Sisi Positif dan Negatif Boneka Monster Labubu, Awas Terjebak Siklus Konsumerisme

Rabu, 25 September 2024 - 17:41 WIB
Dorongan untuk memiliki semua seri Labubu dan memamerkannya di media sosial menciptakan semacam kompetisi sosial. Akibatnya, banyak yang terjebak dalam siklus konsumerisme yang tidak sehat, mengabaikan kebutuhan yang lebih penting dan seringkali merasa tidak puas.

Banyak orang yang rela untuk mengantre panjang, bahkan ribut sekalipun karena kehabisan stok barang Labubu di Pop Mart hanya karena ingin memiliki boneka mungil tersebut.

Logikanya, banyak orang membeli barang-barang seperti Labubu bukan karena kebutuhan, tetapi karena ingin menunjukkan status sosial mereka.

Fenomena Labubu tidak hanya soal mengikuti tren, tetapi juga mencerminkan bagaimana konsumerisme telah menjadi bagian dari identitas sosial kita. Harga yang tinggi membuat Labubu menjadi simbol eksklusivitas, yang bertujuan memenuhi keinginan sebagian orang untuk diakui dan dihargai oleh lingkungan sosialnya.



Boneka Labubu, dengan segala pesonanya, telah menjadi bagian dari budaya populer. Namun, di balik keindahannya, kita perlu waspada terhadap sisi negatif dari konsumerisme yang berlebihan. Mari kita jadikan hobi mengoleksi sebagai sarana untuk berekspresi dan bersosialisasi, tanpa melupakan nilai-nilai penting dalam hidup.

Sekian ulasan mengenai Sisi Positif dan Negatif Boneka Labubu: Antara Koleksi dan Konsumerisme. Semoga bermanfaat!

MG/Inda Farahainnisa
(tdy)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More