We Love Bali, Menikmati Keindahan Taman Laut dan Budaya di Desa Les

Senin, 07 Desember 2020 - 23:12 WIB
Upacara metuun umumnya mengambil waktu yang sama dengan ngaben, hanya saja ada beberapa proses yang dihindari, tempat penyelenggaraannya pun biasanya cukup di pekarangan rumah. Ciri utama metuun adalah menggunakan babi jantan sebagai bagian dari seserahan banten bebangkit, fungsinya untuk memanggil kehadiran Hyang Pitara. Metuun tidak menggunakan badeatau rangka menara yang ada pada upacara ngaben.

Pesisir pantai di Desa Les bukanlah tempat yang dipenuhi turis-turis, kursi santai, ataupun pedagang yang menawarkan aneka makanan dan minuman. Anda hanya akan mendapati ombak dengan suara tenang yang kadang memercik jika terhempas batu-batu. Pinggiran pantai dihiasi pohon palem dan perahu nelayan tradisional khas Bali. Saat senja, perahu-perahu tersebut akan membentuk siluet indah bertatapan langsung dengan garis cakrawala, jangan terlewat mengabadikan momen itu dengan kamera Anda.

Anda dapat ikut mempelajari proyek penyelamatan terumbu karang yang dilakukan oleh nelayan, dengan cara berenang ataupun snorkeling untuk menilik langsung kehidupan bawah lautnya.

Desa Les masih memiliki komunitas budaya yang aktif, Anda bisa mengunjungi Pura Puseh, Pura Dalem Meraje Pati dan Pura Bale Agung di waktu-waktu tertentu untuk melihat tradisi upacara. Pura Puseh merupakan pusat tempat peribadatan bagi banyak desa, Pura Dalem Meraje Pati sering digunakan untuk pemakaman, sementara Pura Bale Agung kerap difungsikan untuk pertemuan sosial penduduk desa setempat.

Rasakan damainya alam Desa Les dalam perjalanan hiking di sepanjang lereng Gunung Batur dan Hutan Bangli, di sana terdapat Air Terjun Yeh Mampeh atau yang lebih akrab disebut Air Terjun Les. Yeh Mampeh artinya air terbang karena ketinggian air terjun tersebut mencapai 30 meter.

Hari kedua pelaksanaan program We Love Bali yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif /Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) peserta diajak mengunjungi Desa Les. Protokol kesehatan berjalan dengan baik di sini.



Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani menerangkan, dalam upaya memperbaiki kondisi ekonomi yang terpuruk selama pandemi Covid-19 dan dalam rangka membangkitkan pariwisata Bali, Pemerintah Daerah Bali melalui Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali yang didukung dan dibiayai penuh Kemenparekraf/Baparekraf menyelenggarakan program We Love Bali .

Dalam program tersebut, masyarakat lokal diundang dan dibiayai untuk berlibur dan menikmati daya tarik wisata Bali sekaligus diperkenalkan dan mendapatkan edukasi terkait penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yaitu cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan) dan environment friendly (ramah lingkungan).

Menurut Rizki, implementasi penerapan CHSE melalui program We Love Bali ini merupakan salah satu bentuk dukungan kepada para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif termasuk hotel, usaha perjalanan wisata, usaha transport, pemandu wisata, restoran, daerah tujuan wisata, UMKM dan lain sebagainya. "Kegiatan ini bertujuan memperbaiki kondisi ekonomi yang terpuruk selama pandemi Covid-19 dan dalam rangka membangkitkan pariwisata Bali," kata Rizki dalam pernyataan tertulisnya, Senin (7/12).
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More