Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 15 Bagian 7

Kamis, 19 Oktober 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling...
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

Julukan Tan Hui adalah Pendekar Pedang Terbang, tentu saja ilmu pedangnya lihai sekali, akan tetapi sesungguhnya, yang membuat ilmu pedangnya menjadi lihai itu adalah karena ia memiliki ilmu gin-kang yang hebat. Ilmu meringankan tubuh ini membuat ia dapat bergerak cepat bukan main sehingga ilmu pedangnya tentu saja menjadi amat berbahaya karena cepatnya.

Biarpun ilmu pedangnya masih kalah jauh kalau dibandingkan dengan ilmu pedang Liu Lu Sian yang diwarisi dari ayahnya, pada dasarnya kalah tinggi, namun andaikata Lu Sian belum mempelajari gin-kang istimewa itu, agaknya Tan Hui akan dapat mengimbanginya dengan kecepatan. Namun, kini Lu Sian telah memiliki gin-kang Coan-in-hui (Terbang Terjang Awan) yang dipelajari dan dilatih secara tekun dari Tan Hui sehingga biarpun dibandingkan dengan Tan Hui gin-kangnya masih kalah sedikit karena membuat ilmu pedangnya Pat-mo Kiam-hoat ciptaan ayahnya menjadi beberapa kali lipat dahsyatnya.

Lu Sian adalah seorang wanita yang berwatak keras dan aneh. Memang tidak dapat disangkal pula bahwa semenjak meninggalkan suaminya, Kam Si Ek, belum pernah ia jatuh cinta lagi kecuali kepada Tan Hui. Ia mencinta Tan Hui dan agaknya akan bersedia menjadi isteri duda pendekar ini kalau saja tidak terjadi perselisihan di pagi hari itu. Karena ia berwatak keras, begitu Tan Hui memperlihatkan sikap membenci dan menghina, maka ia pun memaksa perasaannya untuk balas membenci, dan menganggap Tan Hui seorang musuh yang harus dibasmi.

Pertandingan berlangsung makin hebat dan seru. Berdentingan pedang mereka saling beradu, diseling bersiutnya pedang menyambar membelah angin ketika dielakkan lawan. Setelah berjalan seratus jurus mulailah Tan Hui terdesak. Ilmu pedang yang dimainkan Lu Sian amat aneh dan banyak mengandung gerakan-gerakan yang curang. Di samping kalah tinggi ilmu pedangnya, juga di dalam hatinya, Tan Hui tidaklah sebulat Lu Sian untuk membunuh lawan. Tan Hui marah hanya terdorong kekecewaan setelah mendengar bahwa kekasihnya yang benar-benar amat dicintanya itu adalah isteri orang! Ia menentang Lu Sian terdorong kemarahan karena kecewa inilah, maka setelah bertanding agak lama, mulai ia merasa menyesal dan tidak menyerang secara sungguh-sungguh.

Berbeda dengan Lu Sian yang makin lama makin bersemangat. Melihat betapa lawannya mulai terdesak, ia berseru keras dan berubahlah pedangnya menjadi segulungan sinar yang amat hebat. Angin menderu-deru keluar dari sinar ini yang tadinya bergulung-gulung, tapi makin lama makin cepat membentuk lingkaran-lingkaran secara cepat sekali mengurung tubuh Tan Hui. Inilah Toa-hong Kiam-sut yang dimainkan oleh Lu Sian. Ilmu pedang yang dimilikinya, biasanya sudah hebat sekali apalagi sekarang setelah gin-kangnya maju pesat. Maka cepatlah gerakannya dan makin hebat hawa pukulan yang keluar dari gerakan senjata itu.

Tan Hui yang sudah terdesak hebat itu berseru keras saking kagumnya menyaksikan ilmu pedang yang demikian dahsyatnya. Cepat ia mempertahankan diri, namun kecepatan pedangnya tidak cukup untuk membendung datangnya lingkaran yang bergelombang seperti ombak badai ini. Baru saja pedangnya berdenting karena bertemu dengan pedang Lu Sian, pedang wanita itu sudah menyelinap dengan kecepatan yang tak dapat disangka-sangka, tahu-tahu sudah memasuki perut Hui-kiam-eng Tan Hui!

"Cepppp!" Hanya sedetik terjadinya hal ini Lu Sian sendiri merasa kaget, cepat-cepat mencabut pedang dan meloncat mundur sejauh empat lima meter, lalu berdiri tegak dengan mata terbelalak memandang bekas kekasihnya yang kini menjadi musuhnya itu.

Tan Hui masih berdiri tegak, tangan kanan memegang pedang, tangan kiri menutup luka di perutnya sambil menekan keras-keras namun tetap saja darahnya menetes-netes melalui celah-celah jari tangannya. Mukanya pucat, akan tetapi bibirnya tersenyum pahit.

"Tidak penasaran Hui-kiam-eng roboh di tangan puteri Beng-kauwcu, karena memang kiam-hoatmu hebat luar biasa. Akan tetapi sebagai bekas kekasihku, biarlah kunasehatkan kepadamu bahwa kalau kau melanjutkan kesukaanmu menggoda dan menghancurkan hati laki-laki, hidupmu kelak akan terkutuk, kau akan banyak dimusuhi orang. Sian-moi, kenapa kau tidak kembali saja kepada suamimu sehingga hidupmu kelak akan terjamin...?"

"Cerewet! Kau tak berhak mencampuri urusan hidupku. Kau sudah terluka, aku memberi kesempatan kepadamu untuk pergi mengingat akan perkenalan kita yang lalu!"

Senyum di mulut Tan Hui berubah makin pahit. "Seorang pendekar tidak akan lari daripada maut. Lukaku memang hebat, tak terobati, akan tetapi aku masih berdiri tegak, pedangku masih di tangan. Siapa bilang aku kalah? (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0416 seconds (0.1#10.140)