Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 3 Bagian 1
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Suling Emas
HAN BIAN KI orangnya memang agak tinggi hati, mengandalkan kepandaian sendiri, dan ia amat ingin dapat menangkan n ona manis yang semalam membuat ia tidak dapat tidur pulas ini. Maka mendengar tantangan orang, ia segera berseru keras dan menggerakkan tangannya, yang kiri mengirim pukulan kearah lambung, pukulan pancingan karena yang benar-benar menyerang adalah tangan kanannya yang cepat menncengkeram ke arah pundak kiri Lu Sian dengan maksud menangkap gadis itu dan mencapai kemenangan dalam segbrak saja.
Akan tetapi dengan gerakan indah dan kelihatan lambat namun toh serangan dua tangan itu sama sekali tidak menyentuhnya. Han Bian Ki merasa heran dan cepat ia mengirimkan pukulan bertubi-tubi dengan kedua tangannya dengan maksud agar si nona suka menagkis. Andaikata ia tidak dapat menangkan nona ini sedikitnya ia harus dapat merasakan kehalusan dan kehangatan lengan si Gadis ketika menagkis pukulan-pukulannya! Sambil memukul bertubi-tubi ia mendesak dengan langkah-langkah cepat. Kali ini dia harus menagkis, pikirnya, klau tidak tentu akan terdesak sampai ke pinggir panggung.
Akan tetapi benar-benar Lu Sian tidak mau menangkis. Pukulan-pukulan keras yang mengeluarkan angin itu ia hindarkan dengan gerakan-gerakan pinggangnya, ke kanan kiri dan terpaksa kedua kakinya melangkah mundur karena si Pemuda terus mendesaknya. Benar seperti dugaan Han Bian Ki, akhirnya Lu Sian terdesak sampai ke pinggir panggung dan mundur tiga langkah lagi tentu akan terjengkang. Pemuda ini sudah menjadi girang. Sekali si Gadis terjengkang kebawah panggung, nerarti dia menang! Cepat ia memperhebat pukulan-pukulannya sambil mengeluakan seruan panjang.
Tiba-tiba gadis itu tertawa dan Han Bian KI kebingungan karena ia tidak melihat gadis itu lagi. Tadi ia hanya melihat bayangan orang berkelebat dan bau harum menusuk hidung, membuat hatinya terguncang. Memang semenjak naik kepanggung, ia mencium bau harum keluar dari arah gadi itu, akan tetapi ketika melihat banyangan orang berkelebat, bau harum itu makin keras tercium dan sekarang tahu-tahu Lu Sian lenyap. Apakah sudah terjengkang ke bawah? Ia melangkah maju dan menjenguk ke bawah, akan tetapi tidak tampak apa-apa dan ketika ia mendengar gelak tawa para tamu, cepat-cepat ia membalikkan tubuh dan merahlah wajahnya ketika melihat Lu Sian berdiri di tengah panggung sambil bertolak pinggang dan tersenyum mengejek.
Seorang yang rendah hati dan tahu diri tentu saja sadar bahwa ia kalah jauh oleh gadis itu, akan tetapi Han Bian Ki yang tinggi hati tidak merasa demikian. Malah sebaliknya ia merasa penasaran sekali dan sambil berseru keras ia menerjang maju dengan serangan lebih hebat, kini malah menyelingi pukulan tangannya denga tendangan kilat! Lu Sian tertawa dan tubuhnya melejit-lejit seperti ikan di darat, berputar-putar seperti gasing namun semua pukulan dan tendangan lawan mengenai angin belaka. Seperti tadi, tiba-tiba gadis itu lenyap dengan cara melompati atas kepada lawannya yang kembali menjadi kebingungan.
Watak Liu Lu Sian adalah manja dan gadis ini pun memiliki kesombongan, suka memandang rendah orang lain. Apalagi pemuda itu yang terang kalah jauh olehnya, segera menimbulkan rasa angkuh dan sombong dalam hatinya. Sambil berdiri di tengah panggung sambil menanti lawannya yang mencari-carinya kebingungan, ia berkata, "Uhh, begini saja pemuda yang hendak mencoba kepandaianku? Kalau masih ada yang seperti dia, harap maju saja sekalian! Jangan kuatir, aku takkan menuduh kalian mengeroyok. Yang menang diantara kalian tetap di anggap menang. Hayo, maju, agar aku tidak lelah, sekaligus melayani kalian!"
Dua orang pemuda menyambut seruan Liu Lu Sian ini. Mereka ini adalah seorang yang tinggi besar dan berkulit hitam berwajah buruk, seorang lagi saeorang pemuda kurus kering, berwajah kekuningan seperti orang berpenyakitan. Dari dua jurusan mereka melompat ke atas panggung. Agaknya mereka menganggap bahwa sekarang terbuka kesempatan bagus bagi mereka untuk mencapai kemenangan.
"Saya yang bodoh bernama Lauw kong dari kota Kwi-san!" kata yang hitam dan parau.
"Saya Bhong Siat dari lembah Yang-ce!" kata Si Muka Kuning yang suaranya seperti orang berbisik atau kehabisan napas. (Bersambung)
HAN BIAN KI orangnya memang agak tinggi hati, mengandalkan kepandaian sendiri, dan ia amat ingin dapat menangkan n ona manis yang semalam membuat ia tidak dapat tidur pulas ini. Maka mendengar tantangan orang, ia segera berseru keras dan menggerakkan tangannya, yang kiri mengirim pukulan kearah lambung, pukulan pancingan karena yang benar-benar menyerang adalah tangan kanannya yang cepat menncengkeram ke arah pundak kiri Lu Sian dengan maksud menangkap gadis itu dan mencapai kemenangan dalam segbrak saja.
Akan tetapi dengan gerakan indah dan kelihatan lambat namun toh serangan dua tangan itu sama sekali tidak menyentuhnya. Han Bian Ki merasa heran dan cepat ia mengirimkan pukulan bertubi-tubi dengan kedua tangannya dengan maksud agar si nona suka menagkis. Andaikata ia tidak dapat menangkan nona ini sedikitnya ia harus dapat merasakan kehalusan dan kehangatan lengan si Gadis ketika menagkis pukulan-pukulannya! Sambil memukul bertubi-tubi ia mendesak dengan langkah-langkah cepat. Kali ini dia harus menagkis, pikirnya, klau tidak tentu akan terdesak sampai ke pinggir panggung.
Akan tetapi benar-benar Lu Sian tidak mau menangkis. Pukulan-pukulan keras yang mengeluarkan angin itu ia hindarkan dengan gerakan-gerakan pinggangnya, ke kanan kiri dan terpaksa kedua kakinya melangkah mundur karena si Pemuda terus mendesaknya. Benar seperti dugaan Han Bian Ki, akhirnya Lu Sian terdesak sampai ke pinggir panggung dan mundur tiga langkah lagi tentu akan terjengkang. Pemuda ini sudah menjadi girang. Sekali si Gadis terjengkang kebawah panggung, nerarti dia menang! Cepat ia memperhebat pukulan-pukulannya sambil mengeluakan seruan panjang.
Tiba-tiba gadis itu tertawa dan Han Bian KI kebingungan karena ia tidak melihat gadis itu lagi. Tadi ia hanya melihat bayangan orang berkelebat dan bau harum menusuk hidung, membuat hatinya terguncang. Memang semenjak naik kepanggung, ia mencium bau harum keluar dari arah gadi itu, akan tetapi ketika melihat banyangan orang berkelebat, bau harum itu makin keras tercium dan sekarang tahu-tahu Lu Sian lenyap. Apakah sudah terjengkang ke bawah? Ia melangkah maju dan menjenguk ke bawah, akan tetapi tidak tampak apa-apa dan ketika ia mendengar gelak tawa para tamu, cepat-cepat ia membalikkan tubuh dan merahlah wajahnya ketika melihat Lu Sian berdiri di tengah panggung sambil bertolak pinggang dan tersenyum mengejek.
Seorang yang rendah hati dan tahu diri tentu saja sadar bahwa ia kalah jauh oleh gadis itu, akan tetapi Han Bian Ki yang tinggi hati tidak merasa demikian. Malah sebaliknya ia merasa penasaran sekali dan sambil berseru keras ia menerjang maju dengan serangan lebih hebat, kini malah menyelingi pukulan tangannya denga tendangan kilat! Lu Sian tertawa dan tubuhnya melejit-lejit seperti ikan di darat, berputar-putar seperti gasing namun semua pukulan dan tendangan lawan mengenai angin belaka. Seperti tadi, tiba-tiba gadis itu lenyap dengan cara melompati atas kepada lawannya yang kembali menjadi kebingungan.
Watak Liu Lu Sian adalah manja dan gadis ini pun memiliki kesombongan, suka memandang rendah orang lain. Apalagi pemuda itu yang terang kalah jauh olehnya, segera menimbulkan rasa angkuh dan sombong dalam hatinya. Sambil berdiri di tengah panggung sambil menanti lawannya yang mencari-carinya kebingungan, ia berkata, "Uhh, begini saja pemuda yang hendak mencoba kepandaianku? Kalau masih ada yang seperti dia, harap maju saja sekalian! Jangan kuatir, aku takkan menuduh kalian mengeroyok. Yang menang diantara kalian tetap di anggap menang. Hayo, maju, agar aku tidak lelah, sekaligus melayani kalian!"
Dua orang pemuda menyambut seruan Liu Lu Sian ini. Mereka ini adalah seorang yang tinggi besar dan berkulit hitam berwajah buruk, seorang lagi saeorang pemuda kurus kering, berwajah kekuningan seperti orang berpenyakitan. Dari dua jurusan mereka melompat ke atas panggung. Agaknya mereka menganggap bahwa sekarang terbuka kesempatan bagus bagi mereka untuk mencapai kemenangan.
"Saya yang bodoh bernama Lauw kong dari kota Kwi-san!" kata yang hitam dan parau.
"Saya Bhong Siat dari lembah Yang-ce!" kata Si Muka Kuning yang suaranya seperti orang berbisik atau kehabisan napas. (Bersambung)
(dwi)