Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 19 Bagian 13
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Ketika merasa adanya angin yang menyambar-nyambar menyerangnya, Sin Liong berusaha mengelak. Dengan kedua tangannya yang melakukan gerakan membalik, dia dapat memukul tangan Kiam-mo Cai-li dan The Kwat Lin yang memegang pedang dan gerakannya ini hebat bukan main sehingga kedua wanita itu memekik dan pedang mereka terlepas dari pegangan!
Akan tetapi, kuku jari tangan Kiam-mo Cai-li yang beracun itu berhasil mencengkeram pundak dekat tengkuk Sin Liong dan pada saat yang hampir sama, tangan kiri The Kwat Lin menghantam punggungnya dengan hebat.
"Plakk! Dessss...!!"
Tubuh Sin Liong terguling. Cengkeraman kuku tangan Kiam-mo Cai-li belum tentu akan dapat merobohkannya karena secara otomatis hawa sinkang di tubuhnya melindungi tempat yang dicengkeram, akan tetapi hantaman tangan kiri The Kwat Lin yang mengandung tenaga im-kang yang dingin itu terlalu keras bagi Sin Liong yang pada saat itu sedang mencurahkan tenaga melawan sihir Ouwyang Cin Cu.
Dia masih terlindung oleh sinkangnya yang otomatis sehingga tidak mengalami luka dalam yang terlalu parah, akan tetapi guncangan yang hebat akibat pukulan itu membuat dia pingsan!
Melihat pemuda yang membuatnya malu dan penasaran itu sudah roboh pingsan, dengan gemasnya Ouwyang Cin Cu meloncat dekat, mengangkat tangan kirinya menghantam ke arah ubun-ubun kepala Sin Liong untuk membunuhnya.
"Wuuuuttt... plakk! Ehhhh? Kiam-mo Cai-li, mengapa kau menangkis dan melindunginya?" Ouwyang Cin Cu membentak kaget dan melotot memandang kepada kekasih barunya ini.
Kiam-mo Cai-li tersenyum penuh arti, matanya yang indah itu dimainkan dengan lirikan memikat. "Sayang sekali kalau dibunuh begitu saja!" katanya sambil mengusap dagu Sin Liong yang masih pingsan. "Dia adalah Sin-tong, kalau aku bisa mendapatkan dia, manfaatnya melebihi seratus orang jejaka lain...."
"Huh, kau memang cabul!" Ouwyang Cin Cu mencela akan tetapi tidak berani turun tangan lagi.
"Tidak, dia harus dibunuh! Kalau dibiarkan hidup berbahaya sekali, akan tetapi juga jangan sampai ada bekasnya, jangan sampai ada yang tahu bahwa kita yang membunuhnya. Kita lempar dia di sumur ular, juga gadis itu. Mereka berdua harus mati, akan tetapi tidak boleh meninggalkan jejak!"
"Ah, ya... gadis itu...!" Ouwyang Cin Cu yang teringat kepada gadis berpunggung putih mulus itu segera berlari ke dalam guha terowongan untuk mencari Swat Hong. Tentu saja dia tidak akan membunuh gadis itu begitu saja sebelum melakukan kecabulan yang sama seperti yang berada di dalam benak Kiam-mo Cai-li!
Akan tetapi tak lama kemudian dia kembali dengan muka berubah. "Dia... dia tidak ada!"
"Apa...?" The Kwat Lin berseru dengan muka pucat. "Kalau begitu... lekas kita lemparkan dia ini ke sumur ular kemudian cari gadis itu sampai dapat...!"
The Kwat Lin sendiri menggotong tubuh Sin Liong yang masih pingsan itu dan beramai mereka menuju ke sebuah sumur di dalam guha terowongan. Sumur ini lebarnya hanya satu setengah meter, dalamnya sukar diukur karena amat gelap dan dari atas orang dapat menangkap suara mendesis-desis karena sumur itu penuh dengan ular-ular berbisa. Hawa yang memuakkan dapat tercium dari atas, bau yang harum aneh bercampur amis. Tanpa ragu-ragu lagi The Kwat Lin melemparkan tubuh yang pingsan itu ke dalam sumur.
Mereka semua menanti, ingin mendengar keluhan atau rintihan atau pekik ketakutan dan pemuda yang diberikan kepada ular-ular berbisa itu. Namun tidak terdengar sesuatu dan mereka menganggap bahwa tentu pemuda yang pingsan itu tidak sadar kembali dan terus mati karena dikeroyok ular dalam keadaan pingsan. (Bersambung)
Ketika merasa adanya angin yang menyambar-nyambar menyerangnya, Sin Liong berusaha mengelak. Dengan kedua tangannya yang melakukan gerakan membalik, dia dapat memukul tangan Kiam-mo Cai-li dan The Kwat Lin yang memegang pedang dan gerakannya ini hebat bukan main sehingga kedua wanita itu memekik dan pedang mereka terlepas dari pegangan!
Akan tetapi, kuku jari tangan Kiam-mo Cai-li yang beracun itu berhasil mencengkeram pundak dekat tengkuk Sin Liong dan pada saat yang hampir sama, tangan kiri The Kwat Lin menghantam punggungnya dengan hebat.
"Plakk! Dessss...!!"
Tubuh Sin Liong terguling. Cengkeraman kuku tangan Kiam-mo Cai-li belum tentu akan dapat merobohkannya karena secara otomatis hawa sinkang di tubuhnya melindungi tempat yang dicengkeram, akan tetapi hantaman tangan kiri The Kwat Lin yang mengandung tenaga im-kang yang dingin itu terlalu keras bagi Sin Liong yang pada saat itu sedang mencurahkan tenaga melawan sihir Ouwyang Cin Cu.
Dia masih terlindung oleh sinkangnya yang otomatis sehingga tidak mengalami luka dalam yang terlalu parah, akan tetapi guncangan yang hebat akibat pukulan itu membuat dia pingsan!
Melihat pemuda yang membuatnya malu dan penasaran itu sudah roboh pingsan, dengan gemasnya Ouwyang Cin Cu meloncat dekat, mengangkat tangan kirinya menghantam ke arah ubun-ubun kepala Sin Liong untuk membunuhnya.
"Wuuuuttt... plakk! Ehhhh? Kiam-mo Cai-li, mengapa kau menangkis dan melindunginya?" Ouwyang Cin Cu membentak kaget dan melotot memandang kepada kekasih barunya ini.
Kiam-mo Cai-li tersenyum penuh arti, matanya yang indah itu dimainkan dengan lirikan memikat. "Sayang sekali kalau dibunuh begitu saja!" katanya sambil mengusap dagu Sin Liong yang masih pingsan. "Dia adalah Sin-tong, kalau aku bisa mendapatkan dia, manfaatnya melebihi seratus orang jejaka lain...."
"Huh, kau memang cabul!" Ouwyang Cin Cu mencela akan tetapi tidak berani turun tangan lagi.
"Tidak, dia harus dibunuh! Kalau dibiarkan hidup berbahaya sekali, akan tetapi juga jangan sampai ada bekasnya, jangan sampai ada yang tahu bahwa kita yang membunuhnya. Kita lempar dia di sumur ular, juga gadis itu. Mereka berdua harus mati, akan tetapi tidak boleh meninggalkan jejak!"
"Ah, ya... gadis itu...!" Ouwyang Cin Cu yang teringat kepada gadis berpunggung putih mulus itu segera berlari ke dalam guha terowongan untuk mencari Swat Hong. Tentu saja dia tidak akan membunuh gadis itu begitu saja sebelum melakukan kecabulan yang sama seperti yang berada di dalam benak Kiam-mo Cai-li!
Akan tetapi tak lama kemudian dia kembali dengan muka berubah. "Dia... dia tidak ada!"
"Apa...?" The Kwat Lin berseru dengan muka pucat. "Kalau begitu... lekas kita lemparkan dia ini ke sumur ular kemudian cari gadis itu sampai dapat...!"
The Kwat Lin sendiri menggotong tubuh Sin Liong yang masih pingsan itu dan beramai mereka menuju ke sebuah sumur di dalam guha terowongan. Sumur ini lebarnya hanya satu setengah meter, dalamnya sukar diukur karena amat gelap dan dari atas orang dapat menangkap suara mendesis-desis karena sumur itu penuh dengan ular-ular berbisa. Hawa yang memuakkan dapat tercium dari atas, bau yang harum aneh bercampur amis. Tanpa ragu-ragu lagi The Kwat Lin melemparkan tubuh yang pingsan itu ke dalam sumur.
Mereka semua menanti, ingin mendengar keluhan atau rintihan atau pekik ketakutan dan pemuda yang diberikan kepada ular-ular berbisa itu. Namun tidak terdengar sesuatu dan mereka menganggap bahwa tentu pemuda yang pingsan itu tidak sadar kembali dan terus mati karena dikeroyok ular dalam keadaan pingsan. (Bersambung)
(dwi)