Sering Beser dan Ngompol Malam Hari? Mungkin Ini Sebabnya!
Senin, 28 Desember 2020 - 12:20 WIB
JAKARTA - Nokturia didefinisikan sebagai berapa kali seseorang berkemih dalam periode tidur utamanya, saat seseorang terbangun dari tidurnya untuk berkemih pertama kali dan setiap berkemih selanjutnya harus diikuti tidur atau keinginan untuk tidur.
Dikatakan Dr.dr. Nur Rasyid, SpU (K), Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), nokturia sangat mempengaruhi kualitas hidup, apabila tidak diatasi dengan tepat dapat menyebabkan masalah sosial, bahkan ekonomi bagi penderitanya.
“Penyebab penyakit ini sangat banyak misalnya pada laki-laki karena obstruksi infra vesika seperti penyakit prostat, sedangkan pada laki-laki dan perempuan seperti gangguan kontraksi kandung kemih, komplikasi DM, kelainan neurologis, kelainan hormonal dan bisa hanya disebabkan karena pola minum atau berkemih yang salah,” tutur dr. Nur Rasyid.
Sementara itu dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD, Ketua Indonesian Society of Female and Functional Urology (INASFFU) membeberkan studi prevalensi dan faktor risiko nokturia di Indonesia yang melibatkan 1555 subyek dari 7 kota di Indonesia.
Hasilnya menunjukkan, prevalensi nokturia sebesar 61,4%, dimana dari total prevalensi nokturia tersebut 61,4% dilaporkan pada laki-laki dan 38.6% pada perempuan.
Rerata usia pada penelitian tersebut adalah 57 (18-92) tahun. “Nokturia didapatkan terbanyak pada kelompok umur 55-65 tahun,” ujar dr. Harrina. Ia melanjutkan, berbagai hal seperti kelainan saluran kemih bagian bawah, gangguan ginjal, hormonal, tidur, jantung dan pembuluh darah, psikologis dan diet dapat menjadi penyebabnya.
Menurut dr. Harrina, penderita nokturia dapat melakukan intervensi gaya hidup. Yakni dengan pembatasan asupan garam, protein dan kalori untuk pencegahan terhadap obesitas dan diabetes serta membatasi asupan cairan di sore dan malam hari (terutama antara makan malam dan waktu tidur).
Dikatakan Dr.dr. Nur Rasyid, SpU (K), Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), nokturia sangat mempengaruhi kualitas hidup, apabila tidak diatasi dengan tepat dapat menyebabkan masalah sosial, bahkan ekonomi bagi penderitanya.
“Penyebab penyakit ini sangat banyak misalnya pada laki-laki karena obstruksi infra vesika seperti penyakit prostat, sedangkan pada laki-laki dan perempuan seperti gangguan kontraksi kandung kemih, komplikasi DM, kelainan neurologis, kelainan hormonal dan bisa hanya disebabkan karena pola minum atau berkemih yang salah,” tutur dr. Nur Rasyid.
Sementara itu dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD, Ketua Indonesian Society of Female and Functional Urology (INASFFU) membeberkan studi prevalensi dan faktor risiko nokturia di Indonesia yang melibatkan 1555 subyek dari 7 kota di Indonesia.
Hasilnya menunjukkan, prevalensi nokturia sebesar 61,4%, dimana dari total prevalensi nokturia tersebut 61,4% dilaporkan pada laki-laki dan 38.6% pada perempuan.
Rerata usia pada penelitian tersebut adalah 57 (18-92) tahun. “Nokturia didapatkan terbanyak pada kelompok umur 55-65 tahun,” ujar dr. Harrina. Ia melanjutkan, berbagai hal seperti kelainan saluran kemih bagian bawah, gangguan ginjal, hormonal, tidur, jantung dan pembuluh darah, psikologis dan diet dapat menjadi penyebabnya.
Menurut dr. Harrina, penderita nokturia dapat melakukan intervensi gaya hidup. Yakni dengan pembatasan asupan garam, protein dan kalori untuk pencegahan terhadap obesitas dan diabetes serta membatasi asupan cairan di sore dan malam hari (terutama antara makan malam dan waktu tidur).
tulis komentar anda