Ibu yang Lebih Sabar Ternyata Bisa Cegah Resiko Depresi pada Anak
Kamis, 11 Maret 2021 - 14:18 WIB
“Saat itulah dibutuhkan dukungan orang tua dalam mengatasi kemarahan si kecil. Seberapa banyak orang tua bisa memberi dukungan kepadanya, dan meredakan amarahnya,” sambung Joan lagi. Kemudian, tim peneliti memberi skor pada masing-masing ibu dalam kemampuan mereka membantu anak mengatasi kemarahan yang melanda anak tersebut. Peneliti melanjutkan mengikuti rekam jejak si anak, dan ketika usia anak telah mencapai 7-13 tahun, otak mereka lalu dipindai menggunakan magnetic resonance imaging (MRI).
Fokus perhatian tim peneliti khususnya adalah ukuran salah satu area di otak yang bernama hippocampus. Hippocampus ini berperan dalam menyimpan memori dan mengatasi stres. Ukuran hippocampus ini berhubungan dengan beberapa faktor seperti perasaan stres atau depresi yang dihadapi.
Ternyata dari 51 anak-anak yang mengikuti penelitian ini, tidak mengalami gejala depresi sejak usia prasekolah. Mereka adalah anak-anak yang mendapat perhatian lebih dari ibu mereka, dan memiliki hippocampus yang lebih besar seperti tertera hasil scan mereka. Tetapi pada anak yang juga tidak mengalami gejala depresi, namun dibesarkan dengan minim kasih sayang, memiliki area hippocampus yang lebih kecil.
“Ini penelitian hebat yang membuka kemungkinan untuk memberikan intervensi pada perkembangan anak,” tutur Ian H. Gotlib, PhD, seorang profesor psikologi di Stanford University. Sementara itu, diantara 41 anak yang menderita depresi sejak usia prasekolah, diketahui tidak mendapat sokongan dari orang tuanya. Anak yang menderita depresi namun tetap mendapat perhatian dari sang ibu, memiliki hippocampus yang 6% lebih kecil dibandingkan anak-anak yang menerima dukungan penuh.
Peneliti mengatakan hal ini bisa jadi lantaran efek positif dari pola pengasuhan orang tua yang menghalangi efek negatif dari depresi. Tak pelak, pengasuhan orang tua khususnya ibu sangat membantu bagi anak mengatasi rasa kesal atau marah yang melanda. Di lain pihak Ian mengatakan, anak-anak yang menunjukkan tanda-tanda depresi tetap bisa dibantu.
Kesimpulannya adalah sebuah pesan yang sangat jelas bagi para orang tua. Tetap sabar menghadapi tingkah anak-anak dan Anda pun tidak ada ruginya mencoba lebih suportif dalam memainkan peran seorang ibu.
Fokus perhatian tim peneliti khususnya adalah ukuran salah satu area di otak yang bernama hippocampus. Hippocampus ini berperan dalam menyimpan memori dan mengatasi stres. Ukuran hippocampus ini berhubungan dengan beberapa faktor seperti perasaan stres atau depresi yang dihadapi.
Ternyata dari 51 anak-anak yang mengikuti penelitian ini, tidak mengalami gejala depresi sejak usia prasekolah. Mereka adalah anak-anak yang mendapat perhatian lebih dari ibu mereka, dan memiliki hippocampus yang lebih besar seperti tertera hasil scan mereka. Tetapi pada anak yang juga tidak mengalami gejala depresi, namun dibesarkan dengan minim kasih sayang, memiliki area hippocampus yang lebih kecil.
“Ini penelitian hebat yang membuka kemungkinan untuk memberikan intervensi pada perkembangan anak,” tutur Ian H. Gotlib, PhD, seorang profesor psikologi di Stanford University. Sementara itu, diantara 41 anak yang menderita depresi sejak usia prasekolah, diketahui tidak mendapat sokongan dari orang tuanya. Anak yang menderita depresi namun tetap mendapat perhatian dari sang ibu, memiliki hippocampus yang 6% lebih kecil dibandingkan anak-anak yang menerima dukungan penuh.
Peneliti mengatakan hal ini bisa jadi lantaran efek positif dari pola pengasuhan orang tua yang menghalangi efek negatif dari depresi. Tak pelak, pengasuhan orang tua khususnya ibu sangat membantu bagi anak mengatasi rasa kesal atau marah yang melanda. Di lain pihak Ian mengatakan, anak-anak yang menunjukkan tanda-tanda depresi tetap bisa dibantu.
Kesimpulannya adalah sebuah pesan yang sangat jelas bagi para orang tua. Tetap sabar menghadapi tingkah anak-anak dan Anda pun tidak ada ruginya mencoba lebih suportif dalam memainkan peran seorang ibu.
(sal)
Lihat Juga :
tulis komentar anda