Menkes Ungkap Alasan WHO Tingkatkan Status Cacar Monyet Menjadi Darurat Global
Selasa, 27 Agustus 2024 - 17:50 WIB
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan alasan di balik keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menaikkan status cacar monyet atau Mpox menjadi darurat global. Perubahan status ini mulai 14 Agustus 2024.
Menkes Budi menjelaskan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan peningkatan kasus cacar monyet yang signifikan dan risiko penularan yang terus berkembang. Terutama karena munculnya varian baru yaitu 1B, yang memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya.
"Karena ada varian baru, ada strain baru, ada clade baru yang namanya 1B," kata Budi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Varian 1B, dijelaskan Budi memiliki tingkat kematian mendekati 10 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dari varian lama yang hanya sekitar 0,1 persen.
"Jadi rupanya ada kekhawatirannya lebih karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10 persen dibandingkan dengan yang varian lama yang 0,1 persen," jelasnya.
Di Asia, sebagian besar kasus masih didominasi oleh varian cacar monyet 2B. Budi juga mengingatkan bahwa pada akhir 2022, penyakit ini sudah dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern oleh WHO karena lonjakan kasus yang signifikan.
Meskipun jumlah kasus sempat stagnan dan menurun, angka kasus global saat ini telah mencapai 103 ribu. Sehingga WHO meningkatkan kembali statusnya menjadi pandemi.
"Sekarang 103 ribu. Jadi naiknya cuma sedikit. Tapi di 14 Agustus sama WHO dinaikin lagi statusnya jadi status pandemi," tandasnya.
Di sisi lain, kenaikan status ini bertujuan untuk memperkuat respons internasional dan mobilisasi sumber daya. Sehingga bisa mencegah penyebaran lebih lanjut dari virus cacar monyet yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat global.
Menkes Budi menjelaskan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan peningkatan kasus cacar monyet yang signifikan dan risiko penularan yang terus berkembang. Terutama karena munculnya varian baru yaitu 1B, yang memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya.
"Karena ada varian baru, ada strain baru, ada clade baru yang namanya 1B," kata Budi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Varian 1B, dijelaskan Budi memiliki tingkat kematian mendekati 10 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dari varian lama yang hanya sekitar 0,1 persen.
"Jadi rupanya ada kekhawatirannya lebih karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10 persen dibandingkan dengan yang varian lama yang 0,1 persen," jelasnya.
Di Asia, sebagian besar kasus masih didominasi oleh varian cacar monyet 2B. Budi juga mengingatkan bahwa pada akhir 2022, penyakit ini sudah dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern oleh WHO karena lonjakan kasus yang signifikan.
Meskipun jumlah kasus sempat stagnan dan menurun, angka kasus global saat ini telah mencapai 103 ribu. Sehingga WHO meningkatkan kembali statusnya menjadi pandemi.
"Sekarang 103 ribu. Jadi naiknya cuma sedikit. Tapi di 14 Agustus sama WHO dinaikin lagi statusnya jadi status pandemi," tandasnya.
Di sisi lain, kenaikan status ini bertujuan untuk memperkuat respons internasional dan mobilisasi sumber daya. Sehingga bisa mencegah penyebaran lebih lanjut dari virus cacar monyet yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat global.
(dra)
Lihat Juga :
tulis komentar anda