Ibu... Ayah... Pulau Es..."
Liu Bwee mengangguk dan mengusap rambut puterinya. "Aku sudah tahu...."
".... dan Suheng...."
Liu Bwee memandang puterinya dan mengangkat dagu Swat Hong. "Ape maksudmu? Suhengmu kenapa?"
Melihat ibunya belum tahu, Swat Hong terisak lagi menangis. "Hong-ji, tenanglah. Mari kita bicara yang baik. Mengapa Suhengmu? Apa saja yang telah terjadi sejak kita berpisah?"
"Suheng... Suheng telah tewas, Ibu..."
Liu Bwee terkejut bukan main, terbelalak dan memandang pucat kepada puterinya akan tetapi melihat puterinya menangis penuh duka, dia mendekapnya dan menghibur, "Mati hidup bukanlah urusan kita, Hong-ji. Tenanglah dan ceritakan semua pengalamanmu kepada Ibumu."
Swat Hong lalu menceritakan semua pengalamannya semenjak ibunya meninggalkan Pulau Es, menceritakan dengan lengkap namun singkat dan didengarkan oleh ibunya penuh perhatian. Ketika puterinya itu bercerita tentang Soan Cu, Liu Bwee menengok dan menggapai ke arah Ouw Sian Kok sambil berseru, "Ouw-twako, ke sinilah. Anakku telah bertemu dengan puterimu, Ouw Soan Cu!"
Mendengar seruan ini, Ouw Sian Kok melompat bangun dan lari menghampiri, berkata kepada Swat Hong, "Aihh, Han-siocia (Nona Han), benarkah kau telah bertemu dengan anakku?" Suaranya agak gemetar karena keharuan hatinya mendengar tentang puterinya.
Swat Hong memandang laki-laki setengah tua yang gagah itu, lalu mengangguk. Kiranya ibunya telah bertemu dan bersahabat dengan ayah Soan Cu, pikirnya! Dia telah mendengar akan ayah Soan Cu yang lari meninggalkan Pulau Neraka semenjak isterinya meninggal dunia. Jadi inikah orangnya?
Dia lalu melanjutkan penuturannya yang amat menarik hati itu sampai pada peristiwa penyerbuannya bersama suhengnya ke Rawa Bangkai sehingga suhengnya tewas dan dia tertolong oleh kakek buyutnya.
Hening sekali setelah Swat Hong mengakhiri cerita, hanya isak tertahan gadis itu masih terdengar.
"Hemm, sungguh jahat sekali The Kwat Lin itu!" tiba-tiba Ouw Sian Kok berkata sambil mengepal tinjunya. (Bersambung)
Swat Hong tentu merasa girang sekali memperoleh bantuan kakeknya yang berilmu tinggi dan dia tidak membantah. Maka berangkatlah kedua orang ini ke utara.
Setelah tiba di dekat Telaga Utara, Han Lojin mulai menyelidiki sebagai seorang tukang pancing yang bercaping lebar. Swat Hong dia suruh menanti di dalam kuil tua di sebelah hutan.
Seperti telah diceritakan di bagiah depan, Han Lojin kemudian bertemu dengan cucu mantunya, Liu Bwee, dan Ouw Sian Kok yang dikeroyok oleh orang-orangnya An Lu Shan dan menyelamatkan kedua orang itu. Dia tidak berhasil bertemu dengan The Kwat Lin karena wanita ini, bersama dengan Kiam-mo Cai-li dan juga Ouwyang Cin Cu, telah memperoleh tugas lebih dulu dari An Lu Shan dan telah berangkat ke kota raja untuk menyelundup dan membantu gerakan dari dalam secara rahasia.
Oleh karena inilah, maka ketika menyelidiki ke Telaga Utara, Han Lojin tidak pernah melihat The Kwat Lin dan akhirnya dia malah bertemu dan menyelamatkan cucu mantunya.
Demikianlah, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok ikut bersama kakek sakti. itu memasuki hutan. Ketika tiba di kuil, kakek itu berkata kepada Liu Bwee, "Engkau akan bertemu dengan seseorang yang tidak kausangka-sangka, maka bersiaplah engkau menghadapi peristiwa ini."
Tentu saja Liu Bwee menjadi terheran-heran dan tidak mengerti. Akan tetapi pada saat itu, terdengar suara orang, "Kong-couw, kau sudah pulang?" dan muncullah Swat Hong!
Tiba-tiba Swat Hong yang berlari ke luar itu berhenti dan seperti telah berubah menjadi patung. Ibu dan anak itu saling berpandangan, keduanya tidak bergerak seperti terkena pesona.
"Ibuuuu,...!!"
"Swat Hong.... Hong-ji, anakku....!"
Keduanya berlari ke depan, kedua lengan dibuka, air mata bercucuran di wajah yang berseri penuh kebahagiaan, keduanya bertemu, saling rangkul dan saling dekap sambil menangis! Pertemuan yang sama sekali tidak pernah mereka sangka-sangka, pertemuan yang mengundang keharuan hati mendatangkan segala bayangan duka yang dipendam di lubuk hati.
Ouw Sian Kok terbatuk-batuk menahan haru. Teringat dia akan puterinya sendiri, namun diam-diam dia merasa girang bahwa Liu Bwee dapat berjumpa dengan anaknya. Dia saling pandang dengan Han Lojin dan tersenyum sambil mengangguk-angguk, dan pergi menjauh untuk memberi kesempatan kepada ibu dan anak itu saling bertemu dan bicara.
"Ibu... Ayah... Pulau Es..."
Liu Bwee mengangguk dan mengusap rambut puterinya. "Aku sudah tahu...."
".... dan Suheng...."
Liu Bwee memandang puterinya dan mengangkat dagu Swat Hong. "Ape maksudmu? Suhengmu kenapa?"
Melihat ibunya belum tahu, Swat Hong terisak lagi menangis. "Hong-ji, tenanglah. Mari kita bicara yang baik. Mengapa Suhengmu? Apa saja yang telah terjadi sejak kita berpisah?"
"Suheng... Suheng telah tewas, Ibu..."
Liu Bwee terkejut bukan main, terbelalak dan memandang pucat kepada puterinya akan tetapi melihat puterinya menangis penuh duka, dia mendekapnya dan menghibur, "Mati hidup bukanlah urusan kita, Hong-ji. Tenanglah dan ceritakan semua pengalamanmu kepada Ibumu."
Swat Hong lalu menceritakan semua pengalamannya semenjak ibunya meninggalkan Pulau Es, menceritakan dengan lengkap namun singkat dan didengarkan oleh ibunya penuh perhatian. Ketika puterinya itu bercerita tentang Soan Cu, Liu Bwee menengok dan menggapai ke arah Ouw Sian Kok sambil berseru, "Ouw-twako, ke sinilah. Anakku telah bertemu dengan puterimu, Ouw Soan Cu!"
Mendengar seruan ini, Ouw Sian Kok melompat bangun dan lari menghampiri, berkata kepada Swat Hong, "Aihh, Han-siocia (Nona Han), benarkah kau telah bertemu dengan anakku?" Suaranya agak gemetar karena keharuan hatinya mendengar tentang puterinya.
Swat Hong memandang laki-laki setengah tua yang gagah itu, lalu mengangguk. Kiranya ibunya telah bertemu dan bersahabat dengan ayah Soan Cu, pikirnya! Dia telah mendengar akan ayah Soan Cu yang lari meninggalkan Pulau Neraka semenjak isterinya meninggal dunia. Jadi inikah orangnya?
Dia lalu melanjutkan penuturannya yang amat menarik hati itu sampai pada peristiwa penyerbuannya bersama suhengnya ke Rawa Bangkai sehingga suhengnya tewas dan dia tertolong oleh kakek buyutnya.
Hening sekali setelah Swat Hong mengakhiri cerita, hanya isak tertahan gadis itu masih terdengar.
"Hemm, sungguh jahat sekali The Kwat Lin itu!" tiba-tiba Ouw Sian Kok berkata sambil mengepal tinjunya. (Bersambung)
(dwi)