Agar Tak Muncul Stretch Mark, Ibu Hamil Perlu Jaga Berat Badan
Minggu, 28 Maret 2021 - 13:54 WIB
JAKARTA - Stretch mark atau guratan pada kulit biasanya muncul pada ibu hamil. Dokter Kandungan RS Bunda Margonda Depok dr. Huthia Andriyana mengatakan, dari pengalaman menangani pasien ibu hamil, yang tak mempunyai stretch mark tidaklah banyak.
"Kebanyakan pasien hamil itu mengalami stretch mark," kata dr. Huthia dalam diskusi Live Instagram bertajuk "Kehamilan yang Meninggalkan Jejak pada Kulit: Stretch Mark dan Keloid", Jumat (26/3).
Dr. Huthia menuturkan, stretch mark muncul saat kehamilan. Selain itu, muncul pula mitos bahwa penyebab stretch mark karena perut gatal saat hamil, lalu digaruk.
“Gatal pada perut itu dikarenakan penambahan perutnya membesar, kemudian timbul stretch mark. Maka timbul gatal. Jadi ya wajar saja kalau perut digaruk," ujar dr. Huthia.
Ia menegaskan bahwa tidak ada obat khusus untuk menghilangkan stretch mark, namun disarankan agar berat badan dikurangi. "Dari obgyn, untuk mencegah stretch mark dengan menjaga pertambahan berat badan selama kehamilan serta pemberian lotion atau krim untuk menjaga kelembaban kulit," tandasnya.
Lebih lanjut menurut dr. Huthia, pada kehamilan, peningkatan berat badan yang drastis ditambah kulit yang kering akan menyebabkan peregangan kulit yang dapat memicu terjadinya stretch mark. Area yang sering terlibat di antaranya bagian perut, pinggang, pantat, paha, hingga payudara.
Karena itu dr. Huthia menyarankan ibu hamil sebaiknya mengontrol peningkatan berat badan selama kehamilan. "Peningkatan berat badan (BB) yang normal tergantung dengan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI). Cara menghitung BMI adalah BB sebelum kehamilan dibagi TB (dalam meter) kuadrat," terangnya.
Dr. Huthia mengatakan, jika BMI sebelum kehamilan normal (18-24.9), maka penambahan BB ibu hamil ideal sekitar 11-16 kg mulai dari awal kehamilan sampai sebelum melahirkan. "Namun jika BMI sebelum kehamilan sudah dalam kondisi overweight (BMI 25-29.9), maka penambahan BB ibu hamil hanya disarankan 7-11 kg sampai akhir kehamilan," pungkasnya.
"Kebanyakan pasien hamil itu mengalami stretch mark," kata dr. Huthia dalam diskusi Live Instagram bertajuk "Kehamilan yang Meninggalkan Jejak pada Kulit: Stretch Mark dan Keloid", Jumat (26/3).
Dr. Huthia menuturkan, stretch mark muncul saat kehamilan. Selain itu, muncul pula mitos bahwa penyebab stretch mark karena perut gatal saat hamil, lalu digaruk.
“Gatal pada perut itu dikarenakan penambahan perutnya membesar, kemudian timbul stretch mark. Maka timbul gatal. Jadi ya wajar saja kalau perut digaruk," ujar dr. Huthia.
Ia menegaskan bahwa tidak ada obat khusus untuk menghilangkan stretch mark, namun disarankan agar berat badan dikurangi. "Dari obgyn, untuk mencegah stretch mark dengan menjaga pertambahan berat badan selama kehamilan serta pemberian lotion atau krim untuk menjaga kelembaban kulit," tandasnya.
Lebih lanjut menurut dr. Huthia, pada kehamilan, peningkatan berat badan yang drastis ditambah kulit yang kering akan menyebabkan peregangan kulit yang dapat memicu terjadinya stretch mark. Area yang sering terlibat di antaranya bagian perut, pinggang, pantat, paha, hingga payudara.
Karena itu dr. Huthia menyarankan ibu hamil sebaiknya mengontrol peningkatan berat badan selama kehamilan. "Peningkatan berat badan (BB) yang normal tergantung dengan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI). Cara menghitung BMI adalah BB sebelum kehamilan dibagi TB (dalam meter) kuadrat," terangnya.
Dr. Huthia mengatakan, jika BMI sebelum kehamilan normal (18-24.9), maka penambahan BB ibu hamil ideal sekitar 11-16 kg mulai dari awal kehamilan sampai sebelum melahirkan. "Namun jika BMI sebelum kehamilan sudah dalam kondisi overweight (BMI 25-29.9), maka penambahan BB ibu hamil hanya disarankan 7-11 kg sampai akhir kehamilan," pungkasnya.
(tsa)
tulis komentar anda