Bunda, Baiknya Anda Kenali Tanda Pneumonia pada Anak
Jum'at, 06 November 2020 - 11:06 WIB
JAKARTA - Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi dan menjadi penyebab kematian balita kedua di Indonesia setelah persalinan preterm (prematur) dengan prevalensi 15.5%.
Faktor-faktor penyebab pneumonia pada anak ini berkaitan dengan belum terpenuhinya ASI eksklusif yang hanya 54%, berat badan lahir rendah (10,2%), dan belum imunisasi lengkap (42,1%), polusi udara di ruang tertutup dan kepadatan yang tinggi pada rumah tangga. (Baca juga: Memeluk Sapi Dipercaya Dapat Hilangkan Stres )
Pada 2019 terdapat 467.383 kasus Pneumonia pada balita. Orang tua pun hendaknya perlu mengetahui tanda-tanda anak mengidap pneumonia. Dr.dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia menjelaskan tanda-tandanya:
1. Batuk dan Demam yang Berkelanjutan
Gejala awal pneumonia adalah gejala yang menyerupai selesma (common cold) seperti batuk, pilek dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan. Gejala pneumonia biasanya bertahan relatif lebih lama daripada gejala pilek dan batuk karena selesma.
2. Kesulitan Bernapas
Anak-anak yang mengidap pneumonia sering mengalami kesulitan bernapas yang ditandai dengan frekuensi napas lebih cepat, napas cuping hidung, tarikan dinding dada dan perut, serta bibir dan kuku yang membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah. Kesulitan bernapas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktivitas atau makan.
Bayi yang mengalami kesulitan bernafas akan memprioritaskan mekanisme tubuhnya untuk bernapas sehingga ia akan makan lebih sedikit, gelisah, rewel, atau terlihat tidak nyaman. “Temui dokter jika ragu atas gejala-gejala yang dialami anak,” katanya dalam acara Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pandemi.
Adapun upaya pencegahan dan perlindungan oleh orangtua, masyarakat dan semua pihak perlu ditingkatkan agar anak Indonesia bukan saja terhindar dari wabah pandemi namun juga terhindar dari penyakit mematikan lain yang masih mengancam mereka seperti Pneumonia. (Baca juga: Reza Rahadian Tak Sabar Ngobrol Bareng Sharon Stone )
Guna mencegah pneumonia Save the Children International meluncurkan kampanye global dalam rangka ulang tahunnya ke 100 tahun di tahun 2019. Di Indonesia, Save the Children meluncurkan kampanye yang dinamai STOP Pneumonia tahun lalu bertepatan dengan Hari Pneumonia Dunia (HPD) tanggal 12 November. STOP Pneumonia berisi pesan ASI eksklusif enam bulan menyusui ditambah MPASI sampai dua tahun, Tuntaskan imunisasi untuk anak, Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit, dan Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih sehat.
“Kami bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan dukungan Pfizer melalui kampanye STOP Pneumonia mengajak masyarakat untuk menjadikan momen HPD yang kita peringati di tengah pandemi tahun ini, sebagai kesempatan untuk semakin meningkatkan pemahaman mengenai pneumonia dan mencegah lebih banyak kematian akibat penyakit mematikan ini.” pungkas CEO Save the Children Indonesia, Selina Sumbung.
Faktor-faktor penyebab pneumonia pada anak ini berkaitan dengan belum terpenuhinya ASI eksklusif yang hanya 54%, berat badan lahir rendah (10,2%), dan belum imunisasi lengkap (42,1%), polusi udara di ruang tertutup dan kepadatan yang tinggi pada rumah tangga. (Baca juga: Memeluk Sapi Dipercaya Dapat Hilangkan Stres )
Pada 2019 terdapat 467.383 kasus Pneumonia pada balita. Orang tua pun hendaknya perlu mengetahui tanda-tanda anak mengidap pneumonia. Dr.dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia menjelaskan tanda-tandanya:
1. Batuk dan Demam yang Berkelanjutan
Gejala awal pneumonia adalah gejala yang menyerupai selesma (common cold) seperti batuk, pilek dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan. Gejala pneumonia biasanya bertahan relatif lebih lama daripada gejala pilek dan batuk karena selesma.
2. Kesulitan Bernapas
Anak-anak yang mengidap pneumonia sering mengalami kesulitan bernapas yang ditandai dengan frekuensi napas lebih cepat, napas cuping hidung, tarikan dinding dada dan perut, serta bibir dan kuku yang membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah. Kesulitan bernapas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktivitas atau makan.
Bayi yang mengalami kesulitan bernafas akan memprioritaskan mekanisme tubuhnya untuk bernapas sehingga ia akan makan lebih sedikit, gelisah, rewel, atau terlihat tidak nyaman. “Temui dokter jika ragu atas gejala-gejala yang dialami anak,” katanya dalam acara Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pandemi.
Adapun upaya pencegahan dan perlindungan oleh orangtua, masyarakat dan semua pihak perlu ditingkatkan agar anak Indonesia bukan saja terhindar dari wabah pandemi namun juga terhindar dari penyakit mematikan lain yang masih mengancam mereka seperti Pneumonia. (Baca juga: Reza Rahadian Tak Sabar Ngobrol Bareng Sharon Stone )
Guna mencegah pneumonia Save the Children International meluncurkan kampanye global dalam rangka ulang tahunnya ke 100 tahun di tahun 2019. Di Indonesia, Save the Children meluncurkan kampanye yang dinamai STOP Pneumonia tahun lalu bertepatan dengan Hari Pneumonia Dunia (HPD) tanggal 12 November. STOP Pneumonia berisi pesan ASI eksklusif enam bulan menyusui ditambah MPASI sampai dua tahun, Tuntaskan imunisasi untuk anak, Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit, dan Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih sehat.
“Kami bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan dukungan Pfizer melalui kampanye STOP Pneumonia mengajak masyarakat untuk menjadikan momen HPD yang kita peringati di tengah pandemi tahun ini, sebagai kesempatan untuk semakin meningkatkan pemahaman mengenai pneumonia dan mencegah lebih banyak kematian akibat penyakit mematikan ini.” pungkas CEO Save the Children Indonesia, Selina Sumbung.
(tdy)
Lihat Juga :
tulis komentar anda