Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 24 Bagian 6

Rabu, 31 Mei 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 24 Bagian 6
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Setelah tubuh mereka beristirahat dengan cukup, keduanya lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Hoa-san. Makin lama Swat Hong makin mendapat kesan bahwa suhengnya benar-benar telah berubah, jauh bedanya dengan dahulu.

Pada suatu hari, ketika mereka tiba di kaki Pegunungan Hoa-san dan beristirahat, Swat Hong tidak dapat menahan rasa keinginantahunya dan dia berkata, "Suheng, setelah dua tahun berpisah denganmu dan berjumpa kembali, aku memperoleh kenyataan bahwa engkau telah berubah sekali!"

"Begitukah, Sumoi?"

"Aku tidak tahu apanya yang berubah, memang kelihatannya engkau masih biasa seperti dulu, Suhengku yang sabar, tenang dan bijaksana. Akan tetapi entahlah, engkau berubah benar, sungguhpun aku sendiri tidak dapat mengatakan apanya yang berubah."

Sin Liong tersenyum dan sinar matanya berseri. "Memang setiap manusia seyogianya mengalami perubahan, Sumoi. Kita masing-masing haruslah berubah, tidak terikat dengan masa lalu, dengan segala macam kebiasaan masa lalu, setiap hari, setiap detik kita haruslah baru! Kalau demikian, barulah hidup ada artinya!"

Swat Hong hendak berkata lagi, akan tetapi tiba-tiba Sin Liong memegang tangannya dan mengajaknya bangkit berdiri lalu perlahan-lahan melanjutkan perjalanan mulai mendaki bukit pertama. ketika Swat Hong hendak menanyakan sikap yang tiba-tiba ini dan suhengnya, dia mendengar suara orang dan tampaklah olehnya banyak orang berbondong-bondong naik ke Pegunungan Hoa-san, datangnya dari berbagai penjuru.

Mereka itu terdiri dari bermacam orang, dengan pakaian yang bermacam-macam pula, namun jelas bahwa rata-rata memiliki gerakan yang ringan dan tangkas dan mudah bagi Swat Hong untuk mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang kang-ouw!

Melihat kenyataan bahwa tidak ada di antara mereka yang memperhatikan Sin Liong dan Swat Hong, hanya memandang sepintas lalu saja seperti mereka itu saling memandang, tahulah Swat Hong bahwa mereka itu bukan merupakan satu rombongan, meleinkan terdiri dari banyak rombongan sehingga tentu saja mereka mengira bahwa dia dan suhengnya adalah anggauta rombongan lain.

Hati Swat Hong diliputi penuh pertanyaan. Siapakah mereka dan apa kehendak mereka itu? Apakah di Puncak Hoa-san terdapat perayaan dan mereka ini adalah para tamu yang berkunjung ke Hoa-san-pai? Akan tetapi melihat sikap suhengnya diarti dan tenang saja, Swat Hong merasa malu untuk bertanya dan teringatlah dia akan kata-kata suhengnya tentang permainan pikiran yang membayangkan masa depan yang menimbulkan kekhawatiran belaka.

Mau tidak mau dia harus membenarkan karena kini dia merasakannya sendiri. Biarlah dia hadapi apa yang sedang terjadi sebagaimana mestinya dan sebagai apa adanya tanpa merisaukan hal-hal yang belum, terjadi!

Ketika akhirnya mereka tiba di Puncak Hoa-san, di depan markas perkumpulan Hoa-san-pai yang besar, Swat Hong menjadi terkejut. Di tempat itu ternyata tidak terdapat perayaan apa-apa dan kini banyak tosu dan anggauta Hoa-san-pai berkumpul dan berdiri di ruangan depan yang tinggi, sedangkan di bawah anak tangga, di halaman depan penuh dengan orang-orang kang-ouw yang bersikap menantang!

Ketika dia melirik ke arah suhengnya, dia melihat Sin Liong bersikap masih biasa dan tenang, dan suhengnya ini pun memandang ke depan dengan perhatian sepenuhnya.

Maka dia pun lalu memandang lagi ke depan dan dia melihat seorang tosu berambut putih dengan tenang berdiri menghadapi para orang kang-ouw itu sambil menjura dengan sikap normal lalu berkata dengan suara halus namun cukup nyaring, "Harap Cu-wi sekalian sudi memaafkan Kami yang tidak tahu akan kedatangan Cu-wi maka tidak mengadakan penyambutan sebagaimana mestinya. Pinto melihat bahwa Cu-wi adalah tokoh-tokoh kang-ouw dari bermacam golongan dan tingkat, dan pada hari ini berbondong datang mengunjungi Hoa-san-pai, tidak tahu ada keperluan apakah?"

Swat Hong memandang para orang kang-ouw itu dan di antaranya banyak tokoh aneh yang tidak dikenalnya itu, dengan heran dia melihat adanya Siang-koan Houw Tee Tok, tokoh yang tinggi di Puncak Awan Merah di Tai-hang-san itu!

"Suheng, itu Tee Tok berada pula di sini," bisiknya sambil menyentuh lengan suhengnya.

"Aku sudah melihatnya," kata Sin Liong perlahan, "dan yang di sebelah sana itu adalah Bhong Sek Bin yang berjuluk Thian-tok (Racun Langit). bekas suheng dari Tee Tok, dan itu adalah Thian-he Tec-it Ciang Ham Ketua Kang-jiu-pang di Secuan. Yang di sana itu adalah Lam-hai Seng-jin, tosu majikan Pulau Kura-kura di Lam-hai... ."

"Guru Kwee-toako?" (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0996 seconds (0.1#10.140)