Dokter Spesialis Ingatkan Bahaya Penggunaan Jangka Panjang Obat Insomnia
Sabtu, 18 Maret 2023 - 22:35 WIB
Dokter Rimawati, yang juga Ketua INA Sleep atau Perkumpulan Ilmu Kedokteran Tidur Indonesia (Perdoktin), menyarankan untuk melakukan terapi CBT-I atau terapi perilaku kognitif untuk insomnia.
Menurutnya, terapi tersebut memberikan manfaat jangka panjang. Pasalnya, penderita insomnia tidak akan ketergantungan obat, melainkan bisa mengatasi sendiri.
"Minum obat adalah keuntungan untuk jangka pendek. Tapi dengan terapi CBT-I untuk jangka panjang, seumur hidup. Tapi, pelaksanaannya lama, butuh 4-8 minggu atau 4 sesi sampai si pasien itu bisa mengerti dan melaksanakan CBT-I-nya itu," terangnya.
"Suatu saat dia enggak bisa tidur lagi dia bisa melaksanakan apa yang diajarkan, sehingga dia bisa terapi sendiri," imbuhnya.
Sementara itu, menukil dari Sleep Foundation, CBT-I berfokus untuk mengeksplorasi hubungan antara cara berpikir seseorang, hal-hal yang dilakukan, dan cara tidurnya.
Selama perawatan, penyedia CBT-I terlatih membantu mengidentifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku yang berkontribusi terhadap gejala insomnia.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
Menurutnya, terapi tersebut memberikan manfaat jangka panjang. Pasalnya, penderita insomnia tidak akan ketergantungan obat, melainkan bisa mengatasi sendiri.
"Minum obat adalah keuntungan untuk jangka pendek. Tapi dengan terapi CBT-I untuk jangka panjang, seumur hidup. Tapi, pelaksanaannya lama, butuh 4-8 minggu atau 4 sesi sampai si pasien itu bisa mengerti dan melaksanakan CBT-I-nya itu," terangnya.
"Suatu saat dia enggak bisa tidur lagi dia bisa melaksanakan apa yang diajarkan, sehingga dia bisa terapi sendiri," imbuhnya.
Sementara itu, menukil dari Sleep Foundation, CBT-I berfokus untuk mengeksplorasi hubungan antara cara berpikir seseorang, hal-hal yang dilakukan, dan cara tidurnya.
Selama perawatan, penyedia CBT-I terlatih membantu mengidentifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku yang berkontribusi terhadap gejala insomnia.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
(nug)
tulis komentar anda