IKN Disebut Sarang Malaria, Kenali Gejalanya agar Tak Berujung Fatal
Minggu, 09 Juni 2024 - 10:18 WIB
JAKARTA - Megaproyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang digagas oleh Presiden Jokowi mendapat sorotan media asing. Salah satunya terkait masalah kesehatan yang berpotensi terjadi di kawasan tersebut, yakni penyakit malaria.
Kantor berita Reuters belum lama ini mengangkat berita bertajuk "Indonesian President in Damage Control over New Capital" (Presiden Indonesia dalam Pengendalian Kerusakan terkait Ibu Kota Baru). Salah satu yang disorot adalah isu kesehatan, di mana disebutkan bahwa para pakar kesehatan masyarakat merasa keprihatinan terhadap kasus malaria. Pasalnya, Kalimantan Timur yang menjadi lokasi IKN, memiliki tingkat penyakit malaria tertinggi kedua di Indonesia.
Para ahli epidemiologi menilai penularan penyakit yang dibawa oleh nyamuk Anopheles itu masih menjadi risiko di IKN. Sebab, banyak pekerja tidak berdokumen yang melakukan penebangan ilegal di hutan-hutan sekitar kota yang sedang dibangun tersebut.
Data resmi menunjukkan, tingkat malaria di Balikpapan, kota terdekat dengan IKN, meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2022 hingga 2023.
“Jika tidak hati-hati, saya menduga kasus malaria akan meningkat dalam enam bulan hingga satu tahun ke depan,” kata Iqbal Elyazar dari unit penelitian klinis Universitas Oxford di Jakarta belum lama ini.
Melansir laporan World Malaria Report 2020 yang disusun oleh WHO, malaria paling banyak terjadi di wilayah Afrika (sekitar 90%) dan disusul Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Sub-Sahara Afrika.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Kaltim) Jaya Mualimin dalam satu kesempatan belum lama ini mengatakan, dari 10 kabupaten/kota yang ada di Kaltim, masih ada 5 daerah yang belum bebas malaria. Yakni Kabupaten Berau, Kutai Timur (Kutim), Kutai Barat (Kubar), Paser, dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Pihaknya menargetkan, eliminasi malaria di Kalimantan Timur bisa tercapai pada 2027.
Kantor berita Reuters belum lama ini mengangkat berita bertajuk "Indonesian President in Damage Control over New Capital" (Presiden Indonesia dalam Pengendalian Kerusakan terkait Ibu Kota Baru). Salah satu yang disorot adalah isu kesehatan, di mana disebutkan bahwa para pakar kesehatan masyarakat merasa keprihatinan terhadap kasus malaria. Pasalnya, Kalimantan Timur yang menjadi lokasi IKN, memiliki tingkat penyakit malaria tertinggi kedua di Indonesia.
Para ahli epidemiologi menilai penularan penyakit yang dibawa oleh nyamuk Anopheles itu masih menjadi risiko di IKN. Sebab, banyak pekerja tidak berdokumen yang melakukan penebangan ilegal di hutan-hutan sekitar kota yang sedang dibangun tersebut.
Baca Juga
Data resmi menunjukkan, tingkat malaria di Balikpapan, kota terdekat dengan IKN, meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2022 hingga 2023.
“Jika tidak hati-hati, saya menduga kasus malaria akan meningkat dalam enam bulan hingga satu tahun ke depan,” kata Iqbal Elyazar dari unit penelitian klinis Universitas Oxford di Jakarta belum lama ini.
Melansir laporan World Malaria Report 2020 yang disusun oleh WHO, malaria paling banyak terjadi di wilayah Afrika (sekitar 90%) dan disusul Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Sub-Sahara Afrika.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Kaltim) Jaya Mualimin dalam satu kesempatan belum lama ini mengatakan, dari 10 kabupaten/kota yang ada di Kaltim, masih ada 5 daerah yang belum bebas malaria. Yakni Kabupaten Berau, Kutai Timur (Kutim), Kutai Barat (Kubar), Paser, dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Pihaknya menargetkan, eliminasi malaria di Kalimantan Timur bisa tercapai pada 2027.
Lihat Juga :
tulis komentar anda