Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 2 Bagian 6
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Suling Emas
Ang Sin Tojin adalah murid kedua dari Ketua Kun-lun-pai, Kim Gan Sian jin, tentu saja ilmu kepandaiannya sudah amat tinggi dan karena itu pula ia tadi berani mengeluarkan tantangan terhadap ketua Beng-kauw. Kini melihat seorang tinggi kurus bermuka hitam telah berada di depannya dan mengirim pukulan maut, ia pun cepat menggerakkan tangannya menangkis, sambil mengarahkan Sin-kang (tenaga sakti).
"Dukkkkk!" Dua tangan mengandung tenaga sakti. Ma Thai Kun masih berdiri setengah membungkuk, tubuhnya tidak bergoyang. Akan tetapi akibat benturan kedua lengan itu membuat Ang-sin to jin terhuyung-huyung ke belakang sampai lima langkah. Diam-diam tosu Kun-lun-pai ini terkejut bukan main. Harus diakui tenaga sakti Si Muka Hitam ini hebat sekali, sungguhpun tidak sampai menyebabkan ia terluka parah, namun cukup menggempur kuda-kudanya dan membuat ia terhuyung-huyung.
"Ji-sute (Adik Seperguruan ke Dua), mundurlah! Siapa yang mencari perkara dengan aku dan anakku, biarlah aku menghadapinya sendiri!" Pat-jiu Sin-ong menegur adiknya. Ma Thai Kun mendengus marah, lalu mengundurkan diri.
"Ang Sin Tojin, apakah kau masih tidak mau menarik kembali tuntutanmu?"
"Seorang laki-laki sekali bicara dipegang sampai mati!" jawab tosu itu dengan suara ketus.
"Ah, ah, benar-benar tosu Kun-lun-pai keras kepala. Eh, tosu mentah, kau tadi bilang kecantikan puteriku sebatas kulit. Apa artinya?"
"Pinto mengakui bahwa puteri Kauwcu cantik jelita dan pandai. Akan tetapi semua itu hanya sampai dikulit, hanya akibat pandangan mata lahir. Mata batin takkan dapat ditipu dan takkan silau oleh kecantikkan. Mata batin mencari sampai kedalam batin pula, mencari kebenaran yang suka tertutup oleh kepalsuan."
Merah muka Pat-jiu Sin-ong, akan tetapi mulutnya masih tersenyum. "Anakku memang cantik, ini semua orang tahu. Kalau mata melihatnya tidak cantik sekalipun, yang salah bukan dia, melainkan matanya! Tosu mentah, lekas kau pulang ke Kun-lun-san, jangan mencari keributan disini."
"Kalau begitu, pinto minta pelajaran dari Beng-kauwcu!" kata tosu itu sambil mencabut pedangnya. Ia tadi sudah membuktikan betapa hebat sin-kang dari Ma Thai Kun yang hanya merupakan adik seperguruan Ketua Beng-kauw ini, maka ia tidak berani berlaku sembrono. Dengan pedang di tangan ia mengira akan dapat mengimbangi lawannya, karena memang Kun-lun-pai terkenal dengan kiam-hoatnya (ilmu pedangnya).
"Kau menantangku?" Liu Gan bertanya, masih tersenyum.
"Pinto siap!"
"Nah, terimalah ini!" Kedua tangan Pat-jiu Sin-ong bergerak. Begitu cepatnya gerakan kedua lengannya itu sehingga kedua tangan itu seakan-akan berubah menjadi delapan! Inilah agaknya maka ia mendapat julukan Pat-jiu (Lengan Delapan). Dalam segebrakan saja Ang Sin Tojin merasa seakan-akan ia diserang oleh delapan pukulan yang kesemuanya merupakan pukulan maut! Cepat ia menggerakkan tubuhnya dan memutar pedangnya melindungi diri.
"Plakk! Tranggg... aduhhh...!" Hanya dalam sekejap mata saja terjadinya. Entah bagaimana tosu itu sendiri tidak tahu, pergelangan tangannya sudah terpukul, membuat pedangnya terpental dan tiba-tiba ia merasa amat sakit pada telinga dan mata kanannya. Ia roboh menggulingkan diri sampai beberapa meter lalu meloncat lagi berdiri. Telinga kanan dan mata kanannya mencucurkan darah! Ternyata daun telinga kanannya pecah bagian atasnya, sedangkan pelupuk mata kanannya pun robek!
"Tosu mentah! Mengingat akan suhengmu, Ang Kun Tojin, dan memandang muka terhormat suhumu, Kim Gan Sianjin Ketua Kun-lun, aku tidak mengambil nyawamu. Akan tetapi aku tidak dapat membiarkan matamu yang salah lihat dan telingamu yang salah dengar. Hendaknya pelajaran ini membuka matamu bahwa Beng-kauw tidak boleh dibuat main-main oleh siapapun juga! Nah, pergilah!"
Ang Sin Tojin maklum bahwa orang sakti didepannya ini bukan lawannya, bahkan suhunya, Ketua Kun-lun-pai sendiri, belum tentu akan dapat menandinginya. Ia bukan seorang bodoh dan nekat. Tanpa banyak cakap ia memungut pedangnya, menjura dan berkata, "Pinto hanya dapat melaporkan kepada suhu bahwa pinto gagal dalam tugas." Setelah berkata demikian, ia membalikkan tubuhnya dan pergi dari situ. (Bersambung)
Ang Sin Tojin adalah murid kedua dari Ketua Kun-lun-pai, Kim Gan Sian jin, tentu saja ilmu kepandaiannya sudah amat tinggi dan karena itu pula ia tadi berani mengeluarkan tantangan terhadap ketua Beng-kauw. Kini melihat seorang tinggi kurus bermuka hitam telah berada di depannya dan mengirim pukulan maut, ia pun cepat menggerakkan tangannya menangkis, sambil mengarahkan Sin-kang (tenaga sakti).
"Dukkkkk!" Dua tangan mengandung tenaga sakti. Ma Thai Kun masih berdiri setengah membungkuk, tubuhnya tidak bergoyang. Akan tetapi akibat benturan kedua lengan itu membuat Ang-sin to jin terhuyung-huyung ke belakang sampai lima langkah. Diam-diam tosu Kun-lun-pai ini terkejut bukan main. Harus diakui tenaga sakti Si Muka Hitam ini hebat sekali, sungguhpun tidak sampai menyebabkan ia terluka parah, namun cukup menggempur kuda-kudanya dan membuat ia terhuyung-huyung.
"Ji-sute (Adik Seperguruan ke Dua), mundurlah! Siapa yang mencari perkara dengan aku dan anakku, biarlah aku menghadapinya sendiri!" Pat-jiu Sin-ong menegur adiknya. Ma Thai Kun mendengus marah, lalu mengundurkan diri.
"Ang Sin Tojin, apakah kau masih tidak mau menarik kembali tuntutanmu?"
"Seorang laki-laki sekali bicara dipegang sampai mati!" jawab tosu itu dengan suara ketus.
"Ah, ah, benar-benar tosu Kun-lun-pai keras kepala. Eh, tosu mentah, kau tadi bilang kecantikan puteriku sebatas kulit. Apa artinya?"
"Pinto mengakui bahwa puteri Kauwcu cantik jelita dan pandai. Akan tetapi semua itu hanya sampai dikulit, hanya akibat pandangan mata lahir. Mata batin takkan dapat ditipu dan takkan silau oleh kecantikkan. Mata batin mencari sampai kedalam batin pula, mencari kebenaran yang suka tertutup oleh kepalsuan."
Merah muka Pat-jiu Sin-ong, akan tetapi mulutnya masih tersenyum. "Anakku memang cantik, ini semua orang tahu. Kalau mata melihatnya tidak cantik sekalipun, yang salah bukan dia, melainkan matanya! Tosu mentah, lekas kau pulang ke Kun-lun-san, jangan mencari keributan disini."
"Kalau begitu, pinto minta pelajaran dari Beng-kauwcu!" kata tosu itu sambil mencabut pedangnya. Ia tadi sudah membuktikan betapa hebat sin-kang dari Ma Thai Kun yang hanya merupakan adik seperguruan Ketua Beng-kauw ini, maka ia tidak berani berlaku sembrono. Dengan pedang di tangan ia mengira akan dapat mengimbangi lawannya, karena memang Kun-lun-pai terkenal dengan kiam-hoatnya (ilmu pedangnya).
"Kau menantangku?" Liu Gan bertanya, masih tersenyum.
"Pinto siap!"
"Nah, terimalah ini!" Kedua tangan Pat-jiu Sin-ong bergerak. Begitu cepatnya gerakan kedua lengannya itu sehingga kedua tangan itu seakan-akan berubah menjadi delapan! Inilah agaknya maka ia mendapat julukan Pat-jiu (Lengan Delapan). Dalam segebrakan saja Ang Sin Tojin merasa seakan-akan ia diserang oleh delapan pukulan yang kesemuanya merupakan pukulan maut! Cepat ia menggerakkan tubuhnya dan memutar pedangnya melindungi diri.
"Plakk! Tranggg... aduhhh...!" Hanya dalam sekejap mata saja terjadinya. Entah bagaimana tosu itu sendiri tidak tahu, pergelangan tangannya sudah terpukul, membuat pedangnya terpental dan tiba-tiba ia merasa amat sakit pada telinga dan mata kanannya. Ia roboh menggulingkan diri sampai beberapa meter lalu meloncat lagi berdiri. Telinga kanan dan mata kanannya mencucurkan darah! Ternyata daun telinga kanannya pecah bagian atasnya, sedangkan pelupuk mata kanannya pun robek!
"Tosu mentah! Mengingat akan suhengmu, Ang Kun Tojin, dan memandang muka terhormat suhumu, Kim Gan Sianjin Ketua Kun-lun, aku tidak mengambil nyawamu. Akan tetapi aku tidak dapat membiarkan matamu yang salah lihat dan telingamu yang salah dengar. Hendaknya pelajaran ini membuka matamu bahwa Beng-kauw tidak boleh dibuat main-main oleh siapapun juga! Nah, pergilah!"
Ang Sin Tojin maklum bahwa orang sakti didepannya ini bukan lawannya, bahkan suhunya, Ketua Kun-lun-pai sendiri, belum tentu akan dapat menandinginya. Ia bukan seorang bodoh dan nekat. Tanpa banyak cakap ia memungut pedangnya, menjura dan berkata, "Pinto hanya dapat melaporkan kepada suhu bahwa pinto gagal dalam tugas." Setelah berkata demikian, ia membalikkan tubuhnya dan pergi dari situ. (Bersambung)
(dwi)