Lagu Cidro Ubah Jalan Hidup Didi Kempot Jadi Maestro Campursari
Selasa, 05 Mei 2020 - 09:44 WIB
JAKARTA - Didi Kempot memulai kariernya pada tahun 1984 hingga 1986 sebagai musisi jalanan di Surakarta, tempat kelahirannya. Dengan bermodalkan alat musik ukulele dan kendang, pria bernama lengkap Dionisius Prasetyo itu mengamen menyusuri Surakarta selama tiga tahun.Pada tahun 1987 Didi Kempot mulai merantau untuk mengembangkan karir di Jakarta. Selama mengadu nasib di ibukota, Didi Kempot kerap berkumpul dan mengamen bersama teman-temannya di daerah Slipi, Palmerah, Cakung, maupun Senen.Mulai dari situ julukan Kempot yang merupakan kependekan dari Kelompok Pengamen Trotoar terbentuk, yang menjadi nama panggungnya hingga saat ini. Sembari mengamen di Jakarta, Didi Kempot dan temannya mencoba masuk dapur rekaman.Mereka menitipkan kaset rekaman ke beberapa studio musik di Jakarta. Setelah beberapa kali ditolak, aura kesuksesan menghampiri dengan diterima oleh label Musica Studio’s. Tepat di tahun 1989, Didi Kempot mulai meluncurkan album pertamanya. Salah satu lagu andalan di album tersebut adalah Cidro. Lagu Cidrodiangkat dari kisah asmara Didi yang pernah gagal. Jalinan asmara yang ia jalani bersama kekasih tidak disetujui oleh orang tua wanita tersebut. Kuatnya lirik dalam lagu Cidro yang begitu menyentuh membuat pecinta musik larut terbawa perasaan. Sejak saat itulah Didi Kempot mulai sering menulis lagi bertema patah hati.
Lagu Cidro ini yang mengubah jalan hidup Didi Kempot menjadi maestro Campursari. Seiring nasib yang membaik, pada 1993, Didi Kempot mulai go-international. Dia tampil di Suriname. Lagu Cidro yang kental dengan dialek Jawa membuat warga Suriname yang merupakan keturunan Jawa itu bergoyang.Setelah Suriname, Didi Kempot lanjut menginjakkan kakinya di Benua Eropa. Pada 1996, pria kelahiran 31 Desember 1966 itu mulai menggarap dan merekam lagu berjudul Layang Kangen di Rotterdam, Belanda. Kemudian, Didi Kempot pulang ke Indonesia pada 1998 untuk memulai kembali profesinya sebagai musisi. Tak lama setelah pulang kampung, pada era reformasi, 1999, dia mengeluarkan lagu Stasiun Balapan.Kembalinya Didi Kempot ke Indonesia ternyata membuat kariernya semakin populer. Lagu-lagu baru di awal 2000-an meroketkan nama Didi Kempot salah satunya Kalung Emas pada 2013. Tiga tahun kemudian, lagu Suket Teki kembali membius penikmat Campursari.
Lagu Cidro ini yang mengubah jalan hidup Didi Kempot menjadi maestro Campursari. Seiring nasib yang membaik, pada 1993, Didi Kempot mulai go-international. Dia tampil di Suriname. Lagu Cidro yang kental dengan dialek Jawa membuat warga Suriname yang merupakan keturunan Jawa itu bergoyang.Setelah Suriname, Didi Kempot lanjut menginjakkan kakinya di Benua Eropa. Pada 1996, pria kelahiran 31 Desember 1966 itu mulai menggarap dan merekam lagu berjudul Layang Kangen di Rotterdam, Belanda. Kemudian, Didi Kempot pulang ke Indonesia pada 1998 untuk memulai kembali profesinya sebagai musisi. Tak lama setelah pulang kampung, pada era reformasi, 1999, dia mengeluarkan lagu Stasiun Balapan.Kembalinya Didi Kempot ke Indonesia ternyata membuat kariernya semakin populer. Lagu-lagu baru di awal 2000-an meroketkan nama Didi Kempot salah satunya Kalung Emas pada 2013. Tiga tahun kemudian, lagu Suket Teki kembali membius penikmat Campursari.
(aww)
Lihat Juga :
tulis komentar anda