Kabar Baik untuk Penderita Kanker, Indonesia Kini Miliki Teknologi Deteksi Dini
Rabu, 16 Oktober 2024 - 15:14 WIB
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar mengatakn World Health Organization (WHO) melalui The International Agency for Research on Cancer (IARC) merilis data beban penyakit kanker di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 408.661 kasus baru dengan angka mortalitas 242.988. Oleh karena itu, adanya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran nuklir telah memberikan harapan baru bagi penderita kanker.
Terapi radiofarmaka menjadi pendekatan terapeutik baru yang inovatif dalam mengobati penyakit kanker. “Radiofarmaka digunakan dengan berbagai tujuan, termasuk diagnostik, pemeriksaan fungsi organ, serta aplikasi terapeutik dan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,” kata Ketua Konsil Kedokteran Dunia ini.
Taruna menambahkan kebutuhan radiofarmaka terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pasien kanker. Namun, tantangan saat ini kapasitas produksi radiofarmaka belum memadai untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Hal ini mengakibatkan waktu tunggu yang lama bagi pasien untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan kanker. Selain itu, sebagian besar produk radiofarmaka yang digunakan masih merupakan produk impor.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Kalbe Farma Irawati Setiady mengatakan bahwa bersama GE HealthCare, mereka menyediakan mesin PET scan dan CT scan secara lokal guna meningkatkan kemandirian alat kesehatan nasional, selaras dengan inisiatif transformasi kesehatan oleh pemerintah.
"Kalbe mendukung penuh upaya transformasi ini dengan membangun fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka," kata Ira.
Dia berharap langkah tersebut dapat memperluas akses untuk terapi kanker yang komprehensif bagi masyarakat.
Lihat Juga: 5 Fakta yang Sebabkan Dina Mariana Meninggal, Penyakit Kanker Dinding Rahim Sudah Menyebar
Terapi radiofarmaka menjadi pendekatan terapeutik baru yang inovatif dalam mengobati penyakit kanker. “Radiofarmaka digunakan dengan berbagai tujuan, termasuk diagnostik, pemeriksaan fungsi organ, serta aplikasi terapeutik dan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,” kata Ketua Konsil Kedokteran Dunia ini.
Taruna menambahkan kebutuhan radiofarmaka terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pasien kanker. Namun, tantangan saat ini kapasitas produksi radiofarmaka belum memadai untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Hal ini mengakibatkan waktu tunggu yang lama bagi pasien untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan kanker. Selain itu, sebagian besar produk radiofarmaka yang digunakan masih merupakan produk impor.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Kalbe Farma Irawati Setiady mengatakan bahwa bersama GE HealthCare, mereka menyediakan mesin PET scan dan CT scan secara lokal guna meningkatkan kemandirian alat kesehatan nasional, selaras dengan inisiatif transformasi kesehatan oleh pemerintah.
"Kalbe mendukung penuh upaya transformasi ini dengan membangun fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka," kata Ira.
Dia berharap langkah tersebut dapat memperluas akses untuk terapi kanker yang komprehensif bagi masyarakat.
Lihat Juga: 5 Fakta yang Sebabkan Dina Mariana Meninggal, Penyakit Kanker Dinding Rahim Sudah Menyebar
(tar)
tulis komentar anda