Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 5 Bagian 3

Selasa, 27 Juni 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Suling...
Suling Emas, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Suling Emas

"Siapa ingin melihat?" serunya sambil membalikkan tubuh berdiri membelakangi sungai. Ia hanya mendengar gerakan gadis itu, suara pakaian dilepas, kemudian mendengar gadis itu turun ke dalam air. Semua yang didengarnya ini menimbulkan bayangan yang amat menggodanya sehingga ia meramkan kedua matanya seakan-akan hendak mengusir bayangan itu dari depan mata.

"Sudah, Kwee-koko. Kau sekarang boleh saja melihat ke sini, aku sudah aman tertutup air. Ah, enak benar, Koko. Kau mandilah segar bukan main."

Kwee Seng membalikkan tubuhnya dan ia terpaku di tempat ia berdiri. Kedua kakinya menggigil dan matanya berkunang-kunang. Aduh, Lu Sian apakah benar-benar sengaja kau sengaja ingin menggodaku ? Demikian keluhnya dalam hati. Ketika ia menengok, ia melihat pakaian gadis itu bertumpuk di pinggir sungai, di atas sebuah batu besar, semua pakaian berikut sepatu dan pita rambut. Kemudian, apa yang dilihatnya di tengah sungai itu benar-benar membuat ia berkunang dan lemas. Memang gadis itu merendamkan tubuhnya di dalam air sehingga yang tampak dari luar air hanya leher dan kepalanya.

Akan tetapi agaknya Lu Sian lupa bahwa air itu amat jernih! Ataukah memang sengaja? Air itu demikian jernihnya sehingga batu-batu di dasarnya tampak. Apalagi tubuh yang duduk di atasnya! Pemandangan aneh tampak oleh Kwee Seng. Tubuh padat berisi sempurna lekuk-lekungnya, bergoyang-goyang bayangannya oleh air. Cepat-cepat ia menundukkan mukanya. Kuatkan hatimu ! Ah, kuatkan hatimu sebelum! kau kemasukan iblis! Demikianlah dengan kaki gemetar Kwee Seng berdiri menundukkan mukanya, mengerahkan tenaga batinnya untuk melawan dorongan nafsu.

"Moi-moi..." Ia berhenti karena suaranya kedengaran aneh.

"Hemm... Kau mau bilang apa, Koko?"

Kwee Seng menarik napas panjang dan mulai tenanglah gelora isi dadanya.

"Sian-moi, aku tidak mandi. Kau mandilah yang puas, biar kunanti kau disana. Aku khawatir kalau-kalau kuda kita dicuri orang." Tanpa menanti jawaban Kwee Seng lalu membalikkan tubuhnya dan lari dari tempat semula dimana ia menjatuhkan diri duduk termenung memikirkan Lu Sian. Gadis yang aneh! Ia harus mengaku bahwa hatinya sudah jatuh betul-betul. Ia memuja Lu Sian, memuja kecantikannya.

Padahal ia maklum sedalam-dalamnya bahwa watak gadis itu sama sekali tidak cocok dengan wataknya, bahwa kalau ia mempunyai isteri seperti Lu Sian, hidupnya akan banyak menderita. Aku harus dapat menahan diri, semua ini godaan iblis, pikirnya.

Aku sejak semula tidak menghendakinya sebagai isteri, hanya karena sudah berjanji dengan Pat-jiu Sin-ong untuk menurunkan ilmu yang mengalahkannya, maka sekarang mengadakan perjalanan bersama. Ah, mengapa ia menjanjikan hal itu? Ia kena diakali Pat-jiu Sin-ong yang tentu saja ingin menguras ilmunya. Kalau sudah menurunkan ilmu, aku harus cepat-cepat menjauhkan diri dari Lu Sian, pikirnya. Akan tetapi, teringat akan perbuatannya mencuri ciuman tadi, kembali gelora di dadanya membuat Kwee Seng meramkan mata. Gila! Kau sudah gila! Tiba-tiba Kwee Seng yang masih meram itu menampar kepalanya sendiri!

"Heee! Apakah kau sudah gila??"

Teguran ini membuat Kwee Seng terkejut dan meloncat bangun sendiri!

Kiranya Lu Sian sudah berdiri di depannya, biarpun cuaca sudah mulai gelap, masih tampak gadis itu segar dan berseri-seri, makin cantik setelah mandi. Gadis itu tertawa geli. "Kwee-koko, kukira kau tadi menjadi gila, apa-apaan itu tadi kau menampar kepalamu sendiri?"

"Aku......? Ah... kau tidak melihat tadi? Banyak nyamuk di hutan ini. Mengiang-ngiang di atas telinga, kucoba menepuk mampus nyamuk-nyamuk itu."

Baiknya Lu Sian percaya alasan ini. "Kwee-koko, sekarang aku hendak pergi. Kau menanti di sini saja, ya?"

"Kemana, Sian-moi?"

"Ke benteng itu. Meyelidik!"

"Ah, apakah perlunya? Jangan mencari perkara..."

"Sudahlah! Kau seperti nenek bawel saja. Kalau tidak suka, kau tidak usah ikut. Aku tahu kau tidak suka, maka aku akan pergi sendiri. Biarlah kau menanti di situ bersama... eh, nyamuk-nyamuk itu. Aku pergi, Koko!" Setelah berkata demikian, Lu Sian mempergunakan kepandaianny meloncat dan lari cepat, sebentar saja lenyap dari situ.

Kwee seng mengerutkan keningnya. Gadis aneh. Ia takkan berbahagia hidup di samping gadis itu sebagai isterinya. Akan tetapi, mengapa hatinya seperti ini? Mengapa timbul kekuatirannya kalau-kalau Lu Sian menghadapi malapetaka? Biarlah kalau ia tertimpa bencana. Salahnya sendiri. Mencari perkara. Mencampuri urusan orang lain! Kwee Seng mengeraskan hatinya dan mulai membuat api unggun untuk mengusir nyamuk yang memang banyak terdapat di hutan itu. Akan tetapi hatinya tetap merasa tidak enak. Terjadi perang di dalam hatinya antara membiarkan atau pergi menyusul Lu Sian. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0567 seconds (0.1#10.140)