Waspada! Bersepeda Ekstrem Bisa Bahayakan Fisik dan Mental
Senin, 11 Januari 2021 - 14:00 WIB
JAKARTA - Tren bersepeda kini tengah naik daun. Sayangnya kegiatan ini tidak diimbangi dengan pengetahuan yang mumpuni. Hal ini disorot oleh salah seorang pesepeda, Rivopamudji dalam akun Instagramnya. Ia melihat saat ini tren yang berkembang adalah adu cepat bersepeda dengan kecepatan setinggi mungkin hingga bersepeda dengan menyelesaikan jarak 500-600 kilometer dalam waktu tempuh kurang dari 24 jam.
Tetapi apakah betul hal ini dapat menyehatkan tubuh ? Dijawab oleh dr. Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K, pada dasarnya tubuh manusia tidak dirancang untuk lari marathon atau bersepeda hingga berpuluh-puluh kilometer bahkan ratusan kilometer. “Apalagi jika ditambah tantangan adu kuat, seperti yang tercepat, terjauh, dan terlama, maka ini merupakan olahraga intensitas tinggi yang justru akan membahayakan tubuh,” tegas Ahli Ilmu Faal Olahraga ini dari Primaya Hospital Tangerang ketika dihubungi.
Sementara itu Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) telah mengingatkan masyarakat untuk tidak overtraining atau olahraga secara berlebihan dengan intensitas tinggi. Anjuran itu dijelaskan dengan gambaran sebuah kurva berbentuk “huruf J” yang menyatakan bahwa latihan fisik intensitas sedang dapat meningkatkan imunitas tubuh.
“Sedangkan latihan dengan intensitas tinggi justru akan menurunkan imunitas tubuh sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi ,” jelas dr. Michael Triangto, SpKO. Tubuh akhirnya bereaksi negatif terhadap olahraga yang dilakukan dengan keras atau berlebihan, hal ini juga disebut dengan overtraining syndrome (OTS). Alhasil muncullah berbagai gejala kesehatan baik fisik maupun mental.
Sindrom ini bisa menyerang siapapun yang melakukan plahraga dengan durasi tinggi tanpa diimbangi istirahat cukup. Manifestasi OTS seperti gejala flu tanpa adanya tanda infeksi. Bisa juga minat latihan atau berkompetisi menjadi berkurang. Termasuk meningkatnya waktu tidur siang, bangun tidur tidak segar, nafsu makan berkurang, konsentrasi berkurang, perubahan mood, nyeri, anemia , hingga gangguan makan. Ciri lain olahraga berlebih adalah jika ada luka yang lama sembuh afau flu yang tidak kunjung hilang, itu artinya tubuh tengah berupaya lebih untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Dr. Yohan menuturkan dalam ilmu nutrisi dan fisiologi olahraga, tidak disarankan untuk memulai olahraga intensitas tinggi jika sebelumnya tidak melalui persiapan terlebih dahulu. Apa saja persiapannya?, “misalnya menguji daya tahan paru, kekuatan otot, ketahanan otot, kelentukan dan komposisi tubuh,” terangnya.
Hal ini masih harus diimbangi dengan istirahat cukup, pengelolaan stres, dan pola makan gizi seimbang yang kaya antioksidan. Ia juga mengingatkan bahwa beberapa orang dengan variasi genetik tertentu sangat rentan terhadap oksidan atau radikal bebas yang tinggi pada olahraga intensitas tinggi, sehingga mudah cedera, serangan jantung bahkan kematian.
Tetapi apakah betul hal ini dapat menyehatkan tubuh ? Dijawab oleh dr. Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K, pada dasarnya tubuh manusia tidak dirancang untuk lari marathon atau bersepeda hingga berpuluh-puluh kilometer bahkan ratusan kilometer. “Apalagi jika ditambah tantangan adu kuat, seperti yang tercepat, terjauh, dan terlama, maka ini merupakan olahraga intensitas tinggi yang justru akan membahayakan tubuh,” tegas Ahli Ilmu Faal Olahraga ini dari Primaya Hospital Tangerang ketika dihubungi.
Sementara itu Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) telah mengingatkan masyarakat untuk tidak overtraining atau olahraga secara berlebihan dengan intensitas tinggi. Anjuran itu dijelaskan dengan gambaran sebuah kurva berbentuk “huruf J” yang menyatakan bahwa latihan fisik intensitas sedang dapat meningkatkan imunitas tubuh.
“Sedangkan latihan dengan intensitas tinggi justru akan menurunkan imunitas tubuh sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi ,” jelas dr. Michael Triangto, SpKO. Tubuh akhirnya bereaksi negatif terhadap olahraga yang dilakukan dengan keras atau berlebihan, hal ini juga disebut dengan overtraining syndrome (OTS). Alhasil muncullah berbagai gejala kesehatan baik fisik maupun mental.
Sindrom ini bisa menyerang siapapun yang melakukan plahraga dengan durasi tinggi tanpa diimbangi istirahat cukup. Manifestasi OTS seperti gejala flu tanpa adanya tanda infeksi. Bisa juga minat latihan atau berkompetisi menjadi berkurang. Termasuk meningkatnya waktu tidur siang, bangun tidur tidak segar, nafsu makan berkurang, konsentrasi berkurang, perubahan mood, nyeri, anemia , hingga gangguan makan. Ciri lain olahraga berlebih adalah jika ada luka yang lama sembuh afau flu yang tidak kunjung hilang, itu artinya tubuh tengah berupaya lebih untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Dr. Yohan menuturkan dalam ilmu nutrisi dan fisiologi olahraga, tidak disarankan untuk memulai olahraga intensitas tinggi jika sebelumnya tidak melalui persiapan terlebih dahulu. Apa saja persiapannya?, “misalnya menguji daya tahan paru, kekuatan otot, ketahanan otot, kelentukan dan komposisi tubuh,” terangnya.
Hal ini masih harus diimbangi dengan istirahat cukup, pengelolaan stres, dan pola makan gizi seimbang yang kaya antioksidan. Ia juga mengingatkan bahwa beberapa orang dengan variasi genetik tertentu sangat rentan terhadap oksidan atau radikal bebas yang tinggi pada olahraga intensitas tinggi, sehingga mudah cedera, serangan jantung bahkan kematian.
tulis komentar anda