Penyakit Ginjal, Ancaman The Silent Killer
Kamis, 25 Maret 2021 - 05:53 WIB
Ia pun menegaskan bahwa penyakit ginjal ini sering kali tidak menimbulkan gejala pasti. Jika ada yang bertanya apa rasanya, ditahap awal tidak ada rasanya. Itulah yang menyebabkan sulitnya mencegah pasien jangan sampai harus cuci darah. Tetapi, terdapat penanda untuk mengetahui kerusakan ginjal yakni adanya protein di urine, peningkatan kreatinin darah, kelainan pemeriksaan histopatologi, riwayat transplan ginjal, serta penurunan laju filtrasi ginjal.
"Jika bertemu pasien stadium satu sampai dua, peluang pengobatan semakin besar. Semakin dini diobati, semakin jauh kemungkinan dialisis-nya," lanjut Aida.
Terdapat lima stadium penurunan fungsi ginjal yaitu, pada stadium pertama laju filtrasi ginjal lebih dari 90ml dikatakan normal dengan bukti kerusakan pada ginjal. Stadium dua, laju filtrasi ginjal 60ml sampai 89ml, sedikit menurun dengan bukti kerusakan pada ginjal.
Stadium tiga, laju filtrasi ginjal 30ml sampai 59ml dikategorikan menurun sedang dengan atau tanpa bukti kerusakan ginjal. Stadium empat, laju filtrasi ginjal 15ml sampai 29ml, dikatagorikan menurun parah, dengan atau tanpa bukti kerusakan ginjal. Stadium lima, laju filtrasi ginjal kurang dari 15ml, dikatagorikan gagal ginjal. "Pasien dikatakan gagal ginjal jika sudah memasuki stadium lima," ucap Aida.
Data global menunjukkan, 13% orang di dunia berada pada stadium 3 dan lebih dari 1 juta orang di dunia mengalami gagal ginjal. Di Indonesia sendiri menurut Aida, prevelensi penyakit ginjal kronik mencapai 3,8%. Berdasarkan data Indonesia Renal Registry (IRR) 499 orang per 1 juta penduduk mengalami gagal ginjal dan memerlukan dialisis.
Ia pun menambahkan, penyebab utama terjadinya penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal di Indonesia adalah hipertensi 36%, diabetes 28% dan lainnya seperti nefropati obstruksi, asam urat, lupus, ginjal polikistik, dan glomerulopati primer 10%. "Tanda dan gejala yang timbul karena penyakit ginjal sering kali tidak spesifik dan muncul saat penurunan fungsi ginjal sudah berat. Hipertensi dan diabetes merupakan penyebab terbesar penyakit ginjal kronik. Oleh karena itu, rutin untuk mengecek tekanan darah dan kadar gula darah," tutur Aida.
Cara paling baik untuk mengetahui adanya kerusakan fungsi ginjal menurut Aida adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan urine lengkap. Apalagi mereka yang memiliki faktor resiko, seperti obesitas, sakit hipertensi, diabetes, hingga berusia di atas 60 tahun.
Penyakit ginjal kronik dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti menjaga berat badan, konsumsi air putih yang cukup, makan makanan bergizi, olahraga teratur, serta hindari roko, alkohol dan makanan instan.
"Jadi gagal ginjal itu bisa dicegah, tapi begitu terkena gagal ginjal tidak berarti langsung kiamat. Bisa ditangani dengan cuci darah, peritoneal dialysis, transplantasi ginjal, dan hemodialisis," ucap Aida.
"Jika bertemu pasien stadium satu sampai dua, peluang pengobatan semakin besar. Semakin dini diobati, semakin jauh kemungkinan dialisis-nya," lanjut Aida.
Terdapat lima stadium penurunan fungsi ginjal yaitu, pada stadium pertama laju filtrasi ginjal lebih dari 90ml dikatakan normal dengan bukti kerusakan pada ginjal. Stadium dua, laju filtrasi ginjal 60ml sampai 89ml, sedikit menurun dengan bukti kerusakan pada ginjal.
Stadium tiga, laju filtrasi ginjal 30ml sampai 59ml dikategorikan menurun sedang dengan atau tanpa bukti kerusakan ginjal. Stadium empat, laju filtrasi ginjal 15ml sampai 29ml, dikatagorikan menurun parah, dengan atau tanpa bukti kerusakan ginjal. Stadium lima, laju filtrasi ginjal kurang dari 15ml, dikatagorikan gagal ginjal. "Pasien dikatakan gagal ginjal jika sudah memasuki stadium lima," ucap Aida.
Data global menunjukkan, 13% orang di dunia berada pada stadium 3 dan lebih dari 1 juta orang di dunia mengalami gagal ginjal. Di Indonesia sendiri menurut Aida, prevelensi penyakit ginjal kronik mencapai 3,8%. Berdasarkan data Indonesia Renal Registry (IRR) 499 orang per 1 juta penduduk mengalami gagal ginjal dan memerlukan dialisis.
Ia pun menambahkan, penyebab utama terjadinya penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal di Indonesia adalah hipertensi 36%, diabetes 28% dan lainnya seperti nefropati obstruksi, asam urat, lupus, ginjal polikistik, dan glomerulopati primer 10%. "Tanda dan gejala yang timbul karena penyakit ginjal sering kali tidak spesifik dan muncul saat penurunan fungsi ginjal sudah berat. Hipertensi dan diabetes merupakan penyebab terbesar penyakit ginjal kronik. Oleh karena itu, rutin untuk mengecek tekanan darah dan kadar gula darah," tutur Aida.
Cara paling baik untuk mengetahui adanya kerusakan fungsi ginjal menurut Aida adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan urine lengkap. Apalagi mereka yang memiliki faktor resiko, seperti obesitas, sakit hipertensi, diabetes, hingga berusia di atas 60 tahun.
Penyakit ginjal kronik dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti menjaga berat badan, konsumsi air putih yang cukup, makan makanan bergizi, olahraga teratur, serta hindari roko, alkohol dan makanan instan.
"Jadi gagal ginjal itu bisa dicegah, tapi begitu terkena gagal ginjal tidak berarti langsung kiamat. Bisa ditangani dengan cuci darah, peritoneal dialysis, transplantasi ginjal, dan hemodialisis," ucap Aida.
(ynt)
Lihat Juga :
tulis komentar anda