Mata Kering Bikin Hari-hari Makin Berat? Yuk, Atasi Sekarang!
Jum'at, 30 Juli 2021 - 08:19 WIB
JAKARTA - Dalam era digital saat ini, perangkat elektronik berlayar, mulai dari televisi, komputer hingga ponsel pintar, tak bisa dilepaskan dari keseharian. Penggunanya pun tak kenal batas usia, dari dewasa, remaja, sampai anak usia dini.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan sebanyak 36,99 persen anak-anak Indonesia berusia 5-15 tahun sudah memiliki ponsel. Bahkan, 38,92 persen anak berusia 0-6 tahun di Indonesia telah menggunakan telepon seluler. Ini menegaskan bahwa paparan layar gawai sudah terjadi sejak kanak-kanak.
Berdasarkan laporan Revealing Average Screen Time Statistics dari Backlinko mendapati rata-rata waktu tatap layar atau screen time masyarakat Indonesia mencapai 7 jam 38 menit per hari. Padahal penggunaan perangkat elektronik berlayar secara kontinyu dengan durasi lama berisiko buruk pada kesehatan.
Salah satu yang umum adalah mata kering. Hal ini kerapkali dianggap enteng atau sama sekali tak disadari penderitanya. Padahal jika mata kering tidak segera ditangani bisa menimbulkan peradangan sehingga mengakibatkan kerusakan permukaan mata - yang bersifat ringan hingga berat, temporer atau permanen. Anak-anak tak luput dari ancaman mata kering ini!
Alhasil untuk semakin menggiatkan sosialisasi mengenai mata kering kepada masyarakat, eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospitals and Clinics menggelar deretan aktivitas Peringatan Bulan Kesadaran Mata Kering 2024 (sepanjang Juli). Gelaran diwujudkan dengan gelar wicara radio hingga edukasi dari kantor ke kantor.
Sebagai penutup rangkaian, JEC kembali melaksanakan JEC Eye Talks bersama para jurnalis di Tanah Air, dengan fokus bahasan: “Waspada Mata Kering pada Anak!”. Kegiatan ini juga menjadi wujud kepedulian JEC kepada anak-anak Indonesia, sekaligus memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli lalu.
Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Niluh Archi S. R., SpM (dr. Manda) menyampaikan, Screen time yang berlebih dapat memengaruhi dinamika berkedip anak, seperti berkurangnya frekuensi dan kelengkapan berkedip.
Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata yang seiring waktu berpotensi memulai siklus dry eye. Meskipun tidak ada perbedaan mata kering berdasarkan usia, tetapi proses anamnesis pada pasien anak lebih sulit ketimbang pasien dewasa.
Menurutnya anak- anak bahkan seringkali belum bisa mendeskripsikan keluhan yang dirasakan secara verbal. Ini yang menjadi tantangan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan sebanyak 36,99 persen anak-anak Indonesia berusia 5-15 tahun sudah memiliki ponsel. Bahkan, 38,92 persen anak berusia 0-6 tahun di Indonesia telah menggunakan telepon seluler. Ini menegaskan bahwa paparan layar gawai sudah terjadi sejak kanak-kanak.
Berdasarkan laporan Revealing Average Screen Time Statistics dari Backlinko mendapati rata-rata waktu tatap layar atau screen time masyarakat Indonesia mencapai 7 jam 38 menit per hari. Padahal penggunaan perangkat elektronik berlayar secara kontinyu dengan durasi lama berisiko buruk pada kesehatan.
Salah satu yang umum adalah mata kering. Hal ini kerapkali dianggap enteng atau sama sekali tak disadari penderitanya. Padahal jika mata kering tidak segera ditangani bisa menimbulkan peradangan sehingga mengakibatkan kerusakan permukaan mata - yang bersifat ringan hingga berat, temporer atau permanen. Anak-anak tak luput dari ancaman mata kering ini!
Alhasil untuk semakin menggiatkan sosialisasi mengenai mata kering kepada masyarakat, eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospitals and Clinics menggelar deretan aktivitas Peringatan Bulan Kesadaran Mata Kering 2024 (sepanjang Juli). Gelaran diwujudkan dengan gelar wicara radio hingga edukasi dari kantor ke kantor.
Sebagai penutup rangkaian, JEC kembali melaksanakan JEC Eye Talks bersama para jurnalis di Tanah Air, dengan fokus bahasan: “Waspada Mata Kering pada Anak!”. Kegiatan ini juga menjadi wujud kepedulian JEC kepada anak-anak Indonesia, sekaligus memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli lalu.
Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Niluh Archi S. R., SpM (dr. Manda) menyampaikan, Screen time yang berlebih dapat memengaruhi dinamika berkedip anak, seperti berkurangnya frekuensi dan kelengkapan berkedip.
Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata yang seiring waktu berpotensi memulai siklus dry eye. Meskipun tidak ada perbedaan mata kering berdasarkan usia, tetapi proses anamnesis pada pasien anak lebih sulit ketimbang pasien dewasa.
Menurutnya anak- anak bahkan seringkali belum bisa mendeskripsikan keluhan yang dirasakan secara verbal. Ini yang menjadi tantangan.
tulis komentar anda