Dokter Paru RSUI Tegaskan Rokok Elektrik Tidak Aman Dikonsumsi
Selasa, 30 Mei 2023 - 18:05 WIB
JAKARTA - Dokter paru Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Aditya Wirawan,Ph.D., Sp.P., mengatakan rokok elektrik tidak aman dikonsumsi. Merokok merupakan salah satu perilaku yang berkorelasi dengan berbagai penyakit seperti kanker dan penyakit kardiovaskular.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah sekian lama mengingatkan penggunaan tembakau merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar di dunia. Di mana telah bertanggung jawab terhadap kematian 8 juta orang per tahun.
"Merokok bukan hanya membahayakan perokok itu sendiri, tapi juga membahayakan orang yang menghirup asap rokok tersebut atau biasa disebut dengan perokok pasif," kata dr. Aditya, Selasa (30/5/2023).
Akhir-akhir ini, muncul tren baru dalam merokok, yaitu penggunaan rokok elektrik atau e-cigarettes. Data Amerika Serikat (2015) menunjukkan penggunaan rokok elektrik di kalangan siswa sekolah menengah mengalami peningkatan sebesar 900 persen, dan sebanyak 40 persen pengguna rokok elektrik berusia muda tidak pernah merokok tembakau biasa.
Rokok elektrik, dijelaskan dr. Aditya sangat menarik bagi anak muda karena banyak remaja mempercayai bahwa rokok elektrik kurang berbahaya jika dibandingkan dengan rokok biasa. Kedua, rokok elektrik dianggap lebih murah jika dibandingkan rokok tradisional.
"Ketiga, cartridge atau kemasan isi ulang rokok elektrik umumnya diformulasikan dengan perasa seperti mentol dan buah-buahan yang menarik bagi para pemuda," jelasnya.
Sementara itu, rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan rokok dan menghasilkan aerosol atau campuran partikel kecil di udara. Rokok elektrik dikemas dalam berbagai bentuk dan ukuran.
"Sebagian besar memiliki baterai, elemen pemanas, dan tempat untuk menampung cairan. Rokok elektrik tersedia dalam bentuk menyerupai rokok biasa, cerutu, pipa, USB flash drive, pena, dan barang sehari-hari lainnya. Perangkat yang lebih besar seperti sistem tangki sehingga tidak terlihat seperti produk tembakau lainnya," terangnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah sekian lama mengingatkan penggunaan tembakau merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar di dunia. Di mana telah bertanggung jawab terhadap kematian 8 juta orang per tahun.
"Merokok bukan hanya membahayakan perokok itu sendiri, tapi juga membahayakan orang yang menghirup asap rokok tersebut atau biasa disebut dengan perokok pasif," kata dr. Aditya, Selasa (30/5/2023).
Akhir-akhir ini, muncul tren baru dalam merokok, yaitu penggunaan rokok elektrik atau e-cigarettes. Data Amerika Serikat (2015) menunjukkan penggunaan rokok elektrik di kalangan siswa sekolah menengah mengalami peningkatan sebesar 900 persen, dan sebanyak 40 persen pengguna rokok elektrik berusia muda tidak pernah merokok tembakau biasa.
Rokok elektrik, dijelaskan dr. Aditya sangat menarik bagi anak muda karena banyak remaja mempercayai bahwa rokok elektrik kurang berbahaya jika dibandingkan dengan rokok biasa. Kedua, rokok elektrik dianggap lebih murah jika dibandingkan rokok tradisional.
"Ketiga, cartridge atau kemasan isi ulang rokok elektrik umumnya diformulasikan dengan perasa seperti mentol dan buah-buahan yang menarik bagi para pemuda," jelasnya.
Sementara itu, rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan rokok dan menghasilkan aerosol atau campuran partikel kecil di udara. Rokok elektrik dikemas dalam berbagai bentuk dan ukuran.
"Sebagian besar memiliki baterai, elemen pemanas, dan tempat untuk menampung cairan. Rokok elektrik tersedia dalam bentuk menyerupai rokok biasa, cerutu, pipa, USB flash drive, pena, dan barang sehari-hari lainnya. Perangkat yang lebih besar seperti sistem tangki sehingga tidak terlihat seperti produk tembakau lainnya," terangnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda