Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 19 Bagian 11

Sabtu, 22 April 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 19 Bagian 11
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Tentu saja Sin Liong tidak berani memandang rendah. Biarpun dia dapat menghadapi semua serangan subonya dengan mudah, namun dia maklum bahwa di antara tiga orang yang menghadangnya ini, kepandaian subonya memiliki tingkat yang paling tinggi di samping kepandaian sihir yang berbahaya dari kakek itu. Cepat dia sudah mengelak lagi dan pada saat itu, dari kanan kirinya Ouwyang Cin Cu dan Kiam-mo Cai-li sudah menerjangnya dengan dahsyat pula.

"Wuuuuuttt, plak-plak...! Aduhhh...!" Kiam-mo Cai-li terlempar ke samping dan bergulingan, pundaknya terasa seperti remuk dicium telapak tangan Sin Liong. Tadi ketika dia menyerang dari kiri, tahu-tahu pemuda itu sudah dapat mencengkeram rambutnya yang panjang dan menyentaknya sedemikian rupa sehingga tusukan pedangnya menyeleweng dan tubuhnya miring, kemudian sebelum dia sempat memperbaiki posisinya, pundaknya telah kena tamparan itu yang membuat dia terguling. Dia terkejut bukan main, akan tetapi juga terheran-heran mengapa dia masih selamat. Kalau tamparan tadi naik sedikit saja, mengenai kepalanya, dia ngeri membayangkan akibatnya.

"Singgg...! Singgg...!" Sambil mengeluarkan suara seperti lebah beterbangan, pedang tipis bersinar biru dari Ouwyang Cin Cu juga mengancam, bersama dengan sinar merah pedang Ang-bwe-kiam di tangan The Kwat Lin yang cepat menerjang lagi melihat kawannya terlempar tadi.

"Sing... sing... siuuuut...!"

Tubuh Sin Liong lenyap dan yang tampak hanya bayangannya saja berkelebatan di antara dua sinar pedang itu yang bergulung-gulung mengurung dirinya. Pemuda ini terpaksa mengerahkan seluruh keringanan tubuhnya untuk mengelak dan berloncatan ke sana-sini, kemudian mempercepat lagi gerakannya ketika Kiam-mo Cai-li sudah menerjang juga dengan kemarahan meluap karena kejatuhannya tadi dianggapnya amat memalukan. Tiga orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali, ketiganya memegang senjata-senjata pusaka ampuh, mengeroyok Sin Liong dengan mati-matian!

Bukan main hebatnya pertandingan mati-matian itu! Sekali ini, baru sekali inilah, Sin Liong benar-benar diuji semua hasil jerih payahnya mempelajari ilmu silat tinggi di Pulau Es. Diuji hasil warisan hampir seluruh ilmu kepandaian Raja Pulau Es Han Ti Ong yang telah dikuasainya secara matang.

Dengan tangan kosong saja dia menghadapi serbuan maut yang dilancarkan secara bertubi-tubi oleh tiga orang lawan yang sakti itu. Sebetulnya, dengan tingkat kepandaian Sin Liong yang sudah luar biasa tingginya, sukar lagi diukur sampai di mana tingkatnya, dengan mudah dia dapat mengikuti semua gerakan tiga orang lawannya dan karena itu dia dapat menghindarkan diri dari semua serangan.

Dengan ilmunya mengenal semua dasar gerakan ilmu silat yang dipelajarinya dari kitab kuno Inti Sari Gerakan Silat, sekali pandang saja dia dapat mengetahui perkembangan gerakan lawan dan bahkan dengan mudah dapat menirunya, Akan tetapi ada dua hal yang penting yang membuat dia repot juga menghadapi pengeroyokan tiga orang lihai itu.

Pertama, harus diakui bahwa biarpun tingkat ilmu silatnya lebih tinggi dan dia memiliki dasar lebih kuat dan lebih bersih sehingga sinkangnya kuat sekali, namun dia kalah matang dalam latihan. Usianya masih terlalu muda dan dia belum mengalami banyak pertandingan, apalagi melawan orang-orang yang ahli, tidak seperti tiga orang pengeroyoknya yang telah mempunyai pengalaman banyak sekali dalam pertandingan silat.

Kedua, dan ini merupakan kenyataan yang paling hebat, adalah bahwa Sin Liong memiliki dasar watak yang halus budi dan penuh belas kasihan. Wataknya ini membuat dia tidak tega menjatuhkan pukulan maut, apalagi membunuh lawannya. Andaikata dia tidak memiliki dasar watak seperti ini, dengan kepandaiannya yang hebat, tentu dia akan mampu membunuh mereka seorang demi seorang. Tadi pun, kalau dia menghendeki, tentu Kiam-mo Cai-li sudah dapat dia robohkan untuk selamanya.

Kini, menghadapi tiga orang lawan yang mengeroyoknya dan yang berusaha sungguh-sungguh untuk membunuhnya, Sin Liong menjadi repot juga. Apalagi dia hanya mengelak, menangkis, dan kadang-kadang membalas serangan dengan gerakan yang diperlambat dan diperlunak karena takut kalau-kalau salah tangan membunuh orang. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.4978 seconds (0.1#10.140)