Terapi Cermin Efektif Tingkatkan Fungsi Motorik Pasien Stroke
Senin, 26 Februari 2024 - 07:00 WIB
Kontraktur diartikan sebagai hilang atau menurunnya rentang gerak sendi, baik dilakukan secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong, otot, dan kulit. Penderita stroke harus diberikan intervensi kesehatan agar tidak berdampak pada kecacatan dan kematian.
Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien stroke selain terapi medis, yaitu terapi rehabilitasi terapi cermin, yaitu terapi rehabilitasi yang mengandalkan dan melatih motor imagery/imajinasi pasien.
Penggunaan cermin akan memberikan stimulus penglihatan kepada otak saraf motorik serebral yaitu ipsilateral. Terapi cermin adalah intervensi terapi alternatif yang berfokus pada menggerakkan anggota tubuh yang tidak terpengaruh dengan menggunakan cermin untuk menyampaikan rangsangan visual ke otak melalui pengamatan bagian tubuh yang tidak terdampak saat melakukan serangkaian gerakan.
Penggunaan cermin dapat melibatkan korteks premotor untuk rehabilitasi motorik. Penelitian menunjukkan hasil yang menjanjikan dari terapi cermin dengan meningkatkan fungsi sensorik dan motorik setelah stroke.
Terapi ini memiliki dampak positif dalam mengurangi kerusakan saraf, menurunkan mortalitas dan kecacatan jangka panjang, mencegah komplikasi sekunder pada imobilitas dan disfungsi saraf, serta mencegah stroke yang berulang.
Terapi cermin terdiri dari gerakan aktif dan pasif yang bisa memperbaiki pergerakan, menurunkan tingkat ketegangan, kontraksi kekuatan otot, belajar gerakan, perbaikan koordinasi dan meningkatkan daya tahan. Stimulus yang terjadi di muscle spindle dan golgi tendon akan menaikkan tension intramuscular yang maksimal.
Kondisi ini yang membuat impuls-impuls motorik dari otot-otot yang lemah diusahakan terus-menerus untuk ditingkatkan atau diperkuat melalui impuls-impuls saraf lain yang bersinergi serta berkontraksi dalam waktu yang sama juga.
Prosedur umum terapi cermin adalah pasien duduk di depan cermin yang diorientasikan sejajar dengan garis tengah tubuhnya yang menghalangi pandangan anggota tubuh yang terkena dampak yang diposisikan di belakang cermin. Sambil melihat ke dalam cermin, pasien melihat pantulan anggota tubuh yang tidak terpengaruh yang diposisikan sebagai anggota tubuh yang terganggu.
Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien stroke selain terapi medis, yaitu terapi rehabilitasi terapi cermin, yaitu terapi rehabilitasi yang mengandalkan dan melatih motor imagery/imajinasi pasien.
Penggunaan cermin akan memberikan stimulus penglihatan kepada otak saraf motorik serebral yaitu ipsilateral. Terapi cermin adalah intervensi terapi alternatif yang berfokus pada menggerakkan anggota tubuh yang tidak terpengaruh dengan menggunakan cermin untuk menyampaikan rangsangan visual ke otak melalui pengamatan bagian tubuh yang tidak terdampak saat melakukan serangkaian gerakan.
Penggunaan cermin dapat melibatkan korteks premotor untuk rehabilitasi motorik. Penelitian menunjukkan hasil yang menjanjikan dari terapi cermin dengan meningkatkan fungsi sensorik dan motorik setelah stroke.
Terapi ini memiliki dampak positif dalam mengurangi kerusakan saraf, menurunkan mortalitas dan kecacatan jangka panjang, mencegah komplikasi sekunder pada imobilitas dan disfungsi saraf, serta mencegah stroke yang berulang.
Terapi cermin terdiri dari gerakan aktif dan pasif yang bisa memperbaiki pergerakan, menurunkan tingkat ketegangan, kontraksi kekuatan otot, belajar gerakan, perbaikan koordinasi dan meningkatkan daya tahan. Stimulus yang terjadi di muscle spindle dan golgi tendon akan menaikkan tension intramuscular yang maksimal.
Kondisi ini yang membuat impuls-impuls motorik dari otot-otot yang lemah diusahakan terus-menerus untuk ditingkatkan atau diperkuat melalui impuls-impuls saraf lain yang bersinergi serta berkontraksi dalam waktu yang sama juga.
Prosedur umum terapi cermin adalah pasien duduk di depan cermin yang diorientasikan sejajar dengan garis tengah tubuhnya yang menghalangi pandangan anggota tubuh yang terkena dampak yang diposisikan di belakang cermin. Sambil melihat ke dalam cermin, pasien melihat pantulan anggota tubuh yang tidak terpengaruh yang diposisikan sebagai anggota tubuh yang terganggu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda