Penerapan Aktivitas Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan dari Pelaku Industri
Minggu, 27 Agustus 2023 - 05:30 WIB
JAKARTA - PT Ajinomoto Indonesia memaparkan komitmennya untuk membantu kelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan melalui praktik ekonomi sirkular dan berbagai aktivitas yang mendukung terciptanya Sustainable Development Goals (SDGs).
Menuju 2030, lewat visi besarnya, Ajinomoto ingin meningkatkan harapan hidup sehat 1 miliar orang di seluruh dunia serta mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan bisnis perusahaan hingga 50%. Untuk mencapai visi tersebut, perusahaan bumbu masak itu mentransformasi seluruh karyawannya menjadi Health Provider.
Seluruh karyawan dibekali pengetahuan terkait gizi, kesehatan keluarga, dan kelestarian lingkungan yang bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga dibagikan kepada keluarga serta masyarakat Indonesia.
Kontribusi para Health Provider ini dibuktikan melalui penyebarluasan pengetahuan mengenai praktik ekonomi sirkular dan berbagai aktivitas yang mendukung terciptanya SDGs kepada mahasiswa/i di bidang terkait dalam skala nasional. Yang terbaru, Ajinomoto melalui konsep Health Provider untuk Bumi, berkolaborasi dengan Fakultas Teknik Kimia UPN Veteran Jawa Timur mengadakan Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono XIX: Pengembangan Industri Kimia Hijau Menuju Perwujudan Ekonomi Sirkular. Seminar yang digelar secara hybrid belum lama ini dihadiri oleh kurang lebih 220 mahasiswa/i.
“Terkait praktik ekonomi sirkular dan aktivitas lain yang mendukung terciptanya SDGs di bidang kelestarian lingkungan, Grup Ajinomoto Indonesia melakukan proses pengolahan limbah cair maupun padat untuk kemudian dihasilkan produk samping atau co-products yang memiliki nilai lebih di masyarakat," beber Yudho Koesbandryo, Direktur PT Ajinomoto Indonesia.
"Kami juga berhasil mengurangi buangan emisi karbon, meningkatkan efisiensi penggunaan raw material dan air pada proses produksi, pengurangan material plastik pada Brand Masako dan inovasi produk MSG AJI-NO-MOTO kemasan kertas, membangun fasilitas pengelolaan sampah bersama Rekosistem, serta upaya untuk penggunaan renewable energi seperti panel surya, dan rencana penggunaan biomass sebagai sumber energi yang perlahan menggantikan batu bara. Atas semua upaya tersebut, kami mendapatkan apresiasi dari Kemenperin RI berupa penghargaan Industri Hijau Kategori Level 5 (tertinggi),” tambahnya.
Kepala Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur, Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Ir. Hens Saputra, M.Eng., IPU mengaku gembira melihat perkembangan di sektor industri yang sangat memperhatikan aspek-aspek industri hijau.
“Saya lihat dari segi teknologi proses, Ajinomoto sudah banyak perkembangannya. Terbukti 7 pilar (yakni bahan baku; air; produk; emisi gas rumah kaca; proses produksi; pengelolaan limbah; energi) dalam pengembangan industri hijau konsisten dijalankan dan ada perkembangannya, baik itu untuk teknologi prosesnya. Kemudian ada efisiensi penggunaan air, bahkan untuk hal ini besar sekali, jika saya melihat dari materi yang disampaikan Pak Yudho," kata Dr Hens.
"Kemudian energi juga ada, inovasi produk yang lebih mudah degredable, 30% itu sudah termasuk luar biasa, namun tentu ini perlu ditingkatkan,” lanjutnya.
Dr. Hens Saputra menambahkan, untuk bisa meningkatkan apa yang sudah dicapai saat ini, perlu ada kolaborasi antara sektor industri dengan lembaga penelitian dan pengembangan seperti BRIN.
"Karena sekarang di kami menyediakan akses terbuka kepada tenaga ahli. Kami juga mempunyai fasilitas seperti laboratorium serta perlengkapan penunjang lain. Kemudian, penting juga untuk kita berkolaborasi dengan universitas atau perguruan tinggi, yang mempunyai gagasan atau ide-ide inovatif demi meningkatkan pengembangan aktivitas bisnis di sektor industri yang lebih ramah terhadap lingkungan. Hal ini sekaligus membantu para akademisi maupun periset di sektor institusi pendidikan lebih berkembang,” paparnya.
Menuju 2030, lewat visi besarnya, Ajinomoto ingin meningkatkan harapan hidup sehat 1 miliar orang di seluruh dunia serta mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan bisnis perusahaan hingga 50%. Untuk mencapai visi tersebut, perusahaan bumbu masak itu mentransformasi seluruh karyawannya menjadi Health Provider.
Seluruh karyawan dibekali pengetahuan terkait gizi, kesehatan keluarga, dan kelestarian lingkungan yang bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga dibagikan kepada keluarga serta masyarakat Indonesia.
Kontribusi para Health Provider ini dibuktikan melalui penyebarluasan pengetahuan mengenai praktik ekonomi sirkular dan berbagai aktivitas yang mendukung terciptanya SDGs kepada mahasiswa/i di bidang terkait dalam skala nasional. Yang terbaru, Ajinomoto melalui konsep Health Provider untuk Bumi, berkolaborasi dengan Fakultas Teknik Kimia UPN Veteran Jawa Timur mengadakan Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono XIX: Pengembangan Industri Kimia Hijau Menuju Perwujudan Ekonomi Sirkular. Seminar yang digelar secara hybrid belum lama ini dihadiri oleh kurang lebih 220 mahasiswa/i.
“Terkait praktik ekonomi sirkular dan aktivitas lain yang mendukung terciptanya SDGs di bidang kelestarian lingkungan, Grup Ajinomoto Indonesia melakukan proses pengolahan limbah cair maupun padat untuk kemudian dihasilkan produk samping atau co-products yang memiliki nilai lebih di masyarakat," beber Yudho Koesbandryo, Direktur PT Ajinomoto Indonesia.
"Kami juga berhasil mengurangi buangan emisi karbon, meningkatkan efisiensi penggunaan raw material dan air pada proses produksi, pengurangan material plastik pada Brand Masako dan inovasi produk MSG AJI-NO-MOTO kemasan kertas, membangun fasilitas pengelolaan sampah bersama Rekosistem, serta upaya untuk penggunaan renewable energi seperti panel surya, dan rencana penggunaan biomass sebagai sumber energi yang perlahan menggantikan batu bara. Atas semua upaya tersebut, kami mendapatkan apresiasi dari Kemenperin RI berupa penghargaan Industri Hijau Kategori Level 5 (tertinggi),” tambahnya.
Kepala Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur, Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Ir. Hens Saputra, M.Eng., IPU mengaku gembira melihat perkembangan di sektor industri yang sangat memperhatikan aspek-aspek industri hijau.
“Saya lihat dari segi teknologi proses, Ajinomoto sudah banyak perkembangannya. Terbukti 7 pilar (yakni bahan baku; air; produk; emisi gas rumah kaca; proses produksi; pengelolaan limbah; energi) dalam pengembangan industri hijau konsisten dijalankan dan ada perkembangannya, baik itu untuk teknologi prosesnya. Kemudian ada efisiensi penggunaan air, bahkan untuk hal ini besar sekali, jika saya melihat dari materi yang disampaikan Pak Yudho," kata Dr Hens.
"Kemudian energi juga ada, inovasi produk yang lebih mudah degredable, 30% itu sudah termasuk luar biasa, namun tentu ini perlu ditingkatkan,” lanjutnya.
Dr. Hens Saputra menambahkan, untuk bisa meningkatkan apa yang sudah dicapai saat ini, perlu ada kolaborasi antara sektor industri dengan lembaga penelitian dan pengembangan seperti BRIN.
"Karena sekarang di kami menyediakan akses terbuka kepada tenaga ahli. Kami juga mempunyai fasilitas seperti laboratorium serta perlengkapan penunjang lain. Kemudian, penting juga untuk kita berkolaborasi dengan universitas atau perguruan tinggi, yang mempunyai gagasan atau ide-ide inovatif demi meningkatkan pengembangan aktivitas bisnis di sektor industri yang lebih ramah terhadap lingkungan. Hal ini sekaligus membantu para akademisi maupun periset di sektor institusi pendidikan lebih berkembang,” paparnya.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda