Cerita Rita Nurmaliza Dapat Perlakuan Diskriminatif dari Oknum Pedagang saat Liburan di Bali
Rabu, 10 Juli 2024 - 15:32 WIB
"Pas dibuka kelapanya ternyata tua. Aku bilang, 'yah gak ada yang muda ya Bli?'. Aku ngomongnya baik-baik karena saat itu aku lagi ceria-cerianya. Terus bli-nya langsung bilang, 'repot banget sih, mana gue tau isi di dalamnya, beli aja di tempat lain sana'. (Ngomong) pakai bahasa Bali tapi nadanya tinggi dengan mukanya yang emosi," lanjutnya.
Rita mengaku syok dengan sikap dari penjual kelapa tersebut. Apalagi si penjual berbicara seperti itu di depan banyak orang.
"Kalau ngomongnya baik-baik aku pasti tetap beli, tapi ini orang ngomongnya kasar pakai nada tinggi dan ngebentak aku di depan semua orang, di depan turis asing, semua lihat ke aku karena nadanya tinggi banget. Walaupun turis ini gak paham tapi pasti tau nih orang lagi marah. Aku malu banget dia masih marah-marah," bebernya.
Meskipun sudah ditenangkan oleh penjual di sebelahnya, namun menurut Rita, penjual tersebut masih terus marah-marah. Tak sampai di situ saja, saat Rita memutuskan berbalik ke tempat berjemur, dia kembali diteriaki oleh penjual tersebut.
"Dia teriak lagi, 'beli gak sih?', terus aku bilang 'sorry Bli gak jd beli soalnya aku takut'. Siapa yang gak takut orang penjualnya marah-marah gitu. Orang udah disuruh beli di tempat lain, ya udah aku balik, malah diteriaki lagi, 'Gimana sih jadi rugi kan gue'," katanya.
Namun, yang bikin Rita kaget adalah dia mendengar penjual tersebut berbicara sangat sopan kepada salah satu turis asing.
"Ya Allah jahat banget, aku merasa insecure sebagai turis lokal karena aku sering ke Bali tapi baru kali ini diperlakukan kayak gini," ungkapnya.
Rita mengakui kalau harga kelapa untuk turis lokal dan asing berbeda. Namun, ia menyayangkan mendapat perlakuan yang beda juga.
Rita mengaku syok dengan sikap dari penjual kelapa tersebut. Apalagi si penjual berbicara seperti itu di depan banyak orang.
"Kalau ngomongnya baik-baik aku pasti tetap beli, tapi ini orang ngomongnya kasar pakai nada tinggi dan ngebentak aku di depan semua orang, di depan turis asing, semua lihat ke aku karena nadanya tinggi banget. Walaupun turis ini gak paham tapi pasti tau nih orang lagi marah. Aku malu banget dia masih marah-marah," bebernya.
Meskipun sudah ditenangkan oleh penjual di sebelahnya, namun menurut Rita, penjual tersebut masih terus marah-marah. Tak sampai di situ saja, saat Rita memutuskan berbalik ke tempat berjemur, dia kembali diteriaki oleh penjual tersebut.
"Dia teriak lagi, 'beli gak sih?', terus aku bilang 'sorry Bli gak jd beli soalnya aku takut'. Siapa yang gak takut orang penjualnya marah-marah gitu. Orang udah disuruh beli di tempat lain, ya udah aku balik, malah diteriaki lagi, 'Gimana sih jadi rugi kan gue'," katanya.
Namun, yang bikin Rita kaget adalah dia mendengar penjual tersebut berbicara sangat sopan kepada salah satu turis asing.
Baca Juga
"Ya Allah jahat banget, aku merasa insecure sebagai turis lokal karena aku sering ke Bali tapi baru kali ini diperlakukan kayak gini," ungkapnya.
Rita mengakui kalau harga kelapa untuk turis lokal dan asing berbeda. Namun, ia menyayangkan mendapat perlakuan yang beda juga.
Lihat Juga :
tulis komentar anda