Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 23 Bagian 1

Senin, 22 Mei 2017 - 06:06 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 23 Bagian 1
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

AKAN tetapi Swat Hong tidak mau melayaninya, membuang muka dan melanjutkan langkahnya. Akan tetapi laki-laki itu melompat dan menghadang di depannya sambil bertolak pinggang. "Eitt... nanti dulu! Berani kau menghina Perwira Ahmed? Dia bukan hanya lihai dan penembak tepat, juga banyak wanita tergila-gila kepadanya! Dan kau berani memandang rendah?"

Swat Hong memandang dengan mata melotot lalu mendengus, "Pergilah!" sambil melangkah terus.

"Kau gadis cantik tapi sombong!" Perajurit itu menjadi marah dan dari belakang dia memegang lengan Swat Hong yang halus.

"Dan kau laki-laki kurang ajar!" Swat Hong berkata dan sekali dia menggerakkan lengannya yang terpegang, dia berbalik sudah memegang pergelangan tangan laki-laki itu dan begitu dia membetot, laki-laki itu jatuh tersungkur mencium tanah!

"Aihhh, berani kau memukulku?" Perajurit itu marah sekali dan cepat melompat dan menubruk.

"Plakkk! Augghhh...!" Perajurit itu terlempar dan mengaduh-aduh, mukanya membengkak.

Melihat ini, lima orang perajurit kawan orang pertama itu menjadi marah dan menerjang maju. "Tangkap, dia tentu mata-mata!"

Swat Hong merasa muak sekali dan juga marah. Melihat lima orang itu menerjang dan hendak berlumba menangkap dan merangkulnya, kaki tangannya bergerak dan dalam segebrakan saja, lima orang itu pun roboh tersungkur dan tidak dapat berlagak lagi, karena mengaduh-aduh kesakitan.

Tentu saja keadaan menjadi ribut dan banyak anak buah pasukan mengurung, akan tetapi tiba-tiba perwira yang ahli menggunakan anak panah tadi meloncat maju dan menghardik. "Mundur semua!"

Setelah orang-orang mundur tidak melanjutkan gerakan mereka untuk mengeroyok, perwira itu membungkuk di depan Swat Hong sambil berkata, "Harap Nona maafkan. Sudah lajim bahwa anak buah pasukan selalu bersikap kasar. Nona tentu bukan orang sini, kalau boleh bertanya hendak ke manakah?"

Hemm, pikir Swat Hong. Pantas kalau banyak wanita tergila-gila, Memang perwira yang bernama Ahmed ini gagah sekali, gagah dan tampan, amat keras daya tariknya terhadap wanita terutama sekali sepasang matanya yang tajam dengan bulu mata panjang lentik dan alis yang tebal itu juga dagunya berlekuk dan menambah kejantanannya. Selain tampan dan gagah, juga laki-laki ini pandai bersikap manis terhadap wanita.

"Sudahlah," kata Swat Hong. Aku pun tidak ingin mencari permusuhan, asal mereka jangan kurang ajar. Bahkan aku ingin menghadap Kaisar untuk membantu perjuangannya. Di manakah aku dapat menghadap Kaisar?"

Mendengar ucapan gadis yang cantik jelita dan gagah itu, seketika lenyaplah kemarahan para perajurit.

"Aih, kiranya seorang lihiap (pende-kar wanita)!"

"Tentu tokoh kang-ouw kenamaan!"

Perwira Ahmed menghentikan ribut-ribut itu dan kembali dia tersenyum, manis dan menarik sekali. "Untuk membantu perjuangan, tidak perlu menghadap Sri Baginda, Nona. Tidak mudah menghadap Sri Baginda yang sedang sibuk. Kebetulan di sini juga merupakan markas dan dipimpin Bouw-ciangkun. Banyak pula orang-orang kang-ouw yang telah diterima menjadi sukarelawan. Akan tetapi baru sekarang datang seorang sukarelawati seperti Nona. Ahh, terimalah hormat dan rasa kagumku, Nona. Engkau tentulah yang disebut pendekar wanita dari dunia kang-ouw, bukan?"

Swat Hong tidak peduli, yang penting adalah membantu perjuangan untuk membasmi An Lu Shan dan keturunan atau pengganttnya. "Dapatkah aku bertemu dengan Bouw-ciangkun?"

Tentu saja. Akan tetapi, perkenankanlah aku memuaskan keinginan hatiku yang sudah terpendam bertahun-tahun untuk menyaksikan kelihaian seorang pendekar wanita dari timur, Nona." Perwira Ahmed memperlihatkan gendewanya. "Dapatkah Nona mainkan gendewa dan anak panah?"

Swat Hong maklum bahwa dia hendak diuji, dan siapa tahu, mungkin perwira ini termasuk seorang di antara para pengujinya. "Senjata ini kurang praktis untuk pertandingan jarak dekat, dan aku suka bertanding jarak dekat dan terang-terangan."

Perwira Ahmed mengerutkan alisnya, akan tetapi bibirnya tetap tersenyum manis. "Benarkah? Nona, dengan gendewa ini aku dapat merobohkan musuh dalam jarak seratus langkah, biarpun musuh itu menggunakan senjata apa pun untuk melindungi dirinya. Aku dapat melepaskan anak panah terus-menerus dan bertubi-tubi sampai puluhan batang!"

"Hemm, mungkin berhasil merobohkan segala burung dan manusia yang bodoh saja."

"Wah...!" Ahmed membelalakkan matanya. "Apakah di dunia ini ada orang yang sanggup menyelamatkan diri dalam jerak seratus langkah dari gendewaku?"

"Boleh kaucoba. Aku bersedia."

"Eiiiihhh, jangan, Nona! Aku akan menyesal selama hidupku kalau sampai melukaimu, apalagi membunuhmu!"

"Tidak perlu khawatir, aku malah akan menghadapi hujan anak panahmu itu dengan tangan kosong!"

"Mustahil!" (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0482 seconds (0.1#10.140)