Cegah Kanker Prostat di Usia Produktif Pria dengan Pemeriksaan Prostate Health Index
Selasa, 08 Agustus 2023 - 21:59 WIB
Keputusan biopsi pada pasien dengan kriteria klinis mengarah pada kanker prostat tidaklah mudah. Lebih dari dua pertiga pria dengan hasil pemeriksaan rektal digital tanpa kelainan dan hasil tPSA berkisar 4 sampai 10 ng/mL, memberikan hasil bukan kanker.
Sedangkan biopsi sendiri merupakan tindakan invasif yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada pasien seperti perdarahan, nyeri, dan infeksi.
Prostate Health Index (phi) telah diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) sejak 2012 sebagai pemeriksaan yang bertujuan untuk membedakan kanker prostat dengan kondisi pembesaran prostat jinak lainnya pada pasien-pasien pria yang hasil pemeriksaan rektal digitalnya tidak menunjukkan kelainan dan hasil serum tPSA berkisar 4 sampai 10 ng/mL.
Kini, pasien dan dokter memiliki pilihan baru yang non-invasif untuk mendiagnosa kanker prostat lebih efektif dan efisien. Hal ini menggambarkan kemajuan sains dalam manajemen kanker prostat yang membuat deteksi dini kanker prostat lebih akurat, membuat kenyamanan PSA yang lebih baik dengan pemeriksaan non-invasif dan sekarang sudah dapat diperiksa di Indonesia tanpa harus mengirimkan sampel ke luar negeri.
Dokter Spesialis Urologi RS Grha Kedoya dr. Johanes W. Sulistyo, Sp.U mengatakan, mendengar kata biopsi bagi pasien sangat menakutkan. Biopsi sendiri merupakan prosedur medis untuk mengangkat sampel jaringan tubuh lalu diamati di bawah mikroskop.
"Sampai saat ini biopsi prostat masih menjadi teknik diagnostik dalam mendeteksi kanker prostat. Biopsi prostat dilakukan jika didapatkan tiga indikasi umum, yaitu kelainan pada pemeriksaan rektal digital, peningkatan kadar PSA, dan kecurigaan klinis kanker prostat," terang dr. Johanes.
"Sebelumnya, selain pemeriksaan rektal digital dan klinis, kami merekomendasikan pemeriksaan PSA sebagai pilihan pertama yang non-invasif untuk skrining kanker prostat. Namun PSA memiliki spesifisitas yang terbatas dalam mendeteksi kanker prostat yang menyebabkan biopsi yang tidak perlu untuk hasil positif palsu dari beberapa kasus tumor," tambahnya.
Melalui pemeriksaan Prostate Health Index, diharapkan dapat memberi angin segar kepada pasien dan juga dokter klinisi, terutama pada pasien dengan hasil skrining PSA total berada di angka 4-10 ng/mL.
“PHI dapat menjadi pilihan bagi pasien, karena bersifat non-invasif dan memiliki spesifisitas lebih baik dalam mendeteksi adanya kanker prostat. Deteksi lebih dini dan lebih akurat membuat tatalaksana pasien juga akan lebih terarah dan memberikan hasil yang lebih baik," kata dr. Henry Andrean, MHS (HA), MARS, Direktur RS Grha Kedoya.
Sedangkan biopsi sendiri merupakan tindakan invasif yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada pasien seperti perdarahan, nyeri, dan infeksi.
Prostate Health Index (phi) telah diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) sejak 2012 sebagai pemeriksaan yang bertujuan untuk membedakan kanker prostat dengan kondisi pembesaran prostat jinak lainnya pada pasien-pasien pria yang hasil pemeriksaan rektal digitalnya tidak menunjukkan kelainan dan hasil serum tPSA berkisar 4 sampai 10 ng/mL.
Kini, pasien dan dokter memiliki pilihan baru yang non-invasif untuk mendiagnosa kanker prostat lebih efektif dan efisien. Hal ini menggambarkan kemajuan sains dalam manajemen kanker prostat yang membuat deteksi dini kanker prostat lebih akurat, membuat kenyamanan PSA yang lebih baik dengan pemeriksaan non-invasif dan sekarang sudah dapat diperiksa di Indonesia tanpa harus mengirimkan sampel ke luar negeri.
Dokter Spesialis Urologi RS Grha Kedoya dr. Johanes W. Sulistyo, Sp.U mengatakan, mendengar kata biopsi bagi pasien sangat menakutkan. Biopsi sendiri merupakan prosedur medis untuk mengangkat sampel jaringan tubuh lalu diamati di bawah mikroskop.
"Sampai saat ini biopsi prostat masih menjadi teknik diagnostik dalam mendeteksi kanker prostat. Biopsi prostat dilakukan jika didapatkan tiga indikasi umum, yaitu kelainan pada pemeriksaan rektal digital, peningkatan kadar PSA, dan kecurigaan klinis kanker prostat," terang dr. Johanes.
"Sebelumnya, selain pemeriksaan rektal digital dan klinis, kami merekomendasikan pemeriksaan PSA sebagai pilihan pertama yang non-invasif untuk skrining kanker prostat. Namun PSA memiliki spesifisitas yang terbatas dalam mendeteksi kanker prostat yang menyebabkan biopsi yang tidak perlu untuk hasil positif palsu dari beberapa kasus tumor," tambahnya.
Melalui pemeriksaan Prostate Health Index, diharapkan dapat memberi angin segar kepada pasien dan juga dokter klinisi, terutama pada pasien dengan hasil skrining PSA total berada di angka 4-10 ng/mL.
“PHI dapat menjadi pilihan bagi pasien, karena bersifat non-invasif dan memiliki spesifisitas lebih baik dalam mendeteksi adanya kanker prostat. Deteksi lebih dini dan lebih akurat membuat tatalaksana pasien juga akan lebih terarah dan memberikan hasil yang lebih baik," kata dr. Henry Andrean, MHS (HA), MARS, Direktur RS Grha Kedoya.
(tsa)
tulis komentar anda