Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 22 Bagian 12

Jum'at, 19 Mei 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Dengan suara lirih dan membujuk dia masih berusaha mengingatkan An Lu Shan, namun seorang laki-laki yang tidak hanya mabok arak, melainkan juga mabok cinta berahi, tidak mempedulikan apa pun. Wanita itu hanya dapat merintih dan menangis, diseling suara ketawa gembira dari An Lu Shan.

Ketika pintu kamar itu dengan paksa dibuka dari luar oleh pangeran, An Lu Shan telah tidur mendengkur kelelahan dengan muka merah karena banyak arak, sedangkan isteri pangeran itu menangis terisak-isak, berlutut di atas lantai. Pangeran itu menjadi mata gelap, pedang dicabut dan sekali meloncat dia telah menikam dada ayahnya sendiri.

"Crappp...!"

"Auhhh... haiii... kau... kau...?" An Lu Shan yang bertubuh kuat itu, biarpun pedang telah menembus dadanya, masih dapat meloncat dan mencengkeram ke arah puteranya. Akan tetapi pangeran yang sudah mata gelap itu mengelak, kakinya menendang sehingga An Lu Shan terdorong jatuh, membuat pedang itu masuk makin dalam. Dia berkelojotan dan tak bergerak lagi!

"Tangkap pembunuh...!!" teriakan ini keluar dari mulut Shi Su Beng yang bersama dengan Ban Bu Ong sudah lari ke dalam kamar. Shi Su Beng menggerakkan pedangnya dan terdengar teriakan mengerikan ketika pangeran itu roboh pula di dekat mayat ayahnya dalam keadaan tak bernyawa pula karena lehernya hampir putus terbabat pedang Pangeran Shi Su Beng!

Gegerlah seluruh istana. Rapat kilat diadakan dan Shi Su Beng yang dianggap membela kaisar itu mempergunakan kesempatan ini untuk merampas kedudukan kaisar! Dalam keadaan kacau balau itu, Shi Su Beng mengangkat diri sendiri sebagai raja dan Han Bu Ong menjadi raja muda pembantunya yang setia!

Hanya mereka berdua saja yang tahu bahwa semua peristiwa itu memang digerakkan oleh mereka berdua! Shi Su Beng yang membangkitkan berahi An Lu Shan terhadap mantu perempuannya, bahkan di dalam mabok, Shi Su Beng yang membujuk supaya kaisar baru itu memasuki kamar dengan mengatakan bahwa di dalam kamar itu dia telah menyediakan seorang wanita cantik mirip mantunya itu untuk An Lu Shan!

Dan selagi An Lu Shan yang mabok itu menggagahi mantunya sendiri, diam-diam Han Bu On menghubungi pangeran dan membisikkan bahwa ada penjahat meraasuki kamarnya. Maka terjadilah seperti apa yang telah direncanakan oleh mereka berdua, yaitu kematian An Lu Shan di tangan puteranya sendiri dan kemudian kematian pangeran di tangan Shi Su Beng.

Terjadilah perubahan besar-besaran di kota raja, pergantian kekuasaan dan kembali Han Bu Ong berhasil mengangkat dirinya sendiri seperti yang dicita-citakan ibunya, yaitu menjadi seorang pangeran yang berkuasa, jauh lebih berkuasa daripada di waktu ibunya masih hidup, yaitu menjadi tangan kanan penguasa baru yang menjadi sekutunya!

Akan tetapi, jatuhnya An Lu Shan dan berpindahnya kekuasaan di tangan Shi Su Beng, masih saja belum meredakan ketegangan-ketegangan di kota raja akibat perebutan kekuasaan. Seperti biasa, penguasa baru mengangkat teman-temannya sendiri menduduki jabatan tinggi, melakukan penggeseran-penggeseran sehingga menimbulkan dendam dari kawan-kawan yang berbalik menjadi lawan.

Dalam keadaan seperti itu, kacau karena perebutan kekuasaan, kalau perlu dengan cara halus maupun kasar, para pemberontak yang kini memegang tampuk kerajaan itu menjadi lalai. Mereka terlalu memandang rendah Kaisar yang telah melarikan diri ke Secuan, mengaggap keluarga Kaisar lama itu sudah jatuh benar-benar. Kesibukan untuk kepentingan ambisi pribadi membuat mereka lengah dan kurang memperhatikan pertahanan sehingga mereka tidak tahu betapa Kaisar dan keluarganya di Secuan telah membentuk kekuatan baru untuk melakukan pembalasan!

Kaisar Tua Hian Tiong, yang hancur lahir batinnya karena bukan hanya mahkota kerajaan dirampas oleh pemberontak An Lu Shan, akan tetapi terutama sekali karena selirnya tercinta, Yang Kui Hui, harus mati digantung oleh keputusannya sendiri, setibanya di Secuan, menjadi seorang kakek yang patah semangat dan selalu tenggelam dalam duka cita.

Dalam keadaan mengungsi itu, di Secuan, keluarga Kaisar dan para pengikutnya yang masih setia, menerima keputusan Kaisar Tua untuk mengangkat kaisar baru, yaitu putera mahkota yang bergelar Su Tiong. Pada waktu itu sisa pasukan pemerintah yang telah kalah perang terhadap An Lu Shan, di bawah pimpman Panglima Besar Kok Cu I, telah menyusul pula ke Secuan.

Kaisar Su Tiong lalu menghimpun kekuatan dari rakyatnya di daerah Secuan, dan minta bantuan kepada negara-negara tetangga yang bersahabat. Maka terkumpullah pasukan-pasukan campuran yang terdiri dari bermacam suku, bahkan terdapat pula bangsa Turki, Tibet, dan kemudian sekali datang pula bala bantuan dari pasukan Arab yang dikirim sebagai tanda bersahabat oleh Kalipu. Pasukan-pasukan ini disusun menjadi barisan besar dan diberi latihan-latihan berat dalam persiapan Kaisar Su Tiong untuk merampas kembali kerajaannya, dipimpin oleh panglima yang amat setia, Kok Cu I. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0589 seconds (0.1#10.140)