Pasien COVID-19 Tak Bisa Cium 2 Aroma Ini
Senin, 05 Oktober 2020 - 13:10 WIB
JAKARTA - Hilangnya kemampuan merasa dan membaui disebut-sebut sebagai gejala umum COVID-19. Beberapa penelitian serta para ahli juga menyatakan bahwa kondisi tersebut bisa menjadi salah satu gejala awal penyakit, yang dapat membantu seseorang mengidentifikasi apakah ia telah terinfeksi COVID-19 dan perlu diuji penyakitnya.
Sebuah studi terbaru di Inggris mengatakan, anosmia sebenarnya bisa menjadi salah satu indikator COVID-19 yang paling andal. Menurut penelitian para ilmuwan Inggris, hilangnya kemampuan membaui atau merasa yang akut adalah indikator infeksi virus corona yang sangat dapat diandalkan. (
)
Dilansir dari laman Times Now News pada Senin (5/10), jika seseorang mengalami kehilangan kemampuan membaui atau merasa , maka ia harus melakukan isolasi diri, pengujian, dan pelacakan kontak untuk mengurangi potensi penyebaran virus.
Studi tersebut menilai data kesehatan dari pusat perawatan primer di London. Ditemukan bahwa 78% orang yang melaporkan kehilangan kemampuan membaui dan atau merasa secara mendadak pada puncak pandemi memiliki antibodi COVID-19. Sebanyak 40% di antaranya tidak mengalami gejala lain seperti demam atau batuk.
Beberapa pihak percaya bahwa orang yang tertular COVID-19 tidak dapat mencium atau merasakan apapun. Meski benar sampai batas tertentu, para peneliti telah menemukan dua aroma yang dapat digunakan sebagai tes untuk memeriksa apakah seseorang kehilangan kemampuan untuk mencium atau merasakan sesuatu karena COVID-19.
Menurut sebuah laporan di TOI, peneliti telah mempersempit aroma minyak kelapa dan aroma peppermint. Para peneliti percaya bahwa metode pengujian ini juga dapat digunakan di rumah untuk memeriksa apakah Anda telah mengembangkan anosmia akibat COVID-19. ( )
Jika tidak dapat mengenali dua bau tersebut, Anda harus mengisolasi diri, bukan hanya untuk memastikan bahwa Anda tidak menyebarkan virus kepada orang lain, tetapi juga mendapat pengobatan yang efektif guna memerangi penyakit ini.
Sebuah studi terbaru di Inggris mengatakan, anosmia sebenarnya bisa menjadi salah satu indikator COVID-19 yang paling andal. Menurut penelitian para ilmuwan Inggris, hilangnya kemampuan membaui atau merasa yang akut adalah indikator infeksi virus corona yang sangat dapat diandalkan. (
Baca Juga
Dilansir dari laman Times Now News pada Senin (5/10), jika seseorang mengalami kehilangan kemampuan membaui atau merasa , maka ia harus melakukan isolasi diri, pengujian, dan pelacakan kontak untuk mengurangi potensi penyebaran virus.
Studi tersebut menilai data kesehatan dari pusat perawatan primer di London. Ditemukan bahwa 78% orang yang melaporkan kehilangan kemampuan membaui dan atau merasa secara mendadak pada puncak pandemi memiliki antibodi COVID-19. Sebanyak 40% di antaranya tidak mengalami gejala lain seperti demam atau batuk.
Beberapa pihak percaya bahwa orang yang tertular COVID-19 tidak dapat mencium atau merasakan apapun. Meski benar sampai batas tertentu, para peneliti telah menemukan dua aroma yang dapat digunakan sebagai tes untuk memeriksa apakah seseorang kehilangan kemampuan untuk mencium atau merasakan sesuatu karena COVID-19.
Menurut sebuah laporan di TOI, peneliti telah mempersempit aroma minyak kelapa dan aroma peppermint. Para peneliti percaya bahwa metode pengujian ini juga dapat digunakan di rumah untuk memeriksa apakah Anda telah mengembangkan anosmia akibat COVID-19. ( )
Jika tidak dapat mengenali dua bau tersebut, Anda harus mengisolasi diri, bukan hanya untuk memastikan bahwa Anda tidak menyebarkan virus kepada orang lain, tetapi juga mendapat pengobatan yang efektif guna memerangi penyakit ini.
(tsa)
tulis komentar anda