Subvarian Covid-19 Orthrus Tidak Terlalu Mengkhawatirkan, Ini Kata Ahli Kesehatan
Jum'at, 24 Februari 2023 - 22:55 WIB
JAKARTA - Ahli Kesehatan Profesor Zubairi Djoerban menjelaskan total kasus Orthrus di Indonesia dari data Kementerian Kesehatan adalah 53 kasus. Semuanya dilaporkan telah sembuh.
Dengan demikian, kata Prof Beri begitu biasa disapa Zubairi Djoerban, varian baru Covid-19 itu tidak terlalu berdampak pada kenaikan kasus Covid-19 secara keseluruhan di Indonesia.
Prof Beri memaparkan varian Orthrus pertama kali ditemukan itu di India, tepatnya pada 8 Juli 2022. Keberadaan varian ini hanya 6 persen di seluruh dunia.
"Lumayan banyak di Inggris, Denmark, dan Singapura," terang Prof Beri di akun Twitter resminya yang dikutip MNC Portal, Jumat (24/2/2023).
Angka prevalensi yang kecil secara global ternyata membuat varian ini tidak cukup kuat memengaruhi kondisi pandemi global. Bahkan, Prof Beri, sapaan akrabnya, meyakini bahwa Orthrus tidak perlu dikhawatirkan akan menyebabkan gelombang baru.
"Meski punya kemampuan untuk menembus kekebalan tubuh, namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jelas Prof Beri.
Tapi, sambungnya, untuk mereka yang belum pernah terinfeksi Covid-19, kelompok lansia, komorbid, apalagi yang belum divaksin Covid-19, memang harus hati-hati.
Itu kenapa, Prof Beri menilai penggunaan masker masih penting. "Bagi saya penting," terangnya.
"Orthrus itu lebih menular, menghindari kekebalan dari vaksin dan infeksi alami-- meski gejalanya ringan. Jadi, masker melindungi diri kita maupun orang lain dari virus, selain corona," tambah Prof Beri.
Lihat Juga: Apakah Pembatasan Perjalanan ke Singapura Diberlakukan? Buntut COVID-19 Varian KP Merebak
Dengan demikian, kata Prof Beri begitu biasa disapa Zubairi Djoerban, varian baru Covid-19 itu tidak terlalu berdampak pada kenaikan kasus Covid-19 secara keseluruhan di Indonesia.
Prof Beri memaparkan varian Orthrus pertama kali ditemukan itu di India, tepatnya pada 8 Juli 2022. Keberadaan varian ini hanya 6 persen di seluruh dunia.
"Lumayan banyak di Inggris, Denmark, dan Singapura," terang Prof Beri di akun Twitter resminya yang dikutip MNC Portal, Jumat (24/2/2023).
Baca Juga
Angka prevalensi yang kecil secara global ternyata membuat varian ini tidak cukup kuat memengaruhi kondisi pandemi global. Bahkan, Prof Beri, sapaan akrabnya, meyakini bahwa Orthrus tidak perlu dikhawatirkan akan menyebabkan gelombang baru.
"Meski punya kemampuan untuk menembus kekebalan tubuh, namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jelas Prof Beri.
Tapi, sambungnya, untuk mereka yang belum pernah terinfeksi Covid-19, kelompok lansia, komorbid, apalagi yang belum divaksin Covid-19, memang harus hati-hati.
Itu kenapa, Prof Beri menilai penggunaan masker masih penting. "Bagi saya penting," terangnya.
"Orthrus itu lebih menular, menghindari kekebalan dari vaksin dan infeksi alami-- meski gejalanya ringan. Jadi, masker melindungi diri kita maupun orang lain dari virus, selain corona," tambah Prof Beri.
Lihat Juga: Apakah Pembatasan Perjalanan ke Singapura Diberlakukan? Buntut COVID-19 Varian KP Merebak
(hri)
tulis komentar anda