USAID dan Kementerian Kesehatan Bersinergi untuk Pencegahan TBC pada ODHIV
Kamis, 19 Desember 2024 - 12:20 WIB
JAKARTA - Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menekankan pentingnya Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) untuk meningkatkan kualitas hidup Orang dengan HIV (ODHIV).
ODHIV merupakan salah satu kelompok yang rentan terkena penyakit tuberkulosis (TBC) karena memiliki kekebalan tubuh yang lemah, dan dampaknya bisa berakibat fatal.
“Amerika Serikat mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya eliminasi HIV dan TBC tahun 2030," kata Enilda Martin, Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia.
“Orang dengan HIV terutama rentan tertular tuberkulosis, sehingga sangat memerlukan Terapi Pencegahan Tuberkulosis untuk melindungi kelompok ini," lanjutnya.
USAID telah mengirimkan bantuan TPT ke Indonesia senilai 1,5 juta dolar. Bantuan berupa 145,070 paket paduan TPT jangka pendek itu kini sudah mulai didistribusikan ke wilayah prioritas. Diharapkan bantuan tersebut dapat mencegah sakit TBC dan menyelamatkan nyawa.
Indonesia masih menghadapi beban TBC kedua tertinggi di dunia. Laporan Tuberkulosis Global WHO menyebutkan, pada tahun 2023, diperkirakan terdapat 1.090.000 kasus baru TBC di Indonesia, dengan 25.000 kasus pada ODHIV.
“TBC adalah penyebab utama kematian bagi ODHIV, yang memiliki risiko 20 kali lebih tinggi terkena TBC. Laporan WHO mencatat 25 persen kasus TBC pada ODHIV berakibat kematian. Namun, hanya 6,1 persen ODHIV baru di Indonesia yang menerima TPT pada 2023, jauh dari target nasional yaitu 50 persen,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ina Agustina Isturini.
Salah satu upaya untuk meningkatkan cakupan TPT adalah melalui pendekatan komunikasi, informasi, dan edukasi. “Kekhawatiran efek samping merupakan salah satu penghalang ODHIV untuk minum TPT selain banyaknya obat yang perlu diminum,” jelas Dhefi Ratnawati, Ketua Tim Kerja Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
ODHIV merupakan salah satu kelompok yang rentan terkena penyakit tuberkulosis (TBC) karena memiliki kekebalan tubuh yang lemah, dan dampaknya bisa berakibat fatal.
“Amerika Serikat mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya eliminasi HIV dan TBC tahun 2030," kata Enilda Martin, Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia.
“Orang dengan HIV terutama rentan tertular tuberkulosis, sehingga sangat memerlukan Terapi Pencegahan Tuberkulosis untuk melindungi kelompok ini," lanjutnya.
USAID telah mengirimkan bantuan TPT ke Indonesia senilai 1,5 juta dolar. Bantuan berupa 145,070 paket paduan TPT jangka pendek itu kini sudah mulai didistribusikan ke wilayah prioritas. Diharapkan bantuan tersebut dapat mencegah sakit TBC dan menyelamatkan nyawa.
Baca Juga
Indonesia masih menghadapi beban TBC kedua tertinggi di dunia. Laporan Tuberkulosis Global WHO menyebutkan, pada tahun 2023, diperkirakan terdapat 1.090.000 kasus baru TBC di Indonesia, dengan 25.000 kasus pada ODHIV.
“TBC adalah penyebab utama kematian bagi ODHIV, yang memiliki risiko 20 kali lebih tinggi terkena TBC. Laporan WHO mencatat 25 persen kasus TBC pada ODHIV berakibat kematian. Namun, hanya 6,1 persen ODHIV baru di Indonesia yang menerima TPT pada 2023, jauh dari target nasional yaitu 50 persen,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ina Agustina Isturini.
Salah satu upaya untuk meningkatkan cakupan TPT adalah melalui pendekatan komunikasi, informasi, dan edukasi. “Kekhawatiran efek samping merupakan salah satu penghalang ODHIV untuk minum TPT selain banyaknya obat yang perlu diminum,” jelas Dhefi Ratnawati, Ketua Tim Kerja Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda