Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 23 Bagian 7

Kamis, 25 Mei 2017 - 06:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Kwee Lun makin tak senang hatinya. Dia mendengarkan dengan teliti dan akhirnya memperoleh keterangan bahwa dara yang hendak dihadiahkan itu kabarnya telah dikurung di dalam pesanggrahan, yaitu rumah kecil terpencil yang oleh para perajurit diberi nama tempat penjagalan perawan!

"Hemm, semenjak kecil suhu menanamkan sifat pendekar, membela keadilan dan kebenaran kepadaku." Kwee Lun berpikir, "Biarpun sekarang aku menjadi seorang pejuang, tetap aku harus menentang kejahatan, dari siapapun juga datangnya!"

Dengan pikiran ini, Kwee Lun mulai melakukan penyelidikan dan pada sore hari itu dia sudah mendekati rumah pesanggrahan itu dan menyelinap untuk menyelidiki dari jarak dekat, kalau mungkin memasuki rumah itu dan menolong si gadis yang hendak dijadikan korban.

Melihat betapa di empat penjuru terdapat empat orang penjaga yang selalu melakukan perondaan mengelilingi pesanggrahan itu, Kwee Lun bersembunyi dan mengintai. Penjaga-penjaga yang memegang pedang ular dan perisai kura-kura itu kelihatannya bukan penjaga-penjaga sembarangan. Dia harus menanti sampai malam tiba, barulah ada harapan baginya untuk dapat memasuki pesanggrahan itu tanpa diketahui orang. Asal saja dia tidak terlambat, pikirnya.

Akan tetapi, tiba-tiba dia melihat seorang perwira Arab yang berkumis rapi datang menghampiri pesanggrahan itu. Empat orang penjaga menghadangnya, mereka bercakap-cakap dan perwira itu dibiarkan oleh para penjaga memasuki pesanggrahan. Hemm, ini agaknya pembesar yang di"hadiahi" gadis itu, pikir Kwee Lun dengan mar ah sekali. Kalau dia harus menanti lebih lama lagi, mungkin dia akan terlambat.

Kebetulan sekali terdapat seorang penjaga meronda di dekat tempat dia bersembunyi, "Keparat busuk!" Kwee Lun berseru marah dan dia meloncat dari tempat sembunyinya.

Penjaga itu terkejut cepat menarik perisai kura-kura di depan dadanya dan mengangkat pedangnya, siap untuk menyerang.

"Haaaaiiitttt!!!" Tubuh Kwee Lun yang meloncat ke atas itu langsung menendang dengan tumit kaki kanan di depan.

"Bresss...!!"

Perisai kura-kura itu ternyata kuat menahan tendangan Kwee Lun, akan tetapi pemegangnya terdorong dan terjengkang bergulingan. Mendengar suara berisik ini, berdatanganlah para penjaga lain dan dalam waktu sebentar saja Kwee Lun terpaksa harus mencabut pedung dan kipasnya, mengamuk dikepung oleh belasan orang penjaga yang bersenjata pedang ular dan perisai kura-kura itu.

Sementara itu, perwira berkumis yang bukan lain adalah Perwira Ahmed tadi, setelah berhasil meyakinkan para penjaga bahwa dia datang untuk memeriksa apakah dara itu masih berada di pesanggrahan, terkejut mendengar ribut-ribut dan ketika dia menengok, dia melihat seorang pemuda perkasa sedang dikepung para penjaga. Perwira yang cerdik ini menduga bahwa tentu pemuda itu datang untuk menolong Swat Hong, maka dia bergegas memasuki rumah itu. Dua orang pelayan wanita dibentaknya untuk minggir.

"Aku harus menjaga dia, ada orang jahat datang! Didorongnya daun pintu kamar dan cepat ditutupnya dari dalam. Melihat Swat Hong rebah terlentang dan tidur pulas di atas lantai, Ahmed cepat berlutut dan mengeluarkan sebuah botol hijau dari sakunya.

"Huh, benar jahat! Mengorbankan siapa saja tanpa pilih bulu!" gerutunya sambil membuka tutup botol hijau yang cepat dia tempelkan di depan hidung Swat Hong.

Tak lama kemudian dara itu terbangun, mengeluh dan merintih, "Aduh... pening kepalaku...."

"Sttt... Nona Swat Hong... aku datang menolongmu...." Ahmed mengguncang-guncang dara itu.

Swat Hong membuka matanya dan terkejut melihat Ahmed berlutut di dekatnya. "Lekas kaucium ini..." Ahmed kembali mendekatkan botol di depan hidung Swat Hong.

Gadis itu memang sudah mempunyai kesan baik terhadap diri Ahmed, maka dia tidak membantah dan disedotnya botol itu. Tercium bau keras dan dia tersedak lalu berbangkis.

"Apa... apa yang terjadi...?" Swat Hong bertanya, kepalanya masih agak pening.

"Lekas kautelan ini..." Ahmed memberikan sebutir pel hitam. ''Engkau telah terkena racun Hashish yang dicampurkan di dalam anggur. Ini obat penawarnya." (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0536 seconds (0.1#10.140)