4 Kondisi Pemicu Stunting pada Anak, Orang Tua Wajib Waspada
Sabtu, 28 Januari 2023 - 11:06 WIB
JAKARTA - Masalah stunting masih menjadi perhatian pemerintah. Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi yang baik selama waktu yang lama.
Terdapat empat kondisi masalah gizi yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kesemuanya ini bisa memicu terjadinya stunting pada anak .
Menurut Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr. Maria Endang, pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu. Sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan.
"Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya," jelas dr. Endang seperti dikutip dari Sehat Negeriku laman Kemenkes, Sabtu (28/1/2023).
Pengertian dari weight faltering secara umum adalah kenaikan berat badan tidak cukup, artinya di bawah rata-rata dari kenaikan berat badan minimal setiap bulannya anak. Sementara, underweight, kondisi anak memiliki berat badan yang indeks massa tubuhnya berada di bawah normal.
Para orang tua pun diminta untuk mengutamakan pemantauan pertumbuhan secara rutin setiap bulan pada periode setelah lahir. Ini dilakukan untuk mengetahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.
"Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting," terangnya.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting sebesar 2,8 % dibandingkan dengan 2021. Tentu ini kabar baik untuk masyarakat Indonesia agar semakin mendorong mencegah stunting.
Sebagai catatan, meski angka stunting menurun, angka balita wasting dan underweight mengalami peningkatan. Dengan angka wasting naik dari 7,1 % pada 2021 menjadi 7,7 % (2022).
Sementara, underweight naik dari 17,0 menjadi 17,1 %. Kemudian pada kasus balita overweight terjadi penurunan 0,3 % dari 3,8 % menjadi 3,5 %.
Terdapat empat kondisi masalah gizi yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kesemuanya ini bisa memicu terjadinya stunting pada anak .
Menurut Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr. Maria Endang, pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu. Sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan.
"Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya," jelas dr. Endang seperti dikutip dari Sehat Negeriku laman Kemenkes, Sabtu (28/1/2023).
Pengertian dari weight faltering secara umum adalah kenaikan berat badan tidak cukup, artinya di bawah rata-rata dari kenaikan berat badan minimal setiap bulannya anak. Sementara, underweight, kondisi anak memiliki berat badan yang indeks massa tubuhnya berada di bawah normal.
Para orang tua pun diminta untuk mengutamakan pemantauan pertumbuhan secara rutin setiap bulan pada periode setelah lahir. Ini dilakukan untuk mengetahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.
"Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting," terangnya.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting sebesar 2,8 % dibandingkan dengan 2021. Tentu ini kabar baik untuk masyarakat Indonesia agar semakin mendorong mencegah stunting.
Sebagai catatan, meski angka stunting menurun, angka balita wasting dan underweight mengalami peningkatan. Dengan angka wasting naik dari 7,1 % pada 2021 menjadi 7,7 % (2022).
Sementara, underweight naik dari 17,0 menjadi 17,1 %. Kemudian pada kasus balita overweight terjadi penurunan 0,3 % dari 3,8 % menjadi 3,5 %.
(nug)
tulis komentar anda