Dokter Paru RSUI Tegaskan Rokok Elektrik Tidak Aman Dikonsumsi
Selasa, 30 Mei 2023 - 18:05 WIB
Rokok elektrik juga dikenal dengan banyak nama seperti e-cigs, e-hookah, mods, pena vape, vape, dan rokok sistem tangki. Menggunakan rokok elektrik sering kali disebut dengan istilah vaping.
"WHO menyebutkan bahwa rokok elektrik terbukti berbahaya dan tidak aman untuk digunakan," tegasnya.
Kajian lembaga Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa produk rokok elektrik, atau vaping tidak disarankan untuk digunakan oleh masyarakat meskipun memang saat ini masih sedikit penelitian yang melaporkan dampak jangka panjang dari penggunaan rokok elektrik. Rokok elektrik ini terbilang baru, para peneliti masih mempelajari efek jangka panjang dari penggunaan rokok elektrik.
"Yang harus digarisbawahi adalah bahwa rokok elektrik memiliki dampak adiktif yang merugikan, sama halnya dengan rokok biasa. Bahkan, rokok elektrik dapat meningkatkan risiko adiksi nikotin karena dosis cairan dalam rokok elektrik dapat diatur secara bebas oleh pengguna," terangnya.
Selain itu, cairan pengisi rokok elektrik yang beredar di masyarakat memiliki kadar nikotin yang tidak terstandar. Terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa 200 isapan atau sekitar satu ukuran standar cartridge pada rokok elektrik setara dengan dengan 13 hingga 30 batang rokok.
"Nikotin merupakan zat yang adiktif dan beracun, yang mampu meningkatkan tekanan darah dan memacu adrenalin sehingga meningkatkan detak jantung yang berisiko menyebabkan serangan jantung," katanya.
Nikotin dikatakan mungkin sama adiktifnya dengan heroin dan kokain. Lebih buruknya, banyak pengguna rokok elektrik menghirup lebih banyak nikotin daripada rokok biasa karena pengguna rokok elektrik dapat mengatur rokok elektrik tersebut seperti yang mereka inginkan.
Misalnya, membeli cartridge dengan kekuatan ekstra yang memiliki konsentrasi nikotin lebih tinggi atau dapat meningkatkan voltase rokok elektrik untuk mendapatkan dosis yang lebih besar.
"Nikotin sangat adiktif dan dapat membahayakan perkembangan otak dalam jangka panjang. Nikotin diketahui meningkatan risiko gangguan kardiovaskular, pernapasan, dan gastrointestinal. Nikotin juga dapat menyebabkan penurunan respon imun dan juga berdampak buruk pada kesehatan reproduksi," bebernya.
"WHO menyebutkan bahwa rokok elektrik terbukti berbahaya dan tidak aman untuk digunakan," tegasnya.
Kajian lembaga Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa produk rokok elektrik, atau vaping tidak disarankan untuk digunakan oleh masyarakat meskipun memang saat ini masih sedikit penelitian yang melaporkan dampak jangka panjang dari penggunaan rokok elektrik. Rokok elektrik ini terbilang baru, para peneliti masih mempelajari efek jangka panjang dari penggunaan rokok elektrik.
"Yang harus digarisbawahi adalah bahwa rokok elektrik memiliki dampak adiktif yang merugikan, sama halnya dengan rokok biasa. Bahkan, rokok elektrik dapat meningkatkan risiko adiksi nikotin karena dosis cairan dalam rokok elektrik dapat diatur secara bebas oleh pengguna," terangnya.
Baca Juga
Selain itu, cairan pengisi rokok elektrik yang beredar di masyarakat memiliki kadar nikotin yang tidak terstandar. Terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa 200 isapan atau sekitar satu ukuran standar cartridge pada rokok elektrik setara dengan dengan 13 hingga 30 batang rokok.
"Nikotin merupakan zat yang adiktif dan beracun, yang mampu meningkatkan tekanan darah dan memacu adrenalin sehingga meningkatkan detak jantung yang berisiko menyebabkan serangan jantung," katanya.
Nikotin dikatakan mungkin sama adiktifnya dengan heroin dan kokain. Lebih buruknya, banyak pengguna rokok elektrik menghirup lebih banyak nikotin daripada rokok biasa karena pengguna rokok elektrik dapat mengatur rokok elektrik tersebut seperti yang mereka inginkan.
Misalnya, membeli cartridge dengan kekuatan ekstra yang memiliki konsentrasi nikotin lebih tinggi atau dapat meningkatkan voltase rokok elektrik untuk mendapatkan dosis yang lebih besar.
"Nikotin sangat adiktif dan dapat membahayakan perkembangan otak dalam jangka panjang. Nikotin diketahui meningkatan risiko gangguan kardiovaskular, pernapasan, dan gastrointestinal. Nikotin juga dapat menyebabkan penurunan respon imun dan juga berdampak buruk pada kesehatan reproduksi," bebernya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda